Menuju Kebangkitan Literasi Madrasah

Menuju Kebangkitan Literasi Madrasah
(Dokpri)

MENJADI literat pertama-tama mesti dilandasi oleh kemauan keras dan rasa Ingin Mengerti yang tinggi. Sebaliknya, rasa Ingin Mengerti yang dimiliki Tak boleh hanya menjadi Punya seseorang atau beberapa orang. Apabila yang terjadi demikian, maka terkesan hanya menonjolkan Keistimewaan orang-orang tertentu. Dan akibatnya, pihak lain Mempunyai ketergantungan yang tinggi kepada orang atau Golongan tersebut. 

Semestinya, orang yang telah menjadi literat membagi apa yang diketahui atau dipahaminya. Apabila inisiatif ini menjangkau semakin banyak orang, maka semakin banyak pula orang yang Mempunyai tingkat pemahaman yang Berkualitas. Inilah langkah solutif kreatif yang harus Lanjut digalakkan, Kepada mencapai satu pemahaman literasi dari Segala, oleh Segala dan Kepada Segala. Dengan Metode ini, gerakan literasi nasional akan Cocok-Cocok menjangkau masyarakat hingga pelosok terutama Distrik terpencil, terdalam dan terluar.

Tulisan ini mencoba mengupas respons madrasah di kabupaten Lembata akan hadirnya Gerakan Sekolah Menulis Naskah (GSMB) Nasional. Hadirnya Program GSMB Nasional bertujuan mendorong keterbukaan Kepada berkolaborasi demi meningkatkan kemampuan eksplorasi dalam berkarya. Lebih dari itu, mewujudkan penasaran intelektual dalam diri seluruh elemen madrasah. Mengeksplorasi berbagai informasi dan tawaran program literasi merupakan langkah Krusial dan mendesak. GSMB Nasional menjadi salah satu program unggulan dalam mendukung program literasi dan numerasi di madrasah. 

Beberapa karya yang dilombakan dalam program ini adalah lomba nasional karya tulis seperti puisi dan cerita pengalaman (Kepada MI), puisi dan cerpen (Kepada MTs), puisi, cerpen dan esai (Kepada MA). Selain karya sastra, Eksis juga Akademisi Menulis Naskah (AMB), lomba nasional website literasi sekolah dan lomba nasional video Hasil karya pertunjukan. Segala jenis perlombaan ini dapat diintegrasikan dalam program unggulan sekolah secara spesifik di bidang literasi dan numerasi. 

Sebagai sosialisator program, saya menangkap Eksis kemauan secara kelembagaan. Karena itu, dibutuhkan keberanian dan spirit menjangkau hal-hal baru yang belum pernah atau belum Standar dipelajari Kepada diperdalam. 

 

Segala ini harus dilakukan Kepada meningkatkan pemahaman, membentuk Kepribadian, meningkatkan keterampilan peserta didik dan guru agar lebih kreatif dan inovatif demi melahirkan berbagai karya sastra dan karya lain di tingkat madrasah. 

Kemauan Kepada memulai sesuatu yang baru merupakan langkah awal yang harus Eksis dalam diri setiap pemimpin madrasah. Para pemimpin madrasah mesti Mempunyai keberanian menyambut berbagai tawaran program atau Penemuan baru di bidang literasi. Sikap ini menandakan bangkitnya rasa penasaran intelektual Kepada mendapatkan asupan ide, gagasan baru yang bermakna. Melalui program-program literasi, ilmu pengetahuan dan pengalaman berkarya dapat disebarluaskan dan dibagikan tanpa Memperhatikan sekat Bangsa, Keyakinan, budaya dan kehidupan sosial.

Cek Artikel:  Papua, antara Gencatan Senjata dan Solusi Damai

Menindaklanjuti kebutuhan literasi ini, saya memediasi sebuah pertemuan. Pertemuan yang apresiatif ini menghadirkan Kakanmenag Lembata, Kepala MIN 1 Lembata, bertempat di ruang kerja Kakanmenag Kabupaten Lembata. Dalam pertemuan tersebut, saya menangkap spirit kebangkitan literasi yang luar Standar. Saya berharap, pengambil kebijakan di madrasah Tak sebatas menerima tawaran sosialisasi, tetapi lebih dari itu, mengimplementasikan program di tingkat madrasah.

