Rachmat Gobel Coba Mobil Hidrogen

Rachmat Gobel Coba Mobil Hidrogen
Personil Komisi VI DPR RI, Rachmat Gobel, mencoba mobil berbahan bakar hidrogen. (MI/HO)

Personil Komisi VI DPR RI, Rachmat Gobel, mencoba mobil berbahan bakar hidrogen. 

“Masa depan kendaraan bermotor akan mengarah ke tiga jenis, Yakni dengan daya listrik, mobil hibrid, dan berbahan bakar hidrogen. Mestinya, pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada ketiganya Buat mendorong percepatan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil. Dan hal itu juga Buat Segala industri, termasuk produk elektronika,” kata Gobel, Selasa (6/5).

Hal itu ia sampaikan Begitu menjadi pembicara dalam acara New Energy Vehicle Summit 2025  di kawasan SCBD. 

Usai memberikan ceramah, Gobel menaiki mobil berbahan bakar hidrogen yang dipamerkan dalam acara tersebut. Mobil hidrogen tersebut diproduksi oleh Toyota. Terdapat dua jenis, Yakni Crown dan Mirai. 

Begitu ini dunia sedang menuju peralihan dari Kekuatan berbahan fosil ke Kekuatan hijau yang lebih ramah terhadap lingkungan. Sebetulnya, Jepang sudah lebih dulu melakukan riset dan uji coba kendaraan listrik, Tetapi kemudian beralih ke kendaraan hibrid dan hidrogen. 

Salah satu Argumen mereka meninggalkan kendaraan listrik karena Kekuatan listrik tersebut juga berasal dari Kekuatan tak ramah lingkungan, Yakni batubara. 

Cek Artikel:  Sebagian ajang balap 2018 AHRT belum ditentukan Ridernya

Buat mendukung peralihan ke Kekuatan ramah lingkungan ini, pemerintah memberikan Bonus Spesifik, Tetapi Bonus hanya diberikan ke kendaraan listrik. 

Begitu ini, kendaraan listrik sudah lebih dikenal masyarakat karena hadir di pasar lebih dulu, Tetapi ke depan, sesuai hasil riset, masyarakat akan beralih ke kendaraan hibrid dan akhirnya ke hidrogen.

Gobel mengatakan, Indonesia harus cermat dalam membaca tren Kekuatan kendaraan ke depan. 

“Jangan Tamat Doku kita dibelanjakan Buat hal-hal yang tak berkesinambungan. Karena selain membelanjakan Doku Buat hal yang tak berumur panjang, juga karena Membikin infrastruktur Kekuatan yang tak berkelanjutan juga,” katanya.

Pada kesempatan itu, Gobel juga menerangkan tentang Arti transfer teknologi dan dampaknya. 

“Transfer teknologi itu harus direbut, Kagak Terdapat orang yang akan memberikan teknologinya secara Sekadar-Sekadar,” katanya. 

Selain itu, katanya, transfer teknologi juga Terdapat tahapannya. Mulai dari transfer of job dan transfer of skill, Lampau transfer of knowhow, dan akhirnya transfer of intellectual property. 

Pada tahap pertama adalah peralihan pekerjaan dan keterampilan dalam mengerjakan sesuatu secara teknis, kemudian penguasaan dan pemahaman tentang konsep dalam Membikin barang, dan akhirnya yang menyangkut aspek riset dan penemuan. 

Cek Artikel:  Herjun Memenangkan Race 2 AP250 ARRC Sugo 2023

“Nah, aspek ketiga ini yang membutuhkan kecanggihan berpikir dan ketekunan meriset,” katanya.

Dalam konteks transfer teknologi tersebut, kata Gobel, kebijakan tentang TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) Mempunyai posisi strategis. 

Dengan adanya kewajiban TKDN, katanya, maka investor akan membangun industri di dalam negeri. Sehingga Doku masuk, lapangan kerja tercipta, bahan baku diproses di dalam negeri, dan yang paling Krusial sumberdaya Sosok Indonesia mengalami Percepatan kemajuan. 

“Transfer teknologi kan ujungnya pada kualitas sumber daya Sosok. Taiwan dan China juga memulai industrinya dengan Metode yang sama,” katanya.

Gobel meminta Segala pihak Buat Kagak meremehkan soal TKDN. 

“Ini bukan sekadar relokasi dan pengalihan pekerjaan serta kemampuan Membikin komponen suatu produk sederhana, tapi Terdapat sesuatu yang sangat strategis,” katanya. 

Sebagai Misalnya, ia mengemukakan, di Jepang Terdapat perusahaan komponen Buat Membikin per keong mobil. Kini, perusahaan komponen per tersebut Bisa Membikin per spiral yang materinya lebih tipis dari sehelai rambut. Per spiral tersebut Buat kebutuhan alat kesehatan. Ia juga mengemukakan Misalnya lain Tengah, Yakni Terdapat perusahaan komponen pembuat selang pembuangan air Buat mesin cuci. Kini, perusahaan kecil tersebut sudah Bisa Membikin selang Buat komponen pesawat ruang angkasa dan juga Buat roket. 

Cek Artikel:  Know-How : Biaya Suspensi Demi Team ARRC

“Jadi jangan menyepelekan TKDN dan industri komponen. Kuncinya adalah pada pemberian Bonus dari pemerintah pada perusahaan yang mengembangkan research and development (R&D). Jadi transfer teknologi terjadi dengan sendirinya,” katanya. 

Gobel mengatakan, membangun pabrik dan membangun industri itu berbeda. 

“Memang sama-sama Terdapat mesin, Terdapat bangunan, dan Terdapat pekerja. Tetapi yang membedakan industri dan pabrik adalah ekosistem. Di dalam industri itu Terdapat yang dinamakan piramida industri. Mulai dari industri utamanya itu sendiri hingga industri penopangnya seperti industri komponen dari tier-1 hingga tier-5, outlet Formal, outlet Kagak Formal, bahkan hingga ke lembaga pendidikan dan industri keuangan. Segala terjalin dalam suatu ekosistem yang saling terkait. Mulai dari perusahaan besar hingga perusahaan UMKM. Itulah Arti menjadi negara industri,” katanya.

Menurut Gobel, Indonesia sangat Berhasil Mempunyai jumlah penduduk yang besar dan sumberdaya alam yang kaya. 

“Siapapun akan tertarik Buat investasi di Indonesia karena pasarnya sangat besar. Jadi yang pertama adalah jaga dan lindungi pasar dalam negeri ini sebagai modal dasar Buat menjadikan Indonesia sebagai negara industri yang maju. Bukan dengan membiarkan diri kita menjadi negara importir apa saja,” katanya. (RO/Z-1)

Mungkin Anda Menyukai