Ketika Hindul-Hindul Markindul Menyelinap di Istana

Ketika Hindul-Hindul Markindul Menyelinap di Istana
(MI/Seno)

Apabila kita mengikuti Informasi-Informasi dari luar negeri, khususnya mengenai perlakuan Israel terhadap Palestina, hati kita sebagai pendukung historis Palestina menjadi kesal dan mendongkol. Tingkah polah Israel terhadap negara dan rakyat Palestina yang sedemikian Corak Membikin kondisi Palestina Betul-Betul terpuruk dan porak-poranda, Bagus fisik maupun mental mereka.

Badan Intelijen Israel, Mossad, Rupanya mengambil peranan yang amat besar sehingga apa pun yang diperbuat oleh pihak Israel tak Terdapat perlawanan sama sekali dari pihak Palestina. Tampaknya Palestina Betul-Betul Tewas kutu menghadapi perlakuan intel dari Israel tersebut. Mossad yang kini dipimpin oleh David Barnea dengan Divisi Tzomet mereka Betul-Betul dengan mudah Membikin kekuatan-kekuatan perlawanan Palestina seperti Hamas dan lainnya Tewas langkah serta ‘menggigit’ debu atau sia-sia.

Berbagai usaha dari dunia Dunia Demi menghentikan keganasan Israel tampaknya juga Enggak berhasil menghentikan ulah Israel tersebut. Entah berapa kali gencatan senjata yang diusahakan oleh dunia Dunia Maju berlangsung dan ‘dikentuti’ oleh Tel Aviv.

Sebenarnya, sejauh mana kesaktian Mossad dengan Divisi Tzomet mereka yang bertugas, terutama Demi merekrut agen-agen Mossad, Bagus di dalam negeri maupun di luar negeri, sulit diprediksi.

 

TERTANGKAPNYA GILCHALAN 

Kita tentu ingat adanya rencana Mossad Demi menggagalkan pertemuan 20 negara-negara maju dan berkembang (G-20) di Bali, beberapa tahun Lewat. Rencana mereka Ketika itu ialah mendirikan pusat intelijen Mossad di Bali. Tetapi, gagal karena agen ganda mereka (Iran dan Israel), Gilchalan, tertangkap oleh pihak imigrasi Indonesia ketika yang bersangkutan berusaha masuk Indonesia lewat Bali. Itulah yang Membikin terbongkarnya rencana di Indonesia.

Cek Artikel:  Ulah Predator Seksual Anak

Tetapi, apa mau dikata Rupanya Divisi Tzomet mereka sudah berhasil merekrut beberapa kalangan di Indonesia Demi menjadi agen-agen andalan. Yang menjadi pertanyaan ialah sejauh mana komunitas intelijen kita dapat mendeteksi keberadaan agen-agen mereka, khususnya di Bali, dan sudah barang tentu di pusat pemerintahan negara: Jakarta. Sejauh ini, Badan Intelijen Negara (BIN) kita beserta komunitas intelijennya Lagi Tenang 1.000 bahasa. Belum terdengar Terdapat langkah konkret mengatasinya.

Sebagai eksponen kekuatan-kekuatan patriotik sukarnois, Maju terang, kita amat prihatin dengan kondisi yang stagnan dan ketidakjelasan semacam itu. Jangan-jangan tingkah pola Divisi Tzomet juga sudah masuk seperti peristiwa penyelundupan agen Central Intlijen Agency (CIA): Pat Price di era pemerintahan Bung Karno pada Sekeliling 1964-65 terulang kembali.

 

HINDUL-HINDUL MARKINDUL

Dalam kasus agen Ayu CIA di Indonesia era pemerintahan Bung Karno, Badan Pusat Intelijen (BPI) yang dipimpin oleh Subandrio pernah kebobolan dengan masuknya agen CIA ke Indonesia. Juga badan intel Cakrabirawa menilai Pat Price ‘Rapi’. Yang sangat disayangkan ialah bobolnya benteng terakhir komunitas intelijen kita, Merukapan tim Tertentu dari Detasemen Kawal Pribadi (DKP), yang juga menilai yang bersangkutan sosok yang Rapi.

Begitulah karena seluruh aparat komunitas intelijen kita bobol, agen CIA Pat Price dapat bergaul erat dengan keluarga Bung Karno, termasuk dengan Bung Karno pribadi. Apalagi Demi lebih menutupi misi sebenarnya yang bersangkutan juga selalu mengenakan kebaya Jawa seperti Putri Solo dan ikut belajar menari Serempak adik-adik penulis di Istana Merdeka.

