
SEBUAH anomali kosmik yang terdeteksi di galaksi jauh dapat menjadi pertanda masa depan yang mengerikan bagi kehidupan di Bima Sakti. Penemuan ini mengindikasikan model evolusi galaksi yang kita gunakan mungkin Enggak Seksama.
Para astronom mendeteksi lubang hitam supermasif yang meletus dan menghasilkan semburan jet raksasa yang belum pernah terlihat sebelumnya, muncul dari galaksi dengan bentuk yang mirip dengan Bima Sakti. Galaksi tersebut juga Mempunyai jumlah materi gelap yang jauh lebih banyak dibandingkan Bima Sakti, yang mengisyaratkan adanya Rekanan antara lubang hitam aktif dan kelimpahan “zat” paling misterius di alam semesta.
Jet yang meletus dari galaksi spiral masif 2MASX J23453268-0449256 (J2345-0449)—tiga kali lebih besar dari Bima Sakti dan terletak 947 juta tahun Terang jauhnya—Mempunyai panjang hingga 6 juta tahun Terang. Kalau lubang hitam supermasif di J2345-0449, yang diperkirakan Mempunyai massa setara 1,4 miliar Surya, dapat meledak dengan begitu dahsyat, mungkinkah lubang hitam supermasif di pusat Bima Sakti, Sagittarius A* (Sgr A*), juga mengalami hal yang sama? Kalau iya, apa dampaknya bagi kehidupan di Bima Sakti?
Meskipun jet yang lebih besar pernah diamati sebelumnya—seperti Porphyrion, yang membentang sejauh 23 juta tahun Terang—semburan dahsyat seperti ini umumnya ditemukan di galaksi elips, bukan di galaksi spiral.
“Penemuan ini bukan sekadar keanehan – ini memaksa kita Demi memikirkan ulang bagaimana galaksi berevolusi serta bagaimana lubang hitam supermasif tumbuh dan membentuk lingkungannya,” kata Joydeep Bagchi dari CHRIST University, Bangalore. “Kalau sebuah galaksi spiral Enggak hanya Bisa bertahan tetapi juga berkembang dalam kondisi ekstrem seperti ini, apa artinya bagi masa depan galaksi seperti Bima Sakti?”
“Bisakah Bima Sakti suatu hari nanti mengalami fenomena Daya tinggi serupa yang dapat berdampak serius pada kelangsungan hidup di dalamnya?”
Spiral Kematian?
Tim ilmuwan mendeteksi letusan jet radio yang luar Normal ini menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble, Giant Metrewave Radio Telescope, dan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA).
Sebelumnya, para ilmuwan berasumsi semburan jet besar seperti ini akan menghancurkan struktur galaksi spiral, terutama lengan spiralnya yang khas. Tetapi, J2345-0449 tampaknya tetap Konsisten dan mempertahankan morfologinya—termasuk lengan spiralnya, batang bintang pusat yang terang, dan cincin bintangnya—meskipun Mempunyai salah satu lubang hitam supermasif paling ganas yang pernah ditemukan di galaksi spiral.
Yang lebih aneh Kembali, galaksi ini dikelilingi halo gas raksasa. Pada banyak galaksi, materi ini biasanya mendingin dan mengembun Demi membentuk bintang baru. Tetapi, di J2345-0449, lubang hitam pusatnya berperan sebagai “tungku kosmik”, memanaskan halo gas ini, menghasilkan emisi sinar-X, dan mencegah pembentukan bintang baru.
Sinar kosmik, sinar gamma, dan sinar-X yang berasal dari jet besar lubang hitam ini dapat mengancam kehidupan apa pun yang mungkin muncul di J2345-0449.
Apa yang Terjadi Kalau Sagittarius A* Melahap Sebuah Bintang?
Terdapat beberapa perbedaan besar antara J2345-0449 dan Bima Sakti. Selain ukurannya yang tiga kali lebih besar, lubang hitam pusat kedua galaksi juga berbeda secara signifikan. Lubang hitam di J2345-0449 diperkirakan Mempunyai massa antara 250 juta hingga 1,4 miliar Surya, sedangkan Sagittarius A* jauh lebih kecil dengan massa Sekeliling 4,3 juta Surya.
