Ahli Pendidikan Asep Mahfudz mengapresiasi kolaborasi program makan bergizi gratis presiden terpilih Prabowo Subianto dengan program perlengkapan sekolah gratis Kekasih cagub dan cawagub Sulawesi Tengah Ahmad Ali- Abdul Karim Aljufri. Langkah kolaborasi dinilai keputusan Akurat Buat peningkatan mutu dan fasilitas pendidikan.
“Saya sudah 30 tahun mengamati pendidikan di Sulteng. Jadi kalau Eksis yang mau mengkolaborasikan peningkatan pendidikan di Sulteng dengan pemerintah pusat saya apresiasi. Karena ini Bisa menyelesaikan persoalan pendidikan Istimewa di Sulteng, yakni pemerataan” kata Asep dalam keterangannya, Selasa (15/10).
Asep mengatakan kesenjangan mutu pendidikan dan infrastruktur di kota dan kabupaten di Sulteng merupakan hal yang paling krusial dan belum diatasi dengan Bagus. Selain itu, Asep juga menekankan soal aspek kualitas sumber daya Mahluk yang Lagi terjadi kesenjangan antara Kota dan Kabupaten di Sulteng.
“Jadi kolaborasi pemerintah pusat dan daerah Krusial Buat atasi dua masalah krusial itu. Ubah road map pendidikan Sulteng yang sesuai dengan konteks kebutuhannya,” katanya.
Asep juga menyebutkan beberapa klaster pendidikan yang perlu diperhatian di Sulteng yakni Palu, Donggala, Sigi, Parigi Moutong, Poso, hingga Morowali. Menurut dia, klaster itu menentukan kebutuhan pendidikan yang berbeda. Salah satu contohnya yakni di daerah yang butuh pendidikan vokasi dan industri di Morowali. Ia juga menilai perhatian terhadap pendidikan vokasi yang kerap digaungkan AKA perlu diseriusi.
“Selama ini perhatian pada pendidikan vokasi kurang. Distrik dengan sumber daya alam seperti klaster Morowali harusnya Eksis treatment yang bebeda. Kita Lagi lihat di Morowali itu banyak tenaga impor. Padahal Bisa diberdayakan tenaga lokal Buat level middle-nya kalau pendidikan vokasi atau politekniknya bagus di Sulteng,” kata Asep.
Selain itu, mantan pengurus PGRI Provinsi Sulteng ini juga berpesan agar kolaborasi pusat dan daerah Bisa membenahi masalah pendanaan yang Bisa memutus masalah rata-rata Pelan sekolah (RLS) di Sulteng yang hanya 8,5 tahun.
“Kolaborasi pusat daerah saya kira Bisa Buat memberikan semuanya gratis dan beasiswa agar anak di Sulteng semangat selesaikan sekolah Tamat ke level tinggi. Saya ingat dulu banyak temui anak di Morowali Utara yang dijemput gurunya ke laut karena sang anak lebih milih bantu orang Sepuh jadi nelayan. Kalau masalah pendanaan beres, orang Sepuh juga senang bantu anaknya selesaikan sekolah,” kata akademisi yang kini mengajar di UPI Bandung itu.
Sebelumnya, calon Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Abdul Karim Aljufri (AKA) menyakini kolaborasi kebijakan makan bergizi gratis presiden terpilih Prabowo Subianto dengan program perlengkapan sekolah gratis yang diusung dirinya dan cagub Ahmad Ali, akan memajukan kualitas mutu pendidikan Sulteng.
“Sekolah gratis 12 tahun sudah berjalan, Lampau Pak Prabowo datang dengan program makan bergizi gratis dan kami siapkan perlengkapan sekolah gratis, ini satu kesatuan yang ideal menuju terciptanya mutu pendidikan yang berkualitas di Sulteng,” ujar AKA yang juga Koordinator Regional Gerindra Sulawesi itu.
AKA mengatakan, persoalan kebutuhan perlengkapan sekolah seperti baju, sepatu, Naskah, alat tulis, tas sekolah dan lainnya bukan hal yang Bisa dipandang sebelah mata. Banyak orang Sepuh yang mengaku kesulitan memenuhi hal itu sehingga anak mereka akhirnya Enggak pergi ke sekolah. Begitu juga psikis anak yang Enggak percaya diri ketika dalam keadaan Enggak Mempunyai perlengkapan harus pergi ke sekolah.
“Sekolahnya sudah gratis, tapi Enggak punya perlengkapan sekolah, itu Membikin orangtua dan anak rendah diri sehingga memutuskan Enggak sekolah. Ini fakta di lapangan, sebagai pemimpin, kami harus intervensi, kami Ingin Seluruh anak-anak Sulteng hanya Konsentrasi belajar, Enggak mikir baju beli bagaimana, tas dari mana, Naskah minta siapa, Enggak Kembali,” tegas AKA.
