SATGAS Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mulai mengidentifikasi sumber-sumber penyebab polusi di wilayah Jabodetabek. Hal itu menyusul telah masuknya musim kemarau dan mengantisipasi terjadinya perburukan udara seperti yang terjadi pada 2023.
“Kami sudah mulai mengidentifikasi. Kan langkahnya ada pengawasan terhadap sumber-sumber pencemaran. Sebulan yang lalu sudah ada, sudah mulai jalan mengidentifikasi dan melakukan pengawasan,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro di kantor KLHK, Jakarta Pusat, Kamis (1/8).
Selain itu, ia menjelaskan bahwa beberapa waktu lalu indikator kualitas udara di wilayah Jabodetabek menunjukkan kualitas udara di level kuning, artinya mengalami perburukan. Hal itu kemudian membuat pihak pemerintah daerah Jakarta mempersiapkan water mist.
Baca juga : Sebut Kualitas Udara Jakarta Enggak baik, KLHK Kritik Metode AirVisual
“Jadi sempat hampir kuning di Jabodetabek, bukan hanya di DKI, dua hari yang lalu juga demikian, kemudian waktu kita ada libur panjang itu. Itu yang memang memberikan trigger ke kita untuk mulai waspada terhadap Jakarta,” ucap Sigit.
Berdasarkan pemantauan data pada situs udara IQAir pada pukul 06.00 WIB, besaran indeks kualitas udara di Jakarta berada di urutan kedua terburuk di dunia dengan angka 177 atau masuk dalam kategori tidak sehat.
Selain itu, lanjut Sigit, antar kementerian pun tengah bekerja sama, yakni antara KLHK, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengimplementasikan euro 4, yakni standar emisi gas buang bagi kendaraan bermotor roda empat atau lebih sehingga emisi yang dikeluarkan lebih ramah lingkungan dan dibawah batas maksimum zat atau bahan pencemar.
Baca juga : KLHK Prediksi Penurunan Kualitas Udara Jabodetabek Mengertin Ini Tak Separah 2023
“Terutama untuk pengurangan sulfur di kendaraan diesel dan juga bensin. Tinggal menunggu waktu untuk implementasinya,” imbuh Sigit.
Menurut dia, masalah utama pada polusi di Jakarta ialah sektor transportasi. Dalam studi yang tengah dilakukan, memperbaiki emisi dari kendaraan berat seperti truk dan mengkonversi kendaraan bensin menjadi kendaraan listrik mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengurangi PM2,5.
“Kalau semuanya dilistrikkan seperti di Tiongkok, kinerja PM2,5 akan terlihat,” pungkas Sigit.
Baca juga : KLHK Klaim Kualitas Udara Jakarta Alami Perbaikan
Seperti diketahui, KLHK telah membentuk Satgas Pengendalian Pencemaran Udara pada tahun 2023 melalui melalui Surat Keputusan Menteri LHK nomor SK.929/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2023 tentang Langkah Kerja Penanganan dan Pengendalian Pencemaran Udara di Area Jabodetabek.
Mengertin ini sendiri, KLHK telah mengidentifikasi sebanyak 230 perusahaan yang menjadi target pengawasan. Selain itu, tahun ini pihaknya akan melaksanakan pengawasan terhadap emisi pada kendaraan niaga, yakni bus dan truk di pool mereka maupun di jalan raya.
“Kepada perusahaan angkutan niaga, segera kendalikan emisi dari kendaraan-kendaraan yang dioperasikan secara serius. Pelanggaran termasuk emisi termasuk kendaraan niaga dapat dikenakan penegakan hukum pidana penjara dan denda,” tegas Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rasio Ridho Sani beberapa waktu lalu. (Ata)