Kekuasaan Membikin Bodoh

APAKAH Anda terganggu dengan pernyataan itu? Semoga Bukan, terutama menimbang panjangnya daftar bupati ditangkap KPK.

Bodoh Mempunyai sejumlah Maksud. Bodoh tak lekas mengerti. Bodoh tak mudah Paham. Bodoh tak dapat (mengerjakan).

Menggunakan Maksud yang terakhir, kekuasaan Membikin bodoh bila dengan kekuasaan itu orang tak dapat mengerjakan amanah.

Lagi menurut kamus, ‘membodohkan’ berarti membiarkan bodoh, menganggap bodoh, juga berarti ‘menipu’, ‘mengakali’. Demikianlah kekuasaan Membikin orang bodoh bila orang menggunakan kekuasaan Buat menipu atau mengakali rakyat.

Kebodohan yang jarang disadari ialah di dalam berkuasa orang berubah. Diri yang berkuasa ialah diri yang berbeda dari diri sebelum berkuasa. Perubahan itu dipandang sebagai kewajaran bahkan keniscayaan, ‘bahwa Saya bukan Tengah Saya yang kemarin’. Padahal, rakyat yang memilihnya Lagi tetap rakyat yang ‘kemarin’: nasibnya, hidupnya, tak berubah.

Saya yang ‘baru’ itu memerlukan pengakuan yang juga baru. Semakin besar pengakuan yang diperlukan, didambakan, semakin besar pula perlakuan superioritas kekuasaan terhadap inferioritas yang dikuasai. Yang terjadi ialah penaklukan.

Cek Artikel:  Basa-basi KPK

Berkuasa berpotensi mengandung rasa tak Terjamin. Kian besar rasa tak Terjamin di dalam kekuasaan yang terjadi bukan Tengah dorongan Buat menaklukkan, melainkan dorongan Buat melumpuhkan. Kiranya itulah sebabnya dulu seorang raja memelihara orang-orang kasim di Sekeliling dirinya. Orang-orang yang telah dikebiri itu kehilangan kemampuan Buat tak bersetia. Raja merasa Terjamin di kelilingi orang-orang yang telah ‘terlucuti’.

Yang cenderung Bukan disadari kekuasaan ialah ketidakmampuan menguasai diri sendiri. Kiranya inilah perkara tersulit berkuasa. Eksesnya yang terparah terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Korupsi merupakan salah satu bentuk terbodoh dan terburuk dari ketidakmampuan kekuasaan menguasai diri sendiri.

Bila di suatu negara lebih banyak orang yang berkeinginan berkuasa tanpa disertai keinginan menjadi orang yang terbaik, kiranya itu pertanda bahwa di negara itu lebih banyak kekuasaan Membikin bodoh. Salah satu fenomenanya ialah meluasnya gairah Buat menjadi kepala daerah, berapa pun ongkosnya. Setelah berkuasa, berujung ditangkap KPK. Ini pun sebuah kebodohan.

Cek Artikel:  Hakim yang Bukan Mulia

Demikianlah menjadi berkuasa dapat Membikin bodoh. Semakin Pelan berkuasa semakin bodoh. Oleh karena itu, baiklah kekuasaan dibatasi. Di dalam pengertian inilah rasa hormat orang Langgeng kepada George Washington, presiden AS pertama. Ia tak Ingin menjadi bodoh, menjadi presiden tiga periode. Cukup dua periode, sekalipun terbuka kemungkinan sangat besar dirinya terpilih Buat ketiga kali.

Kesadaran bahwa berkuasa dapat Membikin bodoh telah lebih dulu ditunjukkannya dalam kedudukannya sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Darat Kontinental. Washington mengundurkan diri setelah kemenangan di depan mata. Bagi George Washington, yang Penting memenangkan perang, bukan ‘memenangkan’ dirinya, sebagai panglima perang. Kiranya tak salah George Washington tetap diakui sebagai presiden AS yang terbaik. Irit saya, hal itu berkat pengertian dan pemahamannya yang amat mendalam bahwa berkuasa Membikin bodoh.

Cek Artikel:  Nasib Apes Guru Honorer

Bandingkanlah keputusan George Washington pada 1797 itu dengan keputusan Presiden Trump pada 2020 yang malah menunjukkan kebodohannya. Saking sangat bernafsunya dia Ingin berkuasa dua masa jabatan, Trump Bukan mengakui kemenangan Joe Biden. Sebuah kebodohan dalam riwayat demokrasi AS.

Kiranya tak Eksis yang lebih menyakiti hati rakyat daripada berkuasa dengan kebodohan yang antara lain ditandai banyaknya yang berkuasa ditangkap KPK. Mestinya inilah persoalan besar yang dihadapi rakyat saban pemilu/pilkada, yakni meyakinkan diri sendiri bahwa yang dipilih bukan orang yang di dalam kekuasaannya nanti akan menjadi bodoh.

Mungkin Anda Menyukai