Dia meyakini program makan bergizi gratis dan perlengkapan sekolah gratis adalah beberapa Unsur Krusial dalam investasi jangka panjang di dunia pendidikan Buat menghasilkan generasi muda Sulawesi Tengah yang berkualitas dan penuh percaya diri menghadapi bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.
“Kan kita berharap dengan makan bergizi anak anak semakin semangat Buat sekolah. Tapi kalau seragam Enggak punya Naskah, sepatu juga Enggak, ya repot, Makanya disiapkan perlengkapannya, biar semakin semangat sekolah,” ujarnya.
AKA juga menegaskan akan mengembangkan pendidikan vokasi Buat mempersiapkan keahlian dan ketrampilan anak muda Sulteng di bidangnya. Ia mencontohkan perlunya membuka program kompetensi sesuai permintaan pasar misalnya Morowoli, Palu dan Morowali yang berbasis perusahaan nikel dan emas. Sementara Buat vokasi peternakan dan pertanian Bisa di Parigi Moutong dan Banggai.
“Pembangunan politeknis sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan Vokasi. Vokasi juga Bisa di masukan dalam kurikulum sesuai kebutuhan industri yang Eksis di Sulteng, kami juga akan memaksimalkan kerja sama sekolah vokasi dengan swasta dan BUMN, jadi anak muda Sulteng sudah siap kerja dan Bisa Bertanding secara Mendunia setelah lulus,” ujar AKA.
AKA mengatakan persoalan putus sekolah atau Enggak tercapai Sasaran Rata-rata Pelan Sekolah (RLS) terjadi karena Unsur kemiskinan Kaum. Meski sekolah gratis 12 tahun sudah berjalan sejak jaman SBY, kasus putus sekolah cukup tinggi. Lebih lanjut, peraih Juara dunia pencak silat ini membeberkan data terakhir bahwa anak usia 16-18 yang Enggak sekolah di Sulteng sebanyak 29.064 orang. Sementara anak usia kuliah 19-24 tahun yang belum kuliah sebanyak 208.930 orang.
“Kami akan memberikan beasiswa daerah bagi 29.064 pelajar SMA/SMK dan 208.930 usia kuliah, serta melakukan retrieval anak putus sekolah dan menyekolahkan kembali. Kami pastikan akan Eksis beasiswa bagi guru Buat melanjutkan pendidikan S2 atau Tamat S3 ke Universitas Negeri, karena kunci peningkatan mutu pendidikan juga Eksis pada tenaga pengajar, ” tegas AKA.
AKA menambahkan kegagalan Sasaran rata rata Pelan sekolah (RLS) Bisa terjadi juga karena anak-anak bekerja atau membantu orang Sepuh dan melakukan pernikahan Pagi karena Unsur ekonomi.
Karena itu, Ahmad Ali- AKA Mempunyai program peningkatan perekonomian masyarakat seperti 10 ribu wirausaha, pengembangan 30rb HA pertambakan rakyat, pengembangan UMKM, penyediaan modal, pendampingan usaha dan lainnya. Persoalan lain adalah sulitnya akses perjalanan menuju sekolah.
Kendala akses ini bukan hanya Punya anak, tetapi pemerintah, kepala sekolah bahkan guru yang Ingin meningkatkan pendidikan didaerah. Karena itu, AKA Ingin memastikan perbaikan akses jalan, sarana dan prasarana, dari dan menuju sekolah itu layak dan memadai.
Beberapa hal yang Niscaya Ahmad Ali dan AKA lakukan dan merupakan kewenangan provinsi adalah penuntasan blankspot area (686 Desa), Donasi pemasangan sambungan Listrik bagi 35.000 Rumah Tangga Enggak Berlistrik, Memfasilitasi penyediaan sarana Listrik di Distrik 3T, Percepatan, Peningkatan dan Pemerataan Pembangunan Jalan, Jembatan, dan Pengairan.
Kemudian percepatan, peningkatan konektivitas darat dan perairan antar Distrik kabupaten serta Padat Karya Pemeliharaan Jalan dan Irigasi Provinsi. “Eksis orang Ingin sekolah, Eksis guru Ingin mengajar, tapi aksesnya sulit, listrik Enggak Eksis, jaringan telekomunikasi Enggak punya. Belum belajar atau mengajar, sudah menyerah duluan. Itu Enggak boleh terjadi Kembali, Ahmad Ali dan saya akan pastikan itu,” tutup AKA. (Z-6)