Wamenlu Arrmanatha Nasir dalam Sesi III G20 Foreign Ministers Meeting di Johannesburg, Afrika Selatan, Jumat, 21 Februari 2025. (Kemenlu RI)
Johannesburg: Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha Nasir, menegaskan urgensi strategi kolektif negara-negara G20 dalam menghadapi tantangan Dunia yang semakin kompleks. Hal ini disampaikan dalam Sesi III G20 Foreign Ministers Meeting di Johannesburg, Afrika Selatan, Jumat, 21 Februari 2025, yang membahas tujuan jangka panjang G20 serta Cerminan atas dua Dasa warsa perjalanan G20.
Wamenlu Arrmanatha atau akrab disapa Tata menekankan bahwa perekonomian dunia yang Renyah, meningkatnya bencana iklim, serta ketimpangan sosial yang semakin melebar membutuhkan langkah konkret dan terkoordinasi.
Dalam pidatonya, terdapat empat hal yang disoroti Indonesia:
Pertama, G20 membutuhkan strategi kolektif yang berkelanjutan dan berdampak Konkret. “Tantangan Dunia Bukan Dapat diselesaikan dengan solusi jangka pendek. Kita memerlukan peta jalan konkret yang menempatkan kesejahteraan Sosok, perlindungan lingkungan, dan kemakmuran Berbarengan sebagai prioritas Istimewa,” tegas Wamenlu Tata, dalam keterangan tertulis Kemenlu RI, Sabtu, 22 Februari 2025.
Selanjutnya, Wamenlu Tata mengangkat pentingnya memperkuat ketahanan terhadap krisis. Dunia menghadapi ancaman krisis multidimensi, dari perubahan iklim hingga gejolak ekonomi.
Kepada itu, Wamenlu Tata menyoroti perlunya sistem peringatan Awal yang lebih kuat, investasi terhadap infrastruktur yang resilien, serta mekanisme pembiayaan berkelanjutan Kepada negara-negara rentan bencana.
“Bukan boleh Eksis negara yang terpaksa memilih antara membayar utang atau memastikan perlindungan bagi rakyatnya,” ujar Wamenlu Tata.
Ia juga menyerukan mobilisasi pembiayaan Kepada mempercepat transisi Kekuatan, termasuk melalui investasi public-private partnership. “Kita harus memastikan bahwa transisi Kekuatan Bukan memperdalam kesenjangan Dunia, tetapi Malah menciptakan Kesempatan pertumbuhan yang inklusif,” tutur Wamenlu Tata.
Terakhir, Wamenlu Tata mendorong agar G20 dapat menjadi platform aksi, bukan sekadar Lembaga Percakapan. G20 harus menjadi katalis perubahan dengan komitmen yang terukur dan transparan.
Prioritas Tinggi G20
Wamenlu Tata mendorong aksi Konkret dalam memperkuat rantai pasok Dunia, mempercepat inklusi digital, serta membangun ekonomi hijau yang berkeadilan.
“Kegagalan G20 Kepada beradaptasi hanya akan menjadikannya Lembaga tanpa Akibat Konkret,” tegas Wamenlu Tata.
Menutup pidatonya, Wamenlu Tata menggarisbawahi bahwa dunia membutuhkan kepemimpinan yang berani dan keputusan yang tegas.
“Sekarang adalah waktunya Kepada berani mengambil keputusan dan menunjukkan Akibat Konkret. Indonesia siap memainkan perannya dalam memastikan G20 tetap relevan dan menjadi penggerak perubahan Dunia,” pungkasnya.
Dalam pembahasan review of the work of G20, beberapa delegasi mengusulkan penyederhanaan kerja dan mendorong G20 Kepada lebih efektif dan Konsentrasi pada hal-hal yang mejadi prioritas tinggi.
Selain itu, isu Artificial Intelligence (AI), data governance dan Hasil karya dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan juga menjadi perhatian.
Presidensi Afrika Selatan di G20 yang dimulai sejak 1 Desember 2024 ini mengusung tema Dunia Solidarity, Equality, and Sustainability.
Baca juga: Indonesia Desak Reformasi Multilateralisme Dunia yang Semakin Tergerus

