Iran Balas Israel, Harga Emas Berpotensi Menguat Hari Ini

Ilustrasi emas. Foto: MI/Usman Iskandar.

Jakarta; Harga emas (XAU/USD) pulih lebih dari 1,0 persen dan diperdagangkan di kisaran USD2.660 per troy ons pada hari ini. Pemicu utama dari kenaikan ini adalah invasi darat yang dilakukan oleh pasukan Israel ke Lebanon, yang meningkatkan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

“Situasi ini membuat permintaan untuk aset safe haven, seperti emas, melonjak, karena para investor berusaha melindungi kekayaan mereka di tengah ketidakpastian global,” ungkap analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha, dikutip dari analisis harian, Rabu, 2 Oktober 2024.

Menurut Nugraha, emas berpotensi melanjutkan tren bullish dalam waktu dekat. Berdasarkan indikator teknis Moving Average yang terbentuk saat ini, terlihat bahwa momentum bullish kembali menguat pada XAU/USD.

Nugraha memperkirakan harga emas berpotensi naik hingga USD2.680 per troy ons dalam perdagangan hari ini. Tetapi, jika terjadi pembalikan arah atau reversal, emas dapat mengalami koreksi dan turun menuju target terdekat di USD2.650 per troy ons.

Cek Artikel:  Kebijakan Fiskal Mesti Ikuti Pelonggaran Moneter

Menurutnya, konflik yang semakin memanas di Timur Tengah memainkan peran penting dalam pergerakan harga emas. Setelah serangan rudal dari Iran ke Israel sebagai bentuk pembalasan atas agresi Israel di Lebanon, ketegangan semakin memuncak.

Iran menembakkan lebih dari 180 rudal balistik, yang menurut Korps Garda Revolusi Iran adalah tindakan balasan terhadap pembunuhan para pemimpin militan yang didukung Iran, Hizbullah. Meski serangan ini tidak menimbulkan korban di pihak Israel, ketegangan yang meningkat tetap mempengaruhi pasar keuangan global.
 

Emas jadi aset yang paling diincar

Dalam situasi ini, emas kembali menjadi aset yang diincar oleh investor sebagai perlindungan dari ketidakpastian geopolitik. Kenaikan harga emas ini sejalan dengan lonjakan indeks dolar AS, yang mengalami kenaikan tajam sekitar 0,5 persen dalam semalam menjadi 101,2, tertinggi sejak 25 September.

Cek Artikel:  Ikut Pameran di Luar Negeri, UMKM Pertamina Catat Kesepakatan Transaksi hingga Rp2 Miliar

“Kenaikan dolar ini juga didukung oleh data lowongan pekerjaan di AS yang lebih kuat dari perkiraan, memberikan dorongan tambahan bagi aset safe haven seperti emas,” jelas Nugraha.

Tetapi, Nugraha juga mengingatkan situasi geopolitik di Timur Tengah sangat tidak dapat diprediksi. Apabila ketegangan mereda dan tidak ada eskalasi lebih lanjut, sentimen pasar bisa pulih kembali, dengan fokus bergeser pada kondisi ekonomi global.

Beberapa peristiwa penting yang dapat mempengaruhi sentimen pasar termasuk debat wakil presiden AS yang dijadwalkan hari ini antara Demokrat Tim Walz dan Republik JD Vance, serta rilis data penggajian swasta AS.

Secara teknis, proyeksi Andy Nugraha mengenai pergerakan emas masih mengarah ke tren bullish. Emas telah berhasil kembali diperdagangkan di atas USD2.650 pada hari ini, menunjukkan permintaan terhadap logam mulia ini tetap kuat di tengah kekhawatiran akan meluasnya konflik di Timur Tengah.

Cek Artikel:  Pencapaian Sasaran Penerimaan Pajak Pahamn Depan akan Hadapi Banyak Tantangan

“Para pelaku pasar akan terus memantau perkembangan geopolitik ini, terutama mengenai aksi lanjutan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon dan kemungkinan balasan lebih lanjut dari Iran,” papar dia.


(Ilustrasi grafik pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)

Apabila ketegangan terus meningkat, emas diperkirakan akan tetap mendapatkan dukungan dari investor yang mencari aset aman. Tetapi, jika situasi mereda dan fokus pasar kembali pada data ekonomi dan fundamental lainnya, kemungkinan besar emas akan menghadapi tekanan koreksi yang lebih besar.

“Oleh karena itu, penting untuk tetap waspada terhadap pergerakan harga dalam waktu dekat,” ucap Nugraha mengingatkan.

Di samping faktor geopolitik, pasar juga memperhatikan perselisihan ketenagakerjaan di AS yang dapat mempengaruhi ekonomi global. Aksi mogok pekerja dermaga di Pantai Timur dan Gulf Coast yang dimulai pada Selasa diperkirakan akan mengganggu arus perdagangan laut AS, yang bisa menjadi faktor tambahan dalam volatilitas pasar.

Mungkin Anda Menyukai