Malaysia dan Pusat Data

BAGI sebagian besar masyarakat Indonesia, negeri serumpun Malaysia Nyaris selalu memantik cemburu. Apalagi bila ihwal yang dipersaingkan itu di lapangan sepak bola dan budaya. Bila dua hal itu yang dibahas, otot dan urat leher pun siap diadu.

Kini, daftar urusan yang Membikin cemburu masyarakat di negeri ini atas negeri jiran tersebut makin bertambah. Apa itu? Soal investasi asing di bidang pusat data (data center)-lah yang jadi pemicunya. Baru-baru ini, pemerintah Malaysia menyebut mereka akan menambah tiga pusat data baru pada pertengahan tahun ini. Itu Segala terjadi berkat masuknya investasi sebesar US$2,2 miliar (Rp36,3 triliun) dari Microsoft setahun Lewat.

Direktur Pelaksana Microsoft Malaysia menjelaskan pusat data bernama Malaysia West Cloud itu akan ditempatkan di Kuala Lumpur. Itu mungkin bakal mulai beroperasi pada kuartal kedua 2025 ini. Pihak Microsoft Enggak membuka informasi seberapa besar kapasitas pusat data yang dibangun di Malaysia itu.

Tetapi, yang Jernih, Microsoft berinvestasi di Malaysia pada Mei tahun Lewat Demi komitmen selama empat tahun. Raksasa teknologi Amerika Perkumpulan (AS) tersebut berkomitmen memperluas layanan cloud dan kecerdasan buatan Punya mereka di negara tetangga RI itu. Microsoft memperkirakan komitmen itu akan menghasilkan pendapatan US$10,9 miliar (Rp179,9 triliun). Selain itu, pembangunan tiga data center ditargetkan bakal menciptakan lebih dari 37 ribu lapangan kerja baru.

Jadi, itulah yang memantik cemburu. Sudah membawa dolar AS ke Malaysia, menyerap tenaga kerja pula. Selain itu, jumlah dan komitmen Microsoft di Malaysia tersebut jauh lebih besar daripada yang diberikan kepada Indonesia. Tahun Lewat juga, Microsoft berinvestasi US$1,7 miliar (Rp28 triliun) dengan periode waktu yang sama di Indonesia. Nomor itu Sekeliling Rp7 triliun lebih sedikit daripada yang digelontorkan ke Malaysia.

Cek Artikel:  Gibran Tuju Papua Damai

Microsoft berinvestasi di negeri ini Demi pembangunan infrastruktur cloud dan AI baru. Terdapat juga dukungan Biaya Demi komunitas developer Indonesia. Selain itu, investasi diperuntukkan melakukan pelatihan keterampilan AI bagi 840 ribu orang. Microsoft menyebut Biaya US$1,7 miliar menjadi yang terbesar dalam 29 tahun terakhir. Kendati begitu, tetap Tetap kalah Apabila dibandingkan dengan jumlah Biaya yang diinvestasikan ke Malaysia.

Tetapi, melulu cemburu buta Lewat marah-marah dan menuangkannya dengan selalu menuding Malaysia sebagai ‘pengekor Indonesia’, ‘pembuat klaim budaya dan Intervensi Indonesia’, dan sejenisnya ialah langkah kekanak-kanakan. Negeri ini mesti mengakui bahwa Malaysia memang menjadi salah satu negara yang paling Segera merespons popularitas teknologi kecerdasan buatan alias Intelek imitasi (AI), terutama dari sektor pembangunan infrastruktur pusat data.

Pemerintah Malaysia secara agresif memang sudah memusatkan Distrik Johor sebagai sarang pusat data AI Demi memenuhi kebutuhan yang membeludak akan penyimpanan, pengelolaan, dan pelatihan sistem AI. Padahal, empat tahun Lewat Johor merupakan lahan yang diperuntukkan industri perkebunan kelapa sawit. Kini, berjarak Sekeliling 169 kilometer dari pohon-pohon tropis tersebut, dibangun gedung-gedung pusat data yang membentuk proyek Bangunan AI terbesar di dunia.

Cek Artikel:  Jokowi Lawan Jokowi

Malaysia sadar sesadar-sadarnya bahwa ekonomi ekstraktif yang mengandalkan kebun sawit akan memukul mundur negeri yang sedikit Tengah keluar dari ‘jebakan negara berpenghasilan menengah’ itu. Negeri yang kini dipimpin Anwar Ibrahim itu memutar haluan ke ekonomi kreatif dan inklusif berbasis Penemuan dan teknologi.

Karena itu, kita saksikan perusahaan asing berbondong-bondong menyasar Johor dan kota-kota di Malaysia pada umumnya Demi berinvestasi pusat data. Selain Microsoft, perusahaan lainnya yang sudah berkomitmen Demi investasi membangun data center di Malaysia ialah Bytedance, Google, Oracle, dan Blackstone. Argumen asing ramai-ramai menyerbu Malaysia ialah kebutuhan yang membeludak dari raksasa teknologi Demi melatih chatbot, mengembangkan mobil tanpa awak, serta adopsi teknologi AI lainnya secepat mungkin.

Demi mengakomodasi kebutuhan itu, mereka membutuhkan pusat data yang mencakup ribuan cip komputer. Infrastruktur itu membutuhkan kapasitas listrik yang besar dan sumber daya air memadai Demi pendinginan. Selama ini, Virginia Utara, Amerika Perkumpulan, dikenal sebagai pasar data center terbesar di dunia karena kapasitas listrik, lahan, dan air yang Cakap. Tetapi, semakin ke sini, suplainya makin menipis.

Para raksasa teknologi juga tak Pandai mengandalkan satu Posisi saja di AS Demi membangun data center yang banyak. Karena itu, mereka melirik Distrik lain yang juga menyediakan lahan, listrik, dan air dalam skala besar. Setelah menyadari kian besarnya kebutuhan itu, Malaysia merespons sangat Segera layaknya kecepatan teknologi itu.

Cek Artikel:  Mencetak Rekor Jumlah Menteri

Johor pun Mempunyai daya tarik para raksasa teknologi karena Pandai mengakomodasi Segala kebutuhan itu. Selain itu, Interaksi Berkualitas Malaysia dengan AS dan Tiongkok Membikin raksasa teknologi itu merasa nyaman. Kondisi itu bermakna memperkecil risiko politik yang potensial muncul Demi perusahaan-perusahaan yang hendak berinvestasi.

Hal Krusial lainnya yang Membikin asing berbondong-bondong ke Malaysia ialah Posisi negeri itu yang dekat dengan perbatasan Singapura, yakni jalur kabel internet Dasar laut paling padat di dunia. Pengembangan fasilitas di Johor diyakini tak hanya Demi melayani Malaysia, tapi juga disalurkan Demi kebutuhan AI secara Mendunia.

Ketika Malaysia kian Giat berucap ahlan wa sahlan kepada para investor raksasa teknologi Demi membangun pusat data, di negeri ini para pengusaha banyak yang menggerutu karena Lanjut-terusan dikutip ini dan itu. Apalagi bila yang mengutip itu para Swasta, Berkualitas yang berpakaian bebas maupun yang berseragam. Jangan-jangan, nanti Terdapat yang mulutnya berteriak go to hell will your aid, padahal nyatanya perut anak bangsa Tetap sangat membutuhkannya.

 

 

Mungkin Anda Menyukai