
Ketika ini merupakan kesempatan yang sangat Cocok Demi membentuk kepemimpinan dalam diri generasi muda. Mengapakah demikian? Data menunjukkan bahwa di Indonesia, generasi muda merupakan Golongan yang jumlahnya besar dan potensial Demi berkembang demi kemajuan negara kita.
Di 2040 jumlah penduduk Indonesia yang berusia produktif (berusia 15-64 tahun) diperkirakan 66,08%. Hal ini mengindikasikan adanya bonus demografi bagi Indonesia, yang dapat dipahami sebagai peningkatan jumlah penduduk usia produktif dibandingkan dengan usia non-produktif.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, lebih dari separuh penduduk di Indonesia adalah generasi muda yang berusia di antara 15-39 tahun. Penduduk yang berusia 24-39 tahun sebesar 37,23% dan penduduk yang berusia 15-23 tahun sebesar 21,62%. Oleh karena itu, besarnya penduduk usia produktif ini perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak khususnya para pendidik dan orangtua.
Beberapa permasalahan mendasar, seperti pencapaian pendidikan, kehidupan pernikahan, dan penggunaan zat adiktif, Tetap terjadi di kalangan generasi muda Ketika ini. Menurut data BPS tantangan yang dihadapi oleh generasi muda (Y dan Z) di Indonesia adalah tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, tantangan lainnya adalah pernikahan di usia muda, konsumsi rokok, dan penyalahgunaan narkoba.
Penulis menyoroti bahwa selain dari adanya permasalahan mendasar tersebut, kita juga perlu Menyaksikan adanya kesempatan yang Eksis pada generasi muda pada masa kini. Dalam tulisan ini, penulis Mau memberi kontribusi pemikiran mengenai kepemimpinan generasi muda, khususnya dalam diri generasi muda Kristen, sebagai bagian dari generasi muda di Indonesia.
Bagian Tak terpisahkan
Kaum muda Kristen adalah bagian yang tak terpisahkan dari kaum muda di Indonesia. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan telah turut berjuang Demi kemerdekaan negeri ini. Sebut saja nama Johanes Leimena, yang ketika Tetap menjadi mahasiswa merupakan tokoh dalam organisasi pemuda, seperti Jong Ambon dan Perkumpulan Pelajar Kristen.
Leimena kemudian menjadi Menteri Kesehatan di era kepemimpinan Presiden Soekarno dan merupakan salah seorang yang menggagas pelayanan pusat kesehatan pada masyarakat (Puskesmas).
Demi mencermati lebih jauh mengenai tantangan sekaligus kesempatan dalam pembentukan kepemimpinan generasi muda Kristen, penulis bertanya kepada beberapa orang guru di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Pendapat dan masukan itu Krusial karena mereka merupakan pihak yang memegang peranan signifikan terkait dengan pembinaan generasi muda.
Menurut Hendro, seorang guru di salah satu sekolah Kristen di Jakarta, tantangan yang paling besar adalah dari lingkungan, khususnya lingkungan daring. “Di dalam keseharian mereka akses online cukup bebas. Di sana tersaji banyak hal Bagus maupun Jelek, dan umumnya yang Jelek-Jelek yang paling atas,” tutur Hendro. Jadi Eksis keprihatinan dari pihak guru mengenai penggunaan media digital di kalangan siswa masa kini.
Lebih jauh dari sekadar pemakaian media digital, guru juga Menyaksikan permasalahan yang mendasar mengenai nilai-nilai yang dimiliki siswa. Seorang guru bernama Susi menegaskan bahwa teknologi merupakan keniscayaan, Tetapi yang perlu disampaikan ke siswa adalah nilai-nilai yang Betul. Dengan demikian, menurut pandangan guru tersebut, penanaman nilai merupakan hal yang sangat diperlukan bagi siswa.
