Optimalkan Perlindungan Anak,SKH Sang Timur Karang Tengah Bekali Guru dan Karyawan Materi Perlindungan Anak

KONDISI lingkungan pendidikan saat ini yang diwarnai perundungan dan kasus kekerasan seksual, baik di sekolah negeri atau swasta menjadi perhatian Yayasan Sang Timur. Kekhawatiran situasi di sekitar anak yang cenderung berbahaya, dijawab Yayasan Karya Sang Timur dengan menggelar workshop dan seminar tentang perlindungan anak.

”Ini workshop tentang perlindungan anak. Latar belakangnya, kesatu, bahwa Sekolah Sang Timur khususnya Yayasan Karya Sang Timur itu concern untuk mendidik anak-anak dan juga untuk bina karakter anak. Nah untuk membina karakter anak ini tidak hanya bisa dilakukan sendiri kan. Niscaya ada kerja sama dari segala banyak pihak,” jelas Suster Mariska, Koordinator Komplek Sang Timur Karang Tengah, yang juga Kepala Sekolah SMPK Sang Timur di sela-sela Workshop dan Seminar ‘Menciptakan Lingkungan Sekolah yang Kondusif’, Sabtu (19/10) .

”Kebetulan juga Yayasan Karya Sang Timur itu sudah menandatangani sudah membuat protokol perlindungan anak dalam scop yayasan. Dan itu juga harus disosialisasikan kepada semua warga yayasan. Anak-anak juga gurunya dan warga lainnya. Ini tahap pertama. Kemarin dulu sudah melakukan (workshop) dengan para kepsek dan juga para utusan sekolah untuk tingkat yayasan. Kemudian tahap kedua sudah disampaikan kepada guru-guru untuk tingkat yayasan,” tambah suster lagi. 

Cek Artikel:  Putusan Class Action Gagal Ginjal Dirikut pada Anak tidak Akan Membikin Jera Industri Farmasi Badung

Workshop yang digelar di Sang Timur, Sabtu (19/10) ini merupakan tahap ketiga workshop perlindungan anak yang diinisiasi Yayasan Karya Sang TImur.  Dalam tahap ketiga ini. jelas Suster Mariska, pihaknya memberikan pembekalan kepada para guru, khususnya untuk yang di Karang Tengah. mengingat bahwa di Karang Tengah ini (siswa) yang dilayani lebih beragam. Terdapat anaknya yang luar biasa. Dari TK, SD, dan ada juga SMP dan asrama SLB juga. 

”Kemudian selain itu. mengingat begitu banyak kasus di sekitar kita, di sekitaran Karang Tengah yang cukup membahayakan untuk anak-anak maka perlu pembekalan untuk semua karyawan di Karang Tengah. Dan juga ini merupakan salah satu komitmen dan concern kita. Demi membina anak dan melindungi anak,” tegas Suster Mariska. 

Sekolah Sang Timur diketahui masuk dalam kategori sekolah ramah anak. Sehingga Yayasan Karya Sang Timur berusaha semaksimal mungkin untuk melayani anak dan juga mendidik mereka, melindungi mereka, terutama  mengembangkan kepribadian mereka. ”Jangan sampai anak-anak di sekolah kita ini besarnya justru malah tidak menjadi anak yang baik,” tukas Suster Mariska.

Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Pusat Komnas Perlindungan Anak Bidan Edukasi dan Sosialisasi, Lia Elokah, mengatakan apa yang disampaikannya tadi adalah bagaimana menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan serta ramah buat anak-anak. ”Jadi makanya tadi kami sampaikan harus ada kebijakan yang berubah. Kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak hari ini,” kata Lia.

Cek Artikel:  Peran Krusial Guide Museum Menyajikan Sejarah dan Budaya dengan Lebih Hidup

Yang kedua, tambah Lia, ketika ada anak-anak yang melakukan tindak kekerasan, harus kita dengar versi anak-anak dulu dengan menghadirkan anak-anak yang melakukan perbuatan. Lalu bukan dihukum. Tetapi diajarkan bagaimana menyelesaikan masalah mereka dengan baik. 

”Karena di sekolah ini ada sekolah anak berkebutuhan khusus, jadi libatkan semua siswa dan orangtua dan guru yang ada di sang timur untuk sama-sama memberikan perhatian pada anak-anak yang ada di Sang Timur ini. Sehingga nanti anak-anak akan belajar bahwa di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Nah, jadi rasa empati dan simpati sudah ditimbulkan sejak anak-anak dalam kondisi dini,” pungkas Lia.

Ketua Panitia Workshop Masilina Rudatiningsih merasa seminar dan workshop seperti ini perlu dilaksanakan mengingat kondisi saat ini di lingkungan pendidikan yang terdapat kasus perundungan dan kekerasan seksual pada anak.  ”Yang jelas supaya kita bisa mendampingi apabila terjadi kasus tersebut. Supaya kita berjaga-jaga apa bila terjadi kasus itu. Sebagai pendidik, agar kita bisa mencegah terjadinya kasus-kasus bullying. kekerasan yang terjadi di masa ini,” tambah guru yang akrab disapa Datik ini.

Cek Artikel:  BRIN Gandeng Perusahaan Nuklir asal Rusia Kembangkan Radiofarmaka

Predator anak
Pada kesempatan itu, Lia juga melihat kondisi perlindungan anak saat ini sungguh memilukan. Setidaknya ada tiga hal yang menjadi perhatian Lia. ”Kita cukup sedih dan miris. Sebarapa besar langkah-langkah yang dibuat oleh lembaga-lembaga perlindungan anak saat ini, sebenarnya belum maksimal. Yang belum maksimal itu di bidang apa? Pertama, preventif edukasi,” ujar Lia.

Menurut Lia, preventif edukasi ini tidak secara massif dilakukan. Sebenarnya pencegahan itu lah yang seharusnya menjadi titik poin penting buat negara yang memberikan perlindungan kepada anak-anak, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga. ”Lalu kedua, ketika anak-anak menjadi korban selalu ada punishment/hukuman tanpa didampingi oleh psikolog ataupun dokter-dokter perkembangan anak. Semestinya itu ada recovery anak-anak ketika menjadi pelaku atau korban. Hal ini supaya mereka tidak mengalami trauma berkepanjangan,”

Ketiga, menurut Lia, basis data. Indonesia sangat lemah. ”Indonesia sangat lemah. Ketika ada anak yang menjadi korban kekerasan seksual, itu tidak terdeteksi. Ketika mereka dewasa, keberadaan mereka di mana? Makanya hari ini banyak yang dulunya anak-anak (korban), kini jadi predator nya anak-anak,” tegas Lia. (S-1)

 

Mungkin Anda Menyukai