POSISI kepala negara yang Sebaiknya Independen dalam kontestasi demokrasi tampaknya kini telah bergeser fungsi dan Maksud menjadi magnet Bunyi. Bukannya ditopang Demi tegak berdiri di tengah Seluruh kandidat, dukungan seorang presiden menjelang Pemilihan Lazim 2024 kini Malah malah diperebutkan.
Betapa Tak, dua kandidat calon presiden, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, seakan berebut Dampak bandul dukungan Presiden Joko Widodo Demi merebut Bunyi. Restu Jokowi seolah merupakan mantra mujarab Demi menggiring arah dan pilihan para pendukung dan relawan.
Kini arah dukungan Jokowi ke Prabowo semakin terlihat, arah berbeda dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai yang membesarkannya. Jokowi seakan Mempunyai kekuatan dan arus sendiri di politik.
Kecondongan Jokowi ke Prabowo makin terlihat Begitu memperhatikan beberapa elemen relawan Jokowi yang mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo. Misalnya saja, Jokowi Mania, Jokpro, Projo, dan Lagi banyak Kembali yang Tak Pandai dianggap enteng.
Tetapi, kecenderungan Jokowi ke Prabowo Terang akan Membikin poros PDI Perjuangan yang mengusung Ganjar bakal meradang karena Tak Pandai dimungkiri akan Terdapat Bonus atau benefit elektoral buat Prabowo di satu sisi, pada sisi lain dapat menggerus Bunyi Ganjar.
Seperti teori bandul, kalau bandul berat sebelah, sebelahnya akan berkurang. Jokowi merupakan bandul magnet Bunyi bagi dua bakal capres tersebut. Dengan kecondongan ke Prabowo, daya tarik Jokowi akan ikut menambah elektabilitas Menteri Pertahanan tersebut.
Apalagi dalam berbagai survei, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto selalu berada pada posisi dua teratas. Fluktuasi elektabilitas atau Bunyi akan sangat dipengaruhi dinamika politik, termasuk endorse Jokowi. Sekecil apa pun benefitnya, itu akan Membikin perbedaan di antara dua kandidat ini.
Apalagi Kalau kepuasan publik terhadap pemerintahan Presiden Jokowi tetap tinggi hingga Pemilu 14 Februari 2024, restu Jokowi sangat relevan dengan upaya Meningkatkan elektabilitas kandidat. Artinya, capres yang direstui Jokowi Niscaya akan Mempunyai keuntungan politik elektoral.
Sejumlah survei menyebut tingkat kepuasan publik pada pemerintahan Presiden Joko Widodo terbilang tinggi, berkisar 70-80%. Dalam posisi seperti itu, sangat wajar Kalau bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden berupaya memperebutkan restu politik dari Presiden Jokowi.
Tetapi, sekali Kembali publik Memperhatikan dukungan Jokowi sama saja Memperhatikan ketidaknetralan seorang presiden. Manuver Jokowi dan relawan Terang bukan sebagai bentuk politik negara, tetapi lebih politik Demi mencari penerus programnya.
Publik Terang berharap jangan Tiba dukungan Presiden Joko Widodo terhadap kandidat calon presiden hanya bergantung pada kesediaan mereka Demi menggaransi kepentingannya, Berkualitas itu keberlanjutan program-program pemerintahannya maupun karier politik keluarganya.
Sebagai seorang negarawan, pertimbangan kepentingan politik praktis semacam ini semestinya dikesampingkan. Kepentingan daulat rakyat yang semestinya diutamakan, pertimbangan atas nama demokrasi yang Sebaiknya dikedepankan.