WTO Tak Punya Taring soal Tarif AS, Negosiasi Bilateral Jadi Solusi

Gedung WTO: Foto: dok WTO.

Jakarta: Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai negosiasi langsung (bilateral) antara pemerintah Indonesia dan Amerika Perkumpulan (AS) sebagai solusi realistis Buat mengatasi tarif impor tinggi sebesar 32 persen terhadap produk Indonesia. 

Ia meragukan efektivitas Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) dalam menyelesaikan masalah tersebut. Ini karena AS sering mengambil kebijakan sepihak yang Enggak sejalan dengan aturan WTO, sehingga lembaga tersebut dianggap Enggak berdaya di mata AS.

“WTO Enggak Tengah punya taring berhadapan dengan situasi ini. Sekarang masing-masing negara langsung bernegosiasi dengan AS. Pemerintah kita mesti segera bernegosiasi dengan AS,” kata Tauhid dalam Percakapan Indef Waspada Genderang Perang Dunia secara daring, dikutip Sabtu, 5 April 2025.

Negosiasi Buat mendapatkan win-win solution amat dibutuhkan Indonesia lantaran adanya ketimpangan posisi perdagangan dengan Negara Om Sam. Tauhid mengungkapkan pangsa pasar AS bagi Indonesia mencapai 9-10 persen. Tetapi sebaliknya, kontribusi Indonesia terhadap perdagangan AS hanya Sekeliling 0,9 persen.

Cek Artikel:  Harga Emas Antam Turun Jadi Rp1,310 Juta Per Gram

“Jadi dalam situasi ini memang kita jauh lebih membutuhkan Amerika,” ucap dia.

Mengenai pengenaan tarif impor tinggi AS, sejumlah negara telah memberikan respons Segera. Vietnam yang dikenai tarif 46 persen, kata Tauhid, telah merespons dengan berencana mengirim delegasi mereka ke AS akhir pekan ini. Sementara, Thailand merespons dengan menyatakan akan menyesuaikan struktur tarif dengan mencari solusi yang adil melalui negosiasi. 

“Itu statement dari Menteri Keuangan Thailand (Pichai Chunhavajira). Walaupun dia menyesalkan, tapi dia mencoba menyesuaikan struktur tarif dan mencari solusi yang adil. Malaysia juga akan melakukan dialog dan negosiasi,” Jernih Tauhid.
 

 

Negosiasi Berbarengan ASEAN Enggak efektif

Dalam kesempatan sama, Ekonom Senior Indef Fadhil Hasan berpandangan Pemerintah Indonesia perlu memahami Kepribadian Presiden AS Donald Trump yang dikatakan Enggak menyukai pendekatan multilateral. Kalau Eksis upaya yang bersifat koordinatif yang dilakukan oleh negara-negara yang terdampak atas kebijakan tarif, Trump cenderung menolak.

Cek Artikel:  BCA Expoversary 2025 Tawarkan Variasi Promo

“Trump maunya deal-nya itu dengan bilateral. Misalnya, dengan Uni Eropa secara langsung, atau dengan negara lain seperti Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Trump Mau melakukan kesepakatan secara satu per satu,” Jernih dia. 

Lebih lanjut, Fadhil menilai dengan mengajukan usulan negosiasi Berbarengan ASEAN, dianggap Enggak efektif. Hal ini karena adanya perbedaan kepentingan di antara negara-negara ASEAN. 

“Soal tarif impor baru ini, saya kira memang kita harus melakukannya secara bilateral dengan Amerika,” paparnya.


(Gedung WTO di Jenewa, Swiss. Foto: Xinhua/Lian Yi)
 

WTO Tetap pantau analisis Pengaruh tarif Trump

Terpisah, Direktur Jenderal (Dirjen) WTO Ngozi Okonjo-Iweala menyampaikan pihaknya tengah memantau dan menganalisis secara cermat langkah-langkah yang diumumkan Trump mengenai tarif resiprokal AS. Katanya, banyak Personil yang telah menghubungi WTO Buat mencari solusi atas permasalahan tarif impor tinggi AS. 

Cek Artikel:  Dampingi UMKM Naik Kelas, Kemenkop UKM Jalin Kolaborasi dengan UGM

“Kami secara aktif berkomunikasi dengan mereka Buat menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait Pengaruh potensial terhadap perekonomian mereka dan sistem perdagangan Mendunia,” kata Iweala dalam keterangan Formal 

Ia menambahkan kebijakan terbaru AS tersebut akan Mempunyai implikasi yang signifikan terhadap perdagangan Mendunia dan prospek pertumbuhan ekonomi.

Perkiraan awal pihaknya menunjukkan dengan adanya tarif impor baru AS, ditambah dengan kebijakan yang telah diberlakukan sejak awal tahun, dapat menyebabkan kontraksi Sekeliling satu persen dalam volume perdagangan barang Mendunia tahun ini.

“Ini merupakan revisi turun Dekat empat poin persentase dari proyeksi sebelumnya. Saya sangat prihatin terhadap penurunan ini dan potensi eskalasi menjadi perang tarif dengan siklus tindakan balasan yang dapat menyebabkan penurunan perdagangan lebih lanjut,” ucap Dirjen WTO.

Mungkin Anda Menyukai