DIREKTUR Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa angkat bicara soal rencana Presiden Prabowo Subianto membangun 100 gigawatt (GW) pembangkit, dengan 75 GW di antaranya merupakan Kekuatan baru terbarukan (EBT). Ia menilai Sasaran tersebut amat ambisius, mengingatkan selama ini capaian bauran EBT pemerintah Tetap meleset dari Sasaran. Di tahun depan, bauran EBT nasional diperkirakan hanya tumbuh 13-14%.
“Selama ini, implementasi dari rencana pembangunan Kekuatan terbarukan di Indonesia Tetap jauh panggang dari api. Ini terlihat dari kegagalan Indonesia mencapai Sasaran 23% bauran Kekuatan terbarukan di 2025,” ujar Fabby dalam keterangan Formal, Kamis (14/11).
Fabby mendesak agar pemerintah Kagak hanya menyampaikan Sasaran fantastis di Perhimpunan international, tetapi juga memastikan implementasi serta upaya konkret dalam menyingkirkan berbagai hambatan dan tantangan. Dengan demikian, Sasaran yang ditetapkan dapat Betul-benat tercapai dan bukan sekadar wacana.
“Pemerintah Indonesia harus menunjukkan komitmen transisi Kekuatan yang lebih serius dan aksi yang Konkret Buat mencapai Sasaran Persetujuan Paris,” tegasnya.
Selain itu, menurutnya, setiap rencana pembangunan Kekuatan terbarukan harus disertai dengan strategi mengurangi bertahap (phase-down) dan penghapusan bertahap (phase-out) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara paling Pelan 2045 Buat selaras dengan Sasaran Restriksi kenaikan temperatur 1,5 C.
“IESR menilai kombinasi langkah ini akan krusial dalam mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dan dekarbonisasi sektor kelistrikan di 2050,” Terang Fabby.
Kagak hanya itu, IESR mendorong Indonesia Buat Konsentrasi mengembangkan Kekuatan terbarukan dengan pilihan biaya yang paling murah dan dengan keandalan pasokan yang optimal dan teknologi yang handal.
Deon Arinaldo, Manajer Program Sistem Transformasi Kekuatan IESR mengungkapkan berdasarkan perhitungan pihaknya, Indonesia Dapat membangun 120 GW Kekuatan terbarukan hingga 2030 dengan mengandalkan surya dan angin. Kapasitas tersebut dikatakan dapat membawa bauran Kekuatan terbarukan mencapai lebih dari sepertiga bauran ketenagalistrikan Indonesia, mencapai puncak emisi sebelum 2030.
“Serta, memudahkan mencapai Kosong emisi sektor ketenagalistrikan dengan 100 persen Kekuatan terbarukan pada 2045, ” pungkasnya.
Dalam Konferensi Perubahan Iklim Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) 2024 atau yang dikenal Conference of the Parties (COP) ke-29 di Baku, Azerbaijan, Ketua Delegasi RI Buat COP-29 Hashim S Djojohadikusumo menyampaikan Presiden RI Prabowo Subianto bertekad menambah kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 100 gigawatt (GW). Dari jumlah itu, 75% atau 75 GW di antaranya berasal dari Kekuatan Kudus pada 2040.
“Kita akan bangun pusat tenaga nuklir, Kekuatan panas bumi, tenaga air Buat mencapai 100 GW pembangkit. Ini suatu program yang masif sekali dan pemerintah sudah menetapkan itu,” ujar Hashim beberapa waktu Lewat. (H-2)