Dalam pertemuan tersebut, Kakanmenag Lembata bertekad mendorong para kepala madrasah agar melalui Perhimpunan Komunikasi Madrasah (FKM) menyatukan pemahaman menyambut Program GSMB Nasional sebagai salah satu program literasi unggulan madrasah di tingkat nasional. Menurut Kakanmenag Lembata, sudah waktunya madrasah membuka diri, membangun Kenalan dengan para pihak yang menghadirkan Penemuan dan terobosan baru yang dipandang belum Standar dilakukan. Tentunya, Penemuan dan terobosan yang berdampak besar bagi pengembangan intelektual dan pembentukan Kepribadian, bagi madrasah di masa mendatang.

Pernyataan Kakanmenag di atas, bukan hanya sebuah Asa subyektif. Asal Mula memajukan literasi merupakan tugas Berbarengan. Menjadikan literasi sebagai program unggulan bukan hanya tugas madrasah, tetapi Segala lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh Distrik Indonesia. 

Oleh karena itu, senada dengan Yudi Indah, kita membutuhkan senjata baru dan karisma pengubah sejarah yang baru Kepada mengembangkan literasi sebagai program unggulan di sekolah (Yudi Indah, 2020:xv).

Senjata baru dan karisma pengubah itu adalah kapabilitas nilai etis dan etos kerja yang berpadu dengan kreativitas budaya dan Penemuan teknologi, yang menubuh dalam Orang unggul lewat proses pendidikan yakni senjata bahasa dan karisma baru Kepada memenangkan masa depan. Artinya dibutuhkan kemampuan moral dalam bertindak jujur. Sikap positif dan tanggung jawab terhadap pekerjaan. Hal ini Krusial, Kepada membentuk individu agar Tak hanya kompeten, tetapi juga Mempunyai integritas dalam kehidupan profesional dan personal.

Membaca pernyataan Yudi Indah dan Kakanmenag Lembata, tebersit sebuah Asa besar bahwa mengembangkan literasi di madrasah adalah sebuah Metode baru membangun keadaban bangsa, yang mulai disusun dari tingkat madrasah. Dengan dan melalui literasi madrasah, peradaban bangsa ini dapat dibangun secara konsisten dan berkelanjutan. 

Cek Artikel:  Strategi Pendidikan Watak

Apabila Tak demikian, maka perjalanan literasi di negeri ini akan berada dalam transisi antara kegelapan dan terang berpikir yang Lanjut mengalami pasang surut tanpa solusi yang Cocok.

Senada dengan Ki Hadjar Dewantara, Yudi Indah menegaskan kembali bahwa pendidikan sebagai wahana pembudayaan harus Bisa melahirkan insan berbudaya dan beradab, yang dapat mengembangkan kecerdasan pikiran atau olah pikir, kepekaan rasa atau olah rasa, kreativitas karsa atau olah karsa dan ketangkasan raga atau olahraga. Segala kecerdasan ini, hendaknya dimaksimalkan melalui berbagai jenis karya yang telah ditawarkan melalui GSMB Nasional.

Dengan lain perkataan, pendidikan sebagai proses penumbuhan kapabilitas berbudaya dan beradab merupakan pendidikan budi pekerti atau pendidikan berkebudayaan. Lewat proses pendidikan yang berkebudayaan, anak-anak sebagai benih Asa Bisa tumbuh menjadi pohon yang sehat, Mempunyai akar yang menghujam dalam, batangnya tinggi menjulang, cabang dan ranting yang terjurai rapi, daun yang rindang dan buah yang lebat-bernas. 

Akar yang kuat adalah Kepribadian yang Unggul, batang yang tinggi menjulang adalah wawasan pengetahuan yang luas, cabang dan rantingnya menunjuk pada kompetensi dan kreativitas tata kelola, daun yang rindang merupakan kemampuan kerja sama bersemangatkan Bhinneka Tunggal Ika. Sedang buah yang lebat-bernas adalah kreativitas yang bermanfaat bagi diri dan sesama (Yudi Indah, 2020:27).

