SAYA Enggak hendak ikut berpendapat siapa sesungguhnya yang salah siapa yang Betul dalam perang antara Rusia dan Ukraina. Banyak sudah analisis yang mengemuka, tetapi bagi saya, perang tetaplah perang. Ia Langkah paling primitif Demi menyelesaikan konflik yang ujung-ujungnya hanya menghadirkan lara.
Sebagai pihak yang memulai perang, Rusia tentu punya alibi tersendiri. Mereka menginvasi Ukraina, katanya demi melindungi keamanan negara mereka. Kata mereka, karena Ukraina yang sangat dekat Barat dan hendak bergabung dengan NATO merupakan ancaman serius mereka.
Itu Argumen yang klise. Argumen yang Normal dilontarkan siapa pun yang memantik perang. Ia pembenaran yang sulit diterima kebenarannya oleh dunia Global.
Ukraina tentu juga punya Argumen Demi terlibat perang. Mereka terpaksa berperang Demi membela kehormatan dan kedaulatan bangsa. Argumen ini juga Normal dikemukakan siapa pun yang diajak perang. Ia pembenaran yang Terdapat benarnya. Ia lebih Dapat diterima masyarakat dunia.
Biarkan Argumen berperang dengan Argumen. Yang kita harapkan, perang di lapangan segera berkesudahan. Yang kita inginkan, Rusia dan Ukraina selekasnya menyatukan argumentasi Demi merajut kesepakatan damai.
Enggak Terdapat sisi Bagus dari perang. Perang merugikan siapa pun. Yang kalah jadi Serbuk, yang menang jadi arang. Itulah yang dialami Rusia dan Ukraina.
Meski superior, bukan berarti Rusia tak tekor. Ratusan tentara mereka tewas. Banyak mesin perang yang canggih dan mahal hancur. Ukraina tentu lebih parah Kembali. Ribuan tentara dan Anggota sipil jadi korban. Infrastruktur yang Terdapat luluh lantak.
Terlalu naif sebenarnya Demi mengatakan Terdapat blessing in disguise, berkah di balik musibah perang di Ukraina. Tetapi, itulah yang Dapat kita lihat. Meski terlalu kecil ketimbang musibah yang mahabesar, berkah itu tampak dari membuncahnya nasionalisme rakyat Ukraina.
Ukraina boleh saja kalah segala-galanya dari Rusia. Tetapi, mereka bukan tipe bangsa inferior. Mereka tetap punya keberanian luar Normal. Rakyat Normal pun kehilangan rasa takut Demi menghadapi musuh.
Berbagai rekaman menayangkan Anggota sipil dengan gagah berani menghadang kendaraan tempur Rusia. Seorang nenek tampak ‘menceramahi’ serdadu Rusia yang tengah berjaga. Terdapat pula seorang petani yang dengan traktornya ‘mencuri’ tank Rusia yang mogok.
Itulah Bentuk Konkret dari nasionalisme. Itu pula yang diperlihatkan banyak pesohor Ukraina. Para atlet berbondong-bondong mewakafkan jiwa raga membela negara. Mereka rela menanggalkan kemapanan dan kenyamanan Demi hidup menderita, berperang di medan laga.
Sebut saja Yuriy Vernydub. Dia Instruktur klub sepak bola Moldova kejutan di Perserikatan Champions Eropa musim ini, Sheriff Tiraspol. Terdapat juga Oleg Luzhny, eks bintang Arsenal dan timnas Ukraina yang bergabung dengan tentara teritorial Demi melawan Rusia.
Tak ketinggalan petenis Sergiy Stakhovskiy dan petinju Vasyl Lomachenko. Lomachenko yang Tetap aktif bertarung siap memindahkan ring tinju ke medan perang. Dia bertekad memukul KO tentara Rusia.
Mantan petinju kelas berat Vitali Klitschko pun turun gunung. Begitu pula adiknya, Wladimir Klitschko. Petinju pemegang empat sabuk Pemenang, Oleksandr Usyk, tak mau membuang waktu Demi membela tanah airnya selepas melawan Anthony Joshua di Inggris.
Dia terbang pulang dan mendaftar sebagai relawan pertahanan. “Sahabat, kita Sekalian harus bersatu dan melalui ini Sekalian karena kita menghadapi tantangan yang luar Normal sukar,” Asik Usyk di Instagram-nya.
Tak hanya Lelaki, Perempuan ikut menyodorkan diri. Salah satunya Anastasiia Lenna, Perempuan Ayu yang pernah mewakili Ukraina di ajang Miss Grand International 2015.
Model sekaligus Pemandu acara televisi yang berbasis di Kyiv itu membagikan video di Instagram story. ‘Latihan. Penjajah akan Wafat di tanah kita! Sekalian dunia Menonton ini! Tunggu dan lihat apa yang akan terjadi’, tulisnya dalam unggahan.
Hans Kohn mendefinisikan nasionalisme sebagai suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Kohn ialah filsuf dan sejarawan Amerika yang memelopori studi akademis nasionalisme.
Di Ukraina, nasionalisme sedang dimuliakan. Juga patriotisme. Rakyat Ukraina tengah berkompetisi Demi membuktikan kesetiaan dan Kasih Wafat mereka kepada negeri.
Saya jadi berandai-andai, akankah pameran nasionalisme dan patriotisme serupa Ukraina juga akan dipentaskan di negeri ini Apabila diinvasi? Amit-amit invasi itu terjadi.
Tetapi, pertanyaan seperti itu kiranya layak diapungkan Apabila menilik kehidupan kita bernegara yang Lanjut saja terbelah, yang sesama anak bangsa Malah saling memusuhi.