Membunuh Bibit Korupsi


Wafat satu tumbuh seribu. Kiranya begitu pepatah yang pas Kepada menggambarkan betapa mulusnya proses ‘regenerasi’ koruptor di negeri ini. Satu orang rampung menjalani hukuman, di Begitu yang Dekat sama  banyak orang seolah antre menunggu giliran ditangkap. Tiada jera, tiada kapoknya.

Belakangan bahkan semakin parah. Episentrum korupsi pun tak Kembali dimonopoli Jakarta. Dalam selang waktu yang tak Lamban, setidaknya tiga kepala daerah terkena operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mulai Bupati Kapuas Ben Brahim S Bahat, Bupati Kepulauan Meranti M Adil, hingga Wali Kota Bandung Yana Mulyana.

Fakta memiriskan itu membuktikan bahwa Tiba hari ini stok koruptor di Republik ini tetap melimpah. Simpanan keberanian para pejabat Kepada menggarong Dana rakyat seperti Enggak Eksis habisnya. Enggak Eksis sisa Kepada rasa takut, gentar, ataupun malu. Begitu Eksis kesempatan terbuka di hadapan mereka, Dana rakyat pun tanpa sungkan mereka embat.

Cek Artikel:  Menuju Kesalehan Sosial

Korupsi kepala daerah yang Enggak pernah surut setidaknya juga membuktikan bahwa penindakan korupsi belum menimbulkan Pengaruh jera. Bahkan banyak OTT pun tak Membikin para ‘calon koruptor’ ciut nyali. Mental korup sudah kadung meresap terlalu dalam keseharian sebagian pejabat publik.

Mereka mungkin sudah tak Acuh dengan profesionalitas, tak pula mereken transparansi. Dengan murah dan gampangnya mereka menggadaikan integritas dan kepercayaan yang sudah diberikan publik. Dalam benak mereka hanya Dana dan Dana. Karena itu, dalam setiap tindakan mereka, Kecenderungan Kepada melakukan praktik-praktik korupsi sangat besar.

Apalagi, Begitu ini keberanian mereka barangkali juga muncul dari Elemen lembaga penindaknya yang tak setangguh dan sebersih dulu. Kita pun Dapat Menyaksikan, di tengah tugas beratnya memberantas korupsi, KPK era sekarang juga disibukkan dengan urusan rumah tangga mereka sendiri yang begitu intens menguras Daya mereka.

Cek Artikel:  Tersandera Cawe-Cawe Penjaga Konstitusi

Dengan segala konflik dan polemik di internal KPK yang dipicu oleh lemahnya integritas pimpinan Begitu ini, tak mengherankan bila koruptor menjadi lebih berani dan kurang ajar. Kewibawaan KPK yang mungkin sedang berada di titik terendah dimanfaatkan betul oleh para penjahat korupsi Kepada melancarkan aksi.

Apakah itu berarti kita Enggak patut memberikan apresiasi Kepada sejumlah OTT terhadap kepala daerah belakangan ini? Tentu saja patut. Tetapi, dengan fakta bahwa banyak OTT yang dilakukan KPK tak memberikan Pengaruh jera, kiranya itu Enggak cukup. Kalau KPK Mau membuktikan ketangguhannya, kiranya mereka perlu juga mengubah Konsentrasi pendekatan pemberantasan korupsi.

Pendekatan penindakan memang Krusial. Sebagai ‘pertunjukan’ pun, langkah penindakan sangatlah menarik. Publik senang disodori tontonan penangkapan pejabat korup dan Rekan-kawannya. Akan tetapi, kalau aksi itu Rupanya hanya berhenti sebagai pertunjukan dan Enggak menimbulkan kejeraan, bukankah itu berarti kita perlu mencoba Konsentrasi yang lain?

Cek Artikel:  Uji Materi demi Syahwat Dinasti

Dalam hal efektivitas mematikan korupsi, langkah pencegahan sangat layak Kepada diuji dan diadu. Semestinya, lembaga sekelas KPK mempunyai konsep pencegahan mutakhir, yang Lihai, yang Dapat menyupervisi kementerian dan lembaga Kepada juga dapat Membikin sistem atau program pencegahan korupsi di instansi masing-masing.

Pesan Kepada KPK Begitu ini, kalau Mau mengembalikan muruah dan kepercayaan publik, mungkin inilah salah satu Langkah yang Dapat diunggulkan. Ingat, langkah pencegahan akan membunuh bibit korupsi, bukan sekadar menangkap pelaku korupsi.

Mungkin Anda Menyukai