Korea Selatan Gelar Penyelidikan Dugaan Peretasan oleh Korea Utara

Liputanindo.id – Kementerian Pertahanan Korea Selatan meluncurkan penyelidikan gabungan militer-polisi terhadap insiden peretasan baru-baru ini yang melibatkan email pribadi pejabat pertahanan.

Langkah tersebut dilakukan setelah pihak kepolisian mulai menyelidiki kemungkinan keterlibatan Korea Utara atas pembobolan rekening sejumlah pejabat senior Kementerian Pertahanan.

“Kami telah memberi Mengerti setiap individu Demi mencegah kerusakan lebih lanjut dan telah menuntaskan langkah-langkah keamanan Demi akun email,” kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Jeon Hak-kyou, dikutip Antara, Selasa (21/5/2024).

Lampau, kata Jeon, penyelidikan Berbarengan sedang dilakukan dan mencatat bahwa akun-akun yang dipermasalahkan itu Enggak Terdapat hubungannya dengan email kantor yang terhubung ke server militer.

Ketika ditanya tentang besarnya pelanggaran, Jeon mengatakan dia memahami insiden tersebut melibatkan banyak orang tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Cek Artikel:  Indonesia Kutuk Blokade Israel di Jalur Gaza, Desak DK PBB Bertindak Tegas

Penyelidikan Berbarengan dilakukan Demi polisi juga sedang menyelidiki insiden peretasan yang melibatkan email pribadi Sekeliling 100 Penduduk Korea Selatan, termasuk Ahli keamanan nasional.

Korea Utara diketahui melakukan serangan siber terhadap diplomat Korea Selatan, pejabat pemerintah dan militer, serta Ahli keamanan nasional dengan menyusup ke akun email mereka.

Sebelumnya pada April, Badan Kepolisian Nasional mengatakan tiga Golongan peretas terkenal Korea Utara yakni Lazarus, Andariel dan Kimsuky menyusup ke Sekeliling 10 perusahaan pertahanan Korea Selatan selama 1,5 tahun terakhir dalam upaya Berbarengan Demi mencuri teknologi pertahanan.

Militer Korea Utara diketahui memperkuat kemampuan sibernya dengan mengoperasikan Sekeliling 6.800 personel perang siber, menurut Naskah Putih Pertahanan Korea Selatan.

Cek Artikel:  15 Orang Ditangkap Terkait Kebakaran Hotel Resor Ski Turki

Mungkin Anda Menyukai