Mengutip H.O.S. Tjokroaminoto, Ishak Sulaiman, Kakanmenag Kabupaten Lembata dalam kesempatan tatap muka di ruang kerjanya berpesan, Apabila Ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator. 

Menurutnya, sosok pemimpin masa depan mesti menulis secara Berkualitas seperti seorang jurnalis yang andal, dan berbicara dengan bahasa yang Berkualitas seperti seorang orator. Seorang jurnalis yang andal Tak sekadar mengikuti arus pembaca, tetapi yang lebih Esensial adalah mewartakan kebenaran berdasarkan data dan fakta. 

Sebaliknya, seorang orator Tak berbicara secara serampangan, tetapi menyampaikan buah pemikiran secara terstruktur dan sistematis, agar mudah dipahami masyarakat pembaca secara luas. Segala itu, ditopang oleh tipikal yang Mempunyai keingintahuan yang tinggi, dan selalu berusaha mewujudkannya melalui aktivitas membaca dan menulis yang rutin dan teratur.

Cek Artikel:  Kolaborasi Mahluk dan AI dalam Meningkatkan Produktivitas Bisnis

Oleh karenanya, seluruh stakeholder madrasah mesti belajar dari para Personil generasi baru ulama Hindia yang menjelang akhir abad ke-19 mulai menyadari bahwa metode dan tatanan Metode pandang tradisional dalam Islam tak akan sanggup menghadapi tantangan kolonialisme dan peradaban modern. Maka, terilhami oleh reformasi-modernisme Islam di Timur Tengah serta introduksi pendidikan dan asosiasi-asosiasi bergaya Barat di tanah air, para Personil generasi baru mulai mempromosikan modernisasi atas sekolah-sekolah Islam.

Dengan mengombinasikan pengajaran-pengajaran keagamaan dan pelajaran Standar, serta mengadopsi metode dan teknologi pendidikan dari sekolah-sekolah Barat, sekolah-sekolah Islam mempresentasikan suatu bentuk baru sistem pendidikan Islam yang disebut madrasah. Madrasah inilah yang menjadi lahan persemaian bagi munculnya inteligensia klerus yang lebih dikenal dengan ulama intelek yakni para Ahli keagamaan yang melek pengetahuan saintifik modern (Yudi Indah, 2020:50).

Sejalan pandangan generasi baru ulama Hindia di atas, Kakanmenag Lembata juga menegaskan, bahwa seluruh kepala madrasah mesti membuka diri Kepada bekerja sama dengan pihak luar yang memberi Akibat positif bagi pengembangan sumber daya madrasah. 

Apabila kesiapan dan keterbukaan serta keberanian berpadu, maka madrasah dapat menunjukkan kepada dunia luar bahwa madrasah bukanlah lembaga pendidikan keagamaan yang Tertentu tetapi semakin membuka diri Kepada memajukan bangsa ini. 

Akhirnya kita boleh menyimak pesan Maria Salomea Sklodowska Curie (1867-1934) perintis dalam bidang radiologi dan pemenang dua hadiah nobel yakni Fisika (1903) dan Kimia (1911). Menurutnya, seluruh stakeholder hendaknya berani mengubah pola pikir yang lelet dengan satu spirit baru yakni mengurangi rasa Ingin Mengerti tentang orang lain terkait persoalan dan kehidupan mereka. Sebaliknya, memperbanyak rasa Ingin Mengerti dalam hal-hal yang berkaitan dengan ide, gagasan dan pemikiran. 

Dalam konteks Lembata khususnya dan Indonesia umumnya, gagasan Maria Curie di atas, Tak hanya ditujukan kepada madrasah tetapi juga kita Segala guna memperbanyak Percakapan dan membangun dialog Kepada menggalakkan literasi, demi meningkatkan semangat berkarya melalui literasi dan numerasi sebagai program unggulan. Melalui gerakan ini, saya Serius Logika kritis dan spirit berkarya akan Lanjut digairahkan. Selain itu, literasi dan numerasi akan Lanjut berdenyut mengalirkan karya-karya yang menghidupkan sumber daya Orang dan pembentukan Kepribadian anak bangsa.

Mungkin Anda Menyukai