Liputanindo.id – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, meyakini pembunuhan kepala politik Hamas, Yahya Sinwar, Kagak akan menjadi Argumen bagi gerakan Palestina itu Kepada menghentikan kegiatannya.
“Kematian Sinwar Kagak akan menghentikan kegiatan Hamas, tetapi Malah akan memperkuat tekad gerakan dan memotivasi pemuda Palestina,” kata Araghchi, dikutip Sputnik, Minggu (20/10/2024).
Araghchi kemudian menyoroti risiko konflik di banyak negara Timur Tengah, termasuk Suriah. Menurutnya, Israel Kagak Pandai bertahan bahkan melakukan kejahatan di Gaza dan Lebanon, tanpa dukungan Amerika Perkumpulan.
“Kalau Washington Mempunyai kemauan politik yang Konkret, mereka akan Pandai menghentikan serangan dan menghentikan Israel. Bagi kami, AS adalah sekutu Zionis. Kalau perang skala besar pecah di kawasan itu, AS akan terseret ke dalamnya, dan kami sama sekali Kagak menginginkan ini,” tegasnya.
“Perang itu mungkin menyebar ke negara-negara Teluk. Tetapi, saya Tentu Tetap Eksis Kesempatan Kepada diplomasi, kita Kagak Dapat menyerahkan semuanya pada kemauan satu orang di rezim Zionis,” tambahnya.
Yahya Sinwar dinyatakan tewas dengan luka tembak di kepala, menurut Spesialis patologi Chen Kugel, yang melakukan autopsi terhadap jenazah kepala biro politik Hamas itu.
Pada Kamis (17/10), Laskar Pertahanan Israel (IDF) secara Formal mengumumkan bahwa Sinwar, yang dianggap sebagai penghasut dan penyelenggara Penting serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, telah dibunuh di Jalur Gaza oleh militer Israel. Menurut militer, Sinwar terbunuh pada 16 Oktober.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa intelijen AS telah membantu Israel melacak pemimpin Hamas tersebut. Wakil Presiden AS Kamala Harris mengatakan bahwa Laskar Spesifik Amerika juga membantu melacak Sinwar.
Pada Jumat (18/10), Hamas mengakui Kematian kepala biro politik gerakan tersebut.