Negeri para Wakif

WAJAR belaka bila Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia selama enam tahun berturut-turut. Aksi filantropi di negeri ini enggak kaleng-kaleng. Lebih-lebih bila ada musibah. Aksi kedermawanan akan merambak tanpa dikomando.

Akhir tahun lalu, lembaga Charities Aid Foundation (CAF) merilis World Giving Index (WGI) yang memotret negeri paling dermawan sejagat. Indonesia berada di posisi pertama dengan skor 68 poin dalam indeks yang dirilis Desember 2023 itu. Hal itu membuat Indonesia menjadi negara paling dermawan selama enam tahun berturut-turut.

CAF menggunakan sejumlah indikator untuk menentukan tingkat kedermawanan suatu negara. Beberapa di antaranya persentase menolong orang yang tidak dikenal, persentase jumlah donatur, dan kegiatan sukarelawan.

Berbagai analisis menyebutkan tingkat kedermawanan orang Indonesia ada kaitannya dengan internalisasi ajaran agama yang mereka peroleh. Salah satunya ajaran tentang sedekah. Dalam agama Islam, sedekah berbanding lurus dengan kesalehan. Semakin saleh sesorang, kian gemar pula ia bersedekah.

Filantropi Islam memang memiliki tujuan sosial dan spiritual, selain membantu meringankan beban mereka yang membutuhkan. Praktik filantropi juga menjadi sarana untuk memperoleh pahala dan beribadah kepada Tuhan. Filantropi Islam mencerminkan ajaran kasih sayang, keadilan, dan solidaritas, serta mengajarkan pentingnya berbagi rezeki dan saling peduli sesama.

Cek Artikel:  Mulanya Pikiran Bulus, Kini DPR Negarawan

Filantropi Islam merujuk pada praktik pemberian sumbangan, bantuan, dan dukungan secara sukarela yang didasarkan pada nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Filantropi Islam merupakan salah satu pilar penting dalam agama Islam karena mendorong para penganutnya untuk berbagi rezeki dengan sesama dan membantu orang-orang yang membutuhkan.

Beberapa bentuk filantropi Islam yang umum di antaranya zakat, sedekah, dan infak. Dari ketiga bentuk kedermawanan itu, infak merupakan level kedermawanan tingkat tinggi sebab ia merupakan pemberian sukarela dalam bentuk aset, baik bangunan maupun tanah. Salah satu bentuk paling umum dari infak ialah wakaf.

Wakaf adalah pemberian harta atau aset yang didedikasikan untuk tujuan amal atau kebaikan yang berkelanjutan. Aset wakaf tidak boleh ditarik kembali. Aset juga harus digunakan untuk kepentingan umum, seperti membangun masjid, sekolah, rumah sakit, panti asuhan, sumur air, atau infrastruktur sosial lainnya yang memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.

Cek Artikel:  Regenerasi Petani Wafat Suri

Wakaf merupakan instrumen keuangan syariah yang menarik. Wakif (pihak yang berwakaf) tidak hanya dibatasi harus muslim. Begitu pula para pihak penerima manfaat wakaf, tidak cuma kaum muslimin. Walhasil, wakaf bisa menjadi instrumen moneter yang berbasis syariah, tapi buat kemaslahatan rakyat banyak tanpa melihat sekat agama. Inilah konsep rahmatan lil ‘alamin, kebaikan bagi seluruh alam.

Belasan kampus kakap dunia seperti Harvard, Oxford, Cambridge, Al Azhar, bisa berkembang berkat pos dana endowment fund. Itulah hakikat wakaf: dana abadi, dana bergulir, cuma tidak diberi stempel wakaf.

Potensi wakaf di Indonesia sangat besar, khususnya dalam memberikan manfaat jangka panjang melalui pembangunan infrastruktur, program pendidikan, pelayanan kesehatan, dan upaya kesejahteraan sosial lainnya.

Pada 2022, sektor wakaf di Indonesia tumbuh signifikan. Berdasarkan catatan dari Sistem Informasi Wakaf Kementerian Keyakinan, terdapat 440,5 ribu titik tanah wakaf di Indonesia dengan luas total mencapai 57,2 hektare. Selain itu, potensi sektor wakaf, khususnya pada wakaf uang, diperkirakan mencapai Rp180 triliun per tahun.

Cek Artikel:  Terkungkung Mazhab Utang

Pengembangan sektor wakaf pun terus meluas. Kini, wakaf tidak terbatas pada bentuk tradisional seperti makam, masjid, dan madrasah. Dengan pengelolaan yang strategis, wakaf dapat menjadi aset produktif yang berkontribusi dalam meningkatkan akses fasilitas umum di Indonesia.

Wakaf produktif di Indonesia memiliki potensi yang tinggi dan sebanding dengan negara-negara Islam lainnya. Konsep wakaf produktif berfokus pada mengelola aset wakaf agar menghasilkan surplus atau keuntungan berkelanjutan. Aset wakaf bisa berupa uang, benda bergerak, logam, bangunan, tanah, dan lain sebagainya.

Keuntungan yang dihasilkan dari aset wakaf tersebut digunakan untuk mendukung berbagai kebutuhan masyarakat, seperti pendidikan dan kesehatan untuk duafa, serta pengelolaan berbagai aset ekonomi lainnya untuk kesejahteraan bersama.

Bila konsep itu terus dikembangkan, jangan heran bila Indonesia akan terus-menerus bertakhta sebagai negeri paling dermawan sedunia. Bila itu dicapai, suatu saat nanti Indonesia akan negara makmur dengan indeks kebahagiaan yang tinggi.

Mungkin Anda Menyukai