PERSOALAN banjir di Jakarta Lagi menjadi