Rupiah Menguat 0,12% di Selasa Sore

Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: dok MI.

Jakarta: Birui tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Perkumpulan (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan.
 
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 24 September 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.187 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 19 poin atau setara 0,12 persen dari posisi Rp15.206 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu besok akan kembali menguat.
 
“Demi perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.130 per USD hingga Rp15.230 per USD,” ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.
 
Ia pun membeberkan penyebab menguatnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
 

Aktivitas bisnis AS stabil

 
Ibrahim mengungkapkan, aktivitas bisnis Amerika Perkumpulan (AS) stabil pada September, tetapi harga rata-rata yang dibebankan untuk barang dan jasa naik pada laju tercepat dalam enam bulan, yang mungkin menunjukkan percepatan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.
 
Data tersebut muncul setelah Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin minggu lalu, yang mana beberapa pejabat berkomentar langkah tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan keseimbangan yang baru muncul dan sehat dalam perekonomian.
 
S&P Mendunia mengatakan Indeks Output PMI Gabungan AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, sedikit berubah pada 54,4 bulan ini dibandingkan dengan angka akhir 54,6 pada Agustus, dengan pembacaan di atas 50 menandakan ekspansi.
 
Semenara itu, pasar Tiongkok menguat setelah pemerintah mengumumkan serangkaian langkah stimulus, dengan yang menonjol adalah pengurangan persyaratan cadangan untuk bank, bersama dengan suku bunga hipotek yang lebih rendah untuk mendorong pasar properti.
 
“Langkah tersebut meningkatkan harapan atas pemulihan ekonomi terbesar di Asia, yang kemudian dapat meluas ke kawasan tersebut,” jelas Ibrahim.
 
Tetapi pembacaan ekonomi baru-baru ini menunjukkan perlambatan aktivitas yang stabil selama sebagian besar kuartal ketiga. Etnis bunga yang lebih rendah juga menandakan pelemahan yuan, meskipun intervensi pemerintah baru-baru ini membuat mata uang tersebut tetap kuat.
 

Cek Artikel:  Harga Sembako Melonjak di Kabupaten Ngawi Jelang Nataru

 

Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh stabil

 
Ibrahim mengungkapkan, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga 2024 tetap stabil, akibat terjadi pemangkasan suku bunga BI Rate serta Fed Fund Rate (FFR), pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,06 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
 
“Proyeksi tersebut cenderung stabil dari realisasi kuartal kedua 2024 yang sebesar 5,05 persen (yoy) di tengah perkembangan global yang terus dinamis,” papar dia.
 
Sejalan dengan kebijakan bank sentral Amerika Perkumpulan, The Fed, yang melakukan pemangkasan FFR sebesar 50 basis poin (bps) pada pekan lalu. Pada saat yang sama, Bank Indonesia mengambil langkah lebih dahulu dari pada The Fed, dengan pemangkasan 25 bps.
 
“Kita harap dengan tadi perkembangan FFR yang menurun, akan terus memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia,” lanjut dia. 
 
Sementara itu, ketidakpastian atau volatilitas di pasar keuangan mulai menunjukkan penurunan dan semakin membaik. Di mana aliran modal mulai masuk ke pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).
 
Meski arah kebijakan moneter di negara maju, utamanya AS menunjukkan soft landing, Sri Mulyani tetap akan mewaspadai kondisi geopolitik, termasuk perkembangan Pemilu di AS yang akan menentukan arah kebijakan.
 
Terdapatpun, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada akhir 2024. Sementara secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi sepanjang semester pertama lalu berada di angka 5,08 persen.
 
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melihat seiring dengan mulai berlangsungnya pemangkasan suku bunga acuan, ekonomi mampu tumbuh tetap berada pada rentang 4,7 persen hingga 5,5 persen, dengan nilai tengah di angka 5,1 persen.

Cek Artikel:  Beli Elpiji 3 Kilogram di Mataram Sudah Wajib Mengenakan KTP

Mungkin Anda Menyukai