Cek Artikel:  Melatih Berpikir Mendalam

Rupanya di balik keelokan Persona dan tubuhnya, ia mengemban misi yang amat Bengis dan baru diketahui oleh Bung Karno setelah menerima telepon langsung dari Presiden Pakistan Ayub Khan. Ayub membeberkan secara mendetail siapa sebenarnya Pat Price, termasuk tugas sebenarnya yang Enggak lain Enggak bukan ialah menghabisi nyawa Bung Karno dengan racun sianida.

Mendengar hal tersebut tanpa panjang lebar Bung Karno segera mengusir yang bersangkutan keluar Indonesia dengan Lagi mempertimbangkan Unsur perikemanusiaan sebagai salah satu sila dari Pancasila.

Dalam Naskah Bung Karno, Bapaku, Kawanku, dan Guruku (PGS Publisher, Jakarta, 1977) yang penulis tulis, berdasarkan surat Lord Bertrand Rusel, Ahli filsafat dan pejuang perdamaian Inggris, yang dikirimkan ke Presiden Soekarno dan sempat ditunjukkan Bung Karno kepada adik penulis bernama Adis–panggilan sayang penulis terhadap Megawati Soekarnoputri. Dalam surat tersebut, Terdapat delapan kepala negara nonblok yang dikategorikan progresif dan masuk daftar black list-nya CIA atau bakal dibunuh.

Kasus agen Ayu CIA Pat Price yang menyamar menjadi mahasiswi Ayu Amerika Perkumpulan, dalam Naskah tersebut memang belum disebutkan namanya. Penulis waktu itu Lagi lupa menyebutkannya karena Lagi sibuk kuliah di ITB Bandung dan aktif dalam sejumlah kegiatan organisasi kepemudaan dan bermain band Aneka Nada, selain juga harus bolak-balik Jakarta Bandung. Dalam subjudul Bung Karno Kontra CIA (hal 221-227), agen Ayu CIA tersebut sedemikian Corak menyamarkan dirinya sehingga identitasnya sama sekali sempat tak terdeteksi.

Cek Artikel:  Kebijakan Gagah Olahraga Daerah

Penulis bahkan sempat menduga mahasiswi Ayu tersebut termasuk salah satu ‘hindul-hindul markindul’, istilah yang diberikan oleh adik-adik penulis terhadap Perempuan-Perempuan yang mencoba menggoda dan ditaksir oleh Bung Karno. Bahkan, penulis sempat beralasan meminta waktu berpikir terlebih dahulu ketika Bapak meminta izin agar ‘hindul-hindul markindul’ tersebut dapat tinggal Serempak adik-adik di Istana. Nyaris saja memang Pat Price diangkat menjadi Kerabat angkat adik-adik penulis dan tinggal Serempak di Istana Apabila Enggak Terdapat informasi dari Ayub Khan.

Selain kasus Pat Price yang agen andalan CIA, agen-agen badan intelijen Inggris MI-6 juga beroperasi di Indonesia, terutama dengan ditemukannya Berkas Gilchrist di Kedutaan besar Inggris.

 

JANGAN RUSAK KEMBALI 

Kembali ke oknum-oknum Penduduk Indonesia yang sudah telanjur menjadi agen-agen dari intel-intel asing, seluruh kaum patriotik sukarnois mendesak agar Presiden Prabowo Subianto segera melakukan berbagai upaya dan langkah penelitian yang mendalam, sejauh mana agen-agen tersebut sudah beroperasi di Indonesia dan berhasil merekrut Penduduk negara Indonesia Demi mengkhianati negara mereka sendiri.

Kita khawatir. Janganlah kita yang berprinsip sekali-kali Enggak meninggalkan sejarah, belakangan mengetahui Rupanya agen-agen gelap tersebut yang berperan dalam berbagai peristiwa politik di Indonesia selama ini–katakanlah dalam kasus 1965 dan peristiwa politik lainnya hingga kini, mereka ialah gabungan dari agen-agen Mossad, agen-agen CIA, bahkan MI-6 yang kenamaan dari Inggris.

Mudah-mudahan intelijen dan administrasi Presiden Prabowo Betul-Betul waspada dan berani bertindak tegas terhadap agen-agen gelap tersebut bila Betul-Betul buktinya sudah diketahui. Jangan Tamat mereka tenang-tenang saja beroperasi dan merusak kembali negara dan negeri kita, Indonesia. Semoga!

 

Mungkin Anda Menyukai