Selesaikan tantangan
Selain adanya tantangan, guru juga Menyaksikan bahwa Malah terdapat kesempatan Demi membentuk kepemimpinan di dalam generasi muda masa kini. Hendy, seorang kepala sekolah di salah satu sekolah di Jakarta menjelaskan bahwa yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah Tak menyalahkan media sosial. Menurutnya, yang perlu dilakukan adalah menyelesaikan tantangan yang Eksis.
Berdasarkan masukan dari para guru, penulis menyimpulkan bahwa Ketika ini memang Eksis tantangan bagi kepemimpinan siswa, yakni dari teknologi online yang digunakan oleh mereka. Tetapi demikian, di Ketika yang sama, guru-guru juga Menyaksikan adanya Kesempatan atau kesempatan Demi membentuk kepemimpinan siswa di tengah tantangan yang Eksis tersebut. Dengan kata lain, tantangan perlu dilihat bukan sebagai permasalahan melainkan sebagai kesempatan.
Tertulis di dalam Kitab Kudus, ‘Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia Tak akan menyimpang dari pada jalan itu.’ Pernyataan ini menjadi salah satu acuan yang perlu direnungkan dalam Menyaksikan tantangan kaum muda Kristen pada generasi ini.
Tugas kita sebagai pendidik adalah mempersiapkan jalan yang patut bagi para siswa yang dipercayakan kepada kita. Dalam pengharapan bahwa Tuhanlah yang akan Lalu memampukan orang muda itu Demi tetap pada jalan itu pada masa tuanya.
Karena mereka belajar hari ini dan akan menjadi pemimpin pada masa yang akan datang. Oleh karena itulah, Ukrida terpanggil Demi Membikin wadah bagi para kaum muda Kristen Demi sama-sama belajar menjadi pemimpin yang dimulai pada Ketika ini Bagus sebagai pengurus OSIS, pembina di gereja, atau kegiatan produktif lainnya.
Ukrida adalah perguruan tinggi Kristen yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani dengan Konsentrasi pada pembentukan Kepribadian kepemimpinan di seluruh sivitas akademika, dan Mempunyai nilai budaya LEAD (Loving, Enlightening, Advanced, dan Determined).
Moto yang diusung adalah LEAD to Impact yang berarti Ukrida bertekad Demi dapat berdampak Bagus bagi dunia dengan dilandasi oleh nilai-nilai Kristiani. Beranjak dari nilai LEAD itulah, Ukrida melakukan berbagai bentuk pengembangan kepemimpinan dan Kepribadian mahasiswa.
Yang Tak kalah Krusial ialah penyelenggaraan pendidikan holistik dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan holistik merupakan salah satu Metode Demi memastikan bahwa mahasiswa Mempunyai pembentukan Kepribadian yang utuh, Bagus secara emosional, spiritual, maupun academic excellence.
Kelas pendidikan holistik mencakup mata kuliah wajib, logika, kepemimpinan Kristen, serta community service, yang dirancang sedemikian Corak dengan pendekatan metode project based learning.
Dengan demikian, mahasiswa Tak hanya menguasai teori, Tetapi dapat mewujudkannya dalam menjawab kebutuhan Konkret masyarakat. Penulis menyadari bahwa kaum muda Kristen adalah sekelompok kecil dari arus generasi muda yang Eksis di Indonesia.
Tetapi demikian, penulis meyakini bahwa bukan jumlahnya yang diperhitungkan, melainkan kontribusi apa yang dapat diberikan oleh generasi muda Kristen ini di masa depan, khususnya bagi kemajuan bangsa dan negara. Oleh karena itu, penulis mendorong setiap pihak Demi Berbarengan-sama, berperan aktif mendampingi generasi muda dalam mempersiapkan diri mereka menjadi pemimpin di masa depan.
Semoga apa yang dikatakan oleh Presiden Soekarno menggugah kita, Merukapan “Beri Diriku 1.000 orang Sepuh, Niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri Diriku 10 pemuda, Niscaya akan kuguncangkan dunia.”