SEJUMLAH masalah masih menghadang dunia pendidikan di Tanah Air. Mulai dari penggunaan narkoba di kalangan remaja, konten pornografi yang merusak mental anak, bullying, kekerasan seksual dan intoleransi.
“Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja, angkanya terus naik. Ini sangat merusak masa depan anak. Enggak heran, banyak orang yang menilai cita-cita 2045 Indonesia Emas, dipelesetkan menjadi Indonesia Cemas,” ungkap Direktur Pendidikan Yayasan Darul Hikam Bandung, Ruri B Ramadanti, Jumat (4/10).
Dalam acara media gathering di Kampus Darul Hikam, Jalan Supratman, Kota Bandung itu, dia menambahkan kondisi lain yang juga sangat mengkhawatirkan ialah banyaknya konten pornografi yang merasuki anak-anak sekolah. Kasus pornografi sangat banyak ditunjang dengan kemudahan mengakses media sosial, termasuk yang melibatkan anak.
Baca juga : Kolaborasi Dunia Kunci Krusial untuk Dunia Pendidikan
Di Indonesia, lanjutnya, hampir semua sekolah menghadapi masalah pornografi ini. Mulai dari siswa yang hanya sekadar mengakses, hingga masuk sampai jauh.
“Pemerintah mengakui baru 1/3 kasus pornografi tertangani. Eskalasinya sudah sangat tinggi, salah satu di antaranya ada penelitian yang memperlihatkan bahwa 80% anak SMA sudah melakukan hubungan seksual,” papar Ruri.
Di sisi lain, meski masyarakat Indonesia mayoritas ialah muslim, namun hanya 38% yang menunaikan salat 5 waktu dengan tertib. Fakta lain, dengan populasi muslim 86,9% atau sekitar 236 juta orang, 65% di antaranya ternyata masih buta Alquran.
Baca juga : 37 Surat dalam Juz Amma dengan Bahasa Arab, Latin, dan Terjemahan
“Kondisi itulah yang membuat Yayasan Darul Hikam bertekad mendidik para siswa memiliki akhlak yang baik sesuai ajaran Islam, juga memiliki kecerdasan yang mumpuni,” lanjutnya.
Darul Hikam, lanjutnya, berkehendak untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin. Darul Hikam harus menjadi syiar Islam, demi memperkecil kejadian dan angka-angka yang menjadi masalah di dunia pendidikan.
Cegah bullying
Baca juga : DPR RI Desak Kemendikbud-Ristek Cari Solusi Guna Cegah Perundungan di Lingkungan Pendidikan
Yayasan sangat memberi perhatian pada masalah bullying, kekerasan seksual dan intoleransi. Ketiganya menjadi fokus Kementerian Pendidikan saat ini.
“Demi kasus bullying, Darul Hikam sudah membuat model pendidikan antibullying. Seorang guru bimbingan konseling kami meneliti soal bullying dan membuat model pendidikan antibullying. Ini sudah diterapkan di semua sekolah Darul Hikam,” papar Ruri.
Sebagai sekolah Islam, Darul Hikam mengambil nilai-nilai Islam untuk mencegah bullying. Secara berkala sekolah melaksanakan tausyiah. Mental anak dikuatkan dan mereka mendapat suntikan nilai Islam dan nilai takwa. Metode ini membuat anak merasa bersalah, ketika dia melakukan bullying.
Baca juga : Pelajar sebagai Katalisator Kebinekaan
Selain itu, sekolah juga memasang CCTV untuk melakukan pengawasan. Anak-anak juga didampingi guru BK dan psikolog untuk menghindarkan adanya korban bullying.
Di sisi toleransi, meski siswa Darul Hikam homogen beragama Islam, mereka juga dididik untuk bertoleransi. Salah satunya dengan menggelar kegiatan bersama dengan siswa dari sekolah non Islam. Mereka juga dilibatkan untuk berinteraksi dengan siswa dari negara lain, seperti Inggris, Australia dan Thailand, sebagai upaya mampu berinteraksi di dunia global.
Dakwah
Darul Hikam berdiri pada 1966 dan secara resmi membantuk yayasan pada 1973. Yayasan berkonsentrasi pada tiga bidang, yakni dakwah, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
“Ketiga bidang itu memiliki semangat yang satu, yakni mengarah ke dakwah. Dakwah dilakukan secara terstruktur di antaranya lewat pendidikan,” jelas Ruri.
Karena itu, saat membuka sekolah baru, berarti memperluas dakwah Islam. Darul Hikam melakukan dakwah ke masyarakat di sekitar sekolah.
Demi ini, Darul Hikam memiliki sekolah dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Sebanya 13 sekolah sudah beroperasi di Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
Yayasan ini telah memiliki 2.400 siswa, 500 guru dan karyawan. Dalam perjalanannya, Darul Hikam telah memiliki 50 ribu alumni.
Menurut Ruri, Sekolah Darul Hikam menanamkan akidah, praktik ibadah, amal soleh, sodakoh dan akhlak yang baik. “Anak-anak dididik melawan ketidakjujuran dan praktik korupsi.”
Dalam praktik pengajarannya, sekolah ini menerapkan tiga kurikulum, yakni kurikulum inti atau nilai-nilai Islam. Safiri ini dipraktikkan dalam pengembangan ibadah dan akhlak serta karakter takwa.
Sekolah berusaha membangun Quran Generation. Siswa tidak hanya hafal Alquran, tapi di kepala mereka ada Alquran.
Kurikulum kedua ialah kurikulum utama yang mengikuti kurikulum nasional yang dikombinasikan dengan kurikulum internasional. “Tapi di dalamnya tetap dengan sentuhan Islam,” tambah Ruri.
Sementara kurikulum ketiga ialah kurikulum penunjang. Kurikulum ini mendukung pembentukan akhlak dan karakter.
“Kami menerapkan 10 budaya berakhlak berprestasi. Mulai dari rajin beribadah dan salat jamaah, hingga disiplin belajar dan bekerja keras,” tandasnya.