Bandung Gempa, Ahli ITB Waspada Ancaman Sesar Aktif Selain Megathrust

Bandung Gempa, Pakar ITB: Waspada Ancaman Sesar Aktif Selain Megathrust
Ahli Gempa ITB, Prof. Irwan Meilano.(Dok. ITB)

GEMPA bumi berkekuatan Magnitudo 5,0 mengguncang wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat (Jabar) pada Rabu (18/9) pukul 09.41 WIB. Gempa menyebabkan kerusakan bangunan, terutama di Kecamatan Kertasari dan Pangalengan Kabupaten Bandung.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), melaporkan gempa tersebut diikuti oleh 33 gempa susulan, di mana getarannya masih dapat dirasakan oleh warga.

Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) sekaligus pakar gempa, Prof. Irwan Meilano Sabtu (21/9) mengatakan, bencana gempa bumi ini kembali mengingatkan masyarakat akan risiko gempa di wilayah Jabar, yang tidak hanya berasal dari zona megathrust di pantai selatan.

Baca juga : Ahli ITB Sebut Gempa Garut Menunjukan Terdapatnya Sumber Baru Selain Megathrust

Cek Artikel:  55 Jenis Alat Laboratorium Kimia dan Fungsinya, Lengkap dengan Gambar

“Kita seringkali berfokus pada potensi gempa dari zona subduksi di selatan (megathrust). Tetapi, gempa kali ini mengingatkan kembali bahwa sumber gempa lain juga bisa berasal dari sesar aktif di daratan,” jelas Irwan.

Menurut Irwan, baik gempa yang bersumber dari sesar maupun megathrust sama-sama merupakan hasil dari proses pergeseran tektonik yang ada di cincin api Indonesia. Meskipun magnitudo gempa dari sesar aktif ini biasanya lebih kecil dibandingkan gempa megathrust. Tetapi gempa sesar yang jaraknya yang lebih dekat dengan permukaan, bisa menyebabkan kerusakan yang sama signifikannya dengan yang diakibatkan megathrust.

“Kemungkinan mengenai adanya berbagai gempa susulan yang terjadi, menurut saya sebuah gempa dapat diikuti dengan gempa susulan sebagai pelepasan sisa energi. Oleh karena itu, masyarakat perlu diimbau agar tetap waspada,” ungkapnya

Cek Artikel:  Ayu Widyaningrum Sebut Penghargaan Sebagai Apresiasi dan Pengakuan atas Dedikasi

Baca juga : Gempa di Gianyar Bali Dipicu Sesar Aktif di Darat

Sebuah gempa lanjut Irwan, akan diikuti dengan gempa susulan, hal ini mengindikasikan gempa melepaskan energi satu kali saja. Sisa energinya dilepaskan dalam energi susulan. Dalam konteks mitigasi bencana gempa bumi, Irwan menggarisbawahi, urgensi kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.

“Pendekatan yang terintegrasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas, dinilai krusial dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi risiko gempa yang ada. Karena kalau masyarakat bergerak sendiri, hasilnya tidak akan optimal,” ujar Irwan.

Irwan menambahkan, salah satu langkah yang paling utama adalah meningkatkan pemahaman tentang risiko gempa melalui peta kajian risiko yang lebih mendalam. Perlu dibuat peta risiko bencana yang lebih detail dan menjadikannya acuan dalam perencanaan pembangunan, terutama untuk kebijakan tata ruang, baik dari segi infrastruktur, pemilihan lokasi dan jalur evakuasi yang mempertimbangkan risiko gempa di suatu wilayah.

Cek Artikel:  Dilantik Jadi Duta Stem Cell, Hotman Paris Dorong Health Tourism Indonesia ke Mimbar Dunia

Selain itu, beliau juga menekankan perlunya peningkatan literasi bencana bagi masyarakat, baik melalui jalan formal seperti pengadaan kurikulum, maupun jalur informal melalui komunitas.

“Saya percaya bangsa Indonesia punya modal untuk itu (mitigasi bersama), salah satunya dengan budaya kita gotong royong. Kita harus menanamkan bahwa dengan kemampuan yang kita miliki, dengan bersama-sama kita bisa melakukan upaya pengurangan resiko bencana,” sambung Irwan. (Z-9)

 

Mungkin Anda Menyukai