Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Nilai Salin (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Perkumpulan (AS) pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan. Meski begitu, rupiah Tetap berada di dekat level Rp17 ribu per dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 9 April 2025, nilai Salin rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.872 per USD. Mata Fulus Garuda tersebut menguat 18,5 poin atau setara 0,11 persen dari posisi Rp16.891 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sebaliknya, data Yahoo Finance Malah menunjukkan rupiah mengalami pelemahan pada posisi Rp16.860 per USD. Rupiah turun satu poin atau setara 0,01 persen dari Rp16.859 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs Surat keterangan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.943 per USD. Mata Fulus Garuda tersebut melemah dibandingkan perdagangan sebelumnya di level Rp16.849 per USD.
(Ilustrasi rupiah. MI/Adam Dwi)
Rupiah Tetap akan tertekan
Pengamat pasar Fulus Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai Salin rupiah semakin mendekati Rp17.000 per dolar AS. Ia memperkirakan tekanan rupiah dari dolar AS Tetap cukup tinggi.
“Demi perdagangan besok, mata Fulus rupiah bakal fluktuatif dengan ditutup melemah direntang Rp16.860-Rp16.900 per dolar AS,” ujarnya dalam keterangan Formal.
Ibrahim mengatakan indeks dolar AS menguat pada hari ini di tengah kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menambah tarif baru pada beberapa ekonomi Penting di luar Tiongkok. Salah satunya Indonesia yang terkena Dampak tarif 32 persen. Tarif timbal balik Trump tersebut berlaku mulai hari ini.
Pada Selasa, 8 April 2025, Trump telah menandatangani perintah yang mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada Tiongkok, sehingga tarif kumulatif AS terhadap negara tersebut menjadi 104 persen. Bilangan tersebut jauh di atas 60 persen yang diancam oleh Trump selama upaya kampanyenya tahun Lampau.
Trump mengatakan kenaikan 50 persen tersebut merupakan balasan atas pengenaan tarif balasan sebesar 34 persen oleh Tiongkok terhadap AS minggu Lampau. Keputusan tersebut Membikin goyah pasar-pasar saham Mendunia.
Tiongkok sendiri sejauh ini Enggak menunjukkan niat Demi mundur, dengan Kementerian Perdagangan berjanji Demi berjuang Tiba akhir dengan AS atas peningkatan tarifnya. Pasar juga berspekulasi bahwa Tiongkok membuang kepemilikannya yang besar atas Obligasi Pemerintah AS, yang menyebabkan lonjakan besar dalam imbal hasil.