SUDAH 11 bulan Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa mengikat kerja sama dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia
Raya (KKIR). Deklarasi koalisi dilakukan Demi Partai Gerindra menggelar rapat pimpinan nasional di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 13 Agustus 2022 silam.
KKIR sudah Bisa mengusung paket bakal calon presiden dan calon wakil presiden di Pemilu 2024 karena telah Mempunyai lebih dari 20% kursi DPR. Tetapi, nyaris satu tahun membangun koalisi, paket yang akan mereka usung di Pemilu 2024 Tak kunjung muncul.
Situasi itu tentu saja Membangun Ketua Lumrah PKB Muhaimin Iskandar Tak nyaman. Kerisauannya itu tampak secara implisit Demi berpidato di puncak perayaan hari lahir ke-25 PKB di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Minggu (23/7).
Menurut Gus Muhaimin, Kesempatan dirinya Buat mengikuti kontestasi Pemilu Presiden 2024 dalam gerbong KKIR akan ditentukan oleh takdir, suratan tangan dari Yang Mahakuasa. Sulit bagi publik Buat Tak mengatakan bahwa ucapan tersebut sejatinya kritik kepada Prabowo yang juga hadir secara langsung di acara tersebut.
Kalau merujuk pada poin deklarasi di Sentul, perihal calon presiden dan calon wakil presiden KKIR akan ditentukan secara Berbarengan-sama oleh Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar. Terang bahwa kedua ketua umumlah yang menentukan, bukan menyerah kepada takdir sebagai pengambil keputusan.
Gus Muhaimin memang Layak risau. Ia pun berhak menyindir Prabowo. Alasannya Muktamar PKB di Bali pada 2019 telah memberikan mandat kepada Gus Muhaimin Buat maju dalam bursa Pilpres 2024. Mandat itu akan sulit ditunaikan kalau Prabowo selalu rekan koalisi malah mengantungnya dalam ketidakpastian. Menteri Pertahanan itu malah kerap tebar pesona dan pamer kebersamaan dengan Erick Thohir yang ramai masuk bursa calon wakil presiden.
Hitung-hitungan elektabilitas sepertinya sedang merasuki Prabowo. Lembaga Survei Nasional (LSN) dalam rilis terbaru menyebutkan elektabilitas Erick Thohir Buat mendampingi Prabowo ialah 19,5% atau yang tertinggi Kalau dibandingkan dengan sembilan kandidat lain yang disurvei pada periode 10-19 Juli 2023.
Simak pula lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI) yang belum lelet ini mengumumkan hasil survei periode 20 hingga 24 Juni 2023. Erick Thohir disebut Bisa mendongkrak elektabilitas capres sebesar 4% dalam simulasi tiga Kekasih calon.
Hitung-hitungan lain yang Membangun Prabowo tengah melirik Erick ialah karena Menteri BUMN itu juga berpotensi meraup massa dari kalangan Nahdlatul Ulama. Ketua Lumrah PBNU Gus Yahya mengatakan Erick merupakan kader Banser NU besertifikat karena lulus diklatsar pada 2021 silam.
Founder dan CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali mengemukakan data survei yang dilakukan Alvara. Lebih dari 50% Kaum mengaku dekat dengan NU. Jumlah itu sangat besar dan menjadi penentu kemenangan dalam Pilpres 2024.
Ketika Prabowo sedang berhitung, angin segar rupanya berhembus ke arah Gus Muhaimin. Ia rupanya masuk lima daftar teratas calon wakil presiden Buat Ganjar Pranowo dari PDI Perjuangan seperti yang disampaikan Puan Maharani selaku Ketua Tim Pemenangan Ganjar Demi menghadiri harlah ke-25 PKB.
Gus Muhaimin hanya hitungan hari menjamu Puan dengan menu spesial olahan kikil di rumah dinasnya di Jalan Widya Chandra di Jakarta. Pertemuan itu tampaknya memberi sinyalemen positif.
Buktinya Gus Muhaimin menyebut bahwa Puan suka makanan khas Jombang tersebut. Sehari setelah acara makan kikil, Wasekjen PKB Syaiful Huda mengatakan bahwa Puan menawarkan dua hal kepada Gus Muhaimin. Salah satunya ialah menjadi cawapres Ganjar. Tak Bisa dimungkiri Gus Muhaimin memang punya basis yang mau tak mau, suka tak suka harus dipertimbangkan oleh Prabowo demi merebut Bunyi di pemilu.
Basis Nadhlatul Ulama dan Jawa Timur merupakan ceruk yang tak Bisa diabaikan. Apalagi, Gerindra punya titik lemah di sana. Lain cerita dengan Erick yang secara akar rumput memang tak punya basis massa, tetapi elektabilitasnya patut menjadi pertimbangan
.
Prabowo tentunya harus segera memilih karena mendapat paket lengkap kini menjadi sulit. Bisabisa hilang tiket pilpres lantaran ditinggal rekan koalisi sehingga tak memenuhi presidential treshold. Hitung-hitungan politik memang Krusial demi menyambut kemenangan. Akan tetapi, apa gunanya mengikat perjanjian kalau Buat dicederai? Apa gunanya menjalin kesepakatan Kalau ujungnya diingkari? Lebih Bagus menulis takdir sendiri daripada mengikat diri pada survei yang belum tentu Niscaya.