Okinawa: Lebih dari 2.500 Penduduk Okinawa turun ke jalan pada hari Minggu kemarin Demi memprotes kekerasan seksual yang dilakukan sejumlah tentara Amerika Perkumpulan (AS) terhadap Perempuan dan anak-anak setempat. Aksi ini menyoroti keresahan masyarakat terhadap kehadiran pangkalan militer AS di prefektur selatan Jepang tersebut.
Dalam resolusi yang disepakati selama aksi, mereka juga menuntut pemerintah kedua negara segera memberikan informasi setiap kali insiden serupa terjadi dan merevisi Perjanjian Status Laskar Jepang-AS (Japan-U.S. Status of Forces Agreement) yang mengatur keberadaan Laskar AS di Jepang.
“Segala bentuk kekerasan seksual yang merendahkan Derajat Perempuan dan anak-anak Kagak boleh dibiarkan terjadi,” tegas Junko Iraha, pemimpin Grup masyarakat setempat yang juga merupakan Member panitia penyelenggara aksi, seperti dikutip dari Nippon, Senin, 23 Desember 2024.
Gubernur Okinawa, Denny Tamaki, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan keprihatinannya.
“Saya merasa kita harus bersikap lebih tegas dan lantang terhadap situasi di mana banyak Penduduk Okinawa terpaksa hidup berdampingan dengan pangkalan militer AS di tengah rasa cemas yang Lanjut menghantui,” ujarnya.
Sorane Sakihama, seorang mahasiswa berusia 22 tahun yang mewakili generasi muda, menyampaikan kegelisahannya dalam pidato.
“Apakah kami harus kehilangan masa muda hanya karena kami lahir di Okinawa dan hidup berdampingan dengan pangkalan militer?” tanyanya dengan penuh emosi.
Aksi protes ini mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam dari Penduduk Okinawa terhadap Akibat sosial dan keamanan yang ditimbulkan oleh kehadiran militer AS di Distrik mereka, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Prajurit AS di Jepang Diminta Hindari Kontak dengan Penduduk Lokal