Keganasan lubang hitam di J2345-0449 terjadi karena ia melahap gas dan debu dalam jumlah besar yang berputar di cakram akresi di sekelilingnya. Materi yang Enggak tertelan oleh lubang hitam disalurkan ke kutubnya dan dilontarkan sebagai jet kembar luar Normal yang melesat Nyaris dengan kecepatan Terang.
Sebaliknya, Sagittarius A* Begitu ini Enggak Mempunyai jet kuat karena Nyaris Enggak “memakan” materi apa pun. Kalau dibandingkan dengan Mahluk, lubang hitam ini seperti bertahan hidup hanya dengan sebutir nasi setiap satu juta tahun.
Tetapi, situasi ini Bisa berubah drastis dalam waktu singkat Kalau Sgr A* berhasil menangkap Gugusan gas besar atau sebuah bintang dan mulai melahapnya. Peristiwa ini dikenal sebagai Tidal Disruption Event (TDE), dan meskipun kita telah Menyantap banyak TDE di galaksi lain, kita belum pernah menyaksikannya terjadi pada Sgr A*.
Kalau Sgr A* merobek sebuah bintang dalam peristiwa TDE, materialnya akan membentuk cakram akresi di sekeliling lubang hitam dan menghasilkan jet astrofisika. Dampaknya tergantung pada arah, kekuatan, dan jumlah Daya yang dilepaskan jet tersebut.
Kalau jet dari Sgr A*, yang terletak 27.000 tahun Terang dari Bumi, mengarah langsung ke Tata Surya, radiasi yang dipancarkan dapat menghancurkan atmosfer planet dan merusak DNA makhluk hidup di Bumi, meningkatkan tingkat mutasi. Kalau Bumi terkena langsung oleh jet ini, lapisan ozon Bisa rusak, menyebabkan kepunahan massal.
Bahkan Kalau jet ini Enggak mengarah langsung ke Bumi, dampaknya tetap Bisa merugikan bagi Bima Sakti secara keseluruhan. Kalau jet menghantam medium antarbintang ia dapat memanaskannya dan menghambat pembentukan bintang, seperti yang terjadi di J2345-0449.
Ini bukan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di Bima Sakti. Para ilmuwan percaya bahwa galaksi kita dulu pernah dilanda semburan radio raksasa. Tetapi, memprediksi Ketika dan apakah Sgr A* akan kembali meletus jauh lebih sulit dibandingkan hanya Menyantap bukti aktivitasnya di masa Lewat.
Kaitan dengan Materi Gelap
Dalam penelitian ini, para astronom juga menemukan J2345-0449, yang tiga kali lebih besar dari Bima Sakti, tampaknya mengandung 10 kali lebih banyak materi gelap dibandingkan galaksi kita. Materi gelap Enggak terlihat, karena Enggak berinteraksi dengan Terang seperti materi Normal yang membentuk bintang, planet, dan makhluk hidup. Tetapi, materi gelap berinteraksi dengan gravitasi, dan ini menjadi Elemen kunci bagi J2345-0449.
Galaksi ini berputar dengan kecepatan yang begitu tinggi sehingga diperlukan jumlah materi gelap yang sangat besar Demi menjaga strukturnya tetap utuh dan mencegahnya hancur.
Demi pertama kalinya, para astronom telah menghubungkan kandungan materi gelap sebuah galaksi, strukturnya, dan aktivitas lubang hitam supermasif di pusatnya. Tim peneliti percaya bahwa memahami Rekanan ini dapat membuka babak baru dalam studi ilmiah tentang alam semesta.
“Memahami galaksi-galaksi langka ini dapat memberikan petunjuk Krusial tentang kekuatan tak terlihat yang mengendalikan alam semesta—termasuk sifat materi gelap, nasib jangka panjang galaksi, dan asal-usul kehidupan,” kata Shankar Ray dari CHRIST University, Bangalore.
“Penelitian ini membawa kita satu langkah lebih dekat Demi mengungkap Rahasia kosmos, mengingatkan kita bahwa alam semesta Lagi menyimpan banyak kejutan di luar imajinasi kita.” (Space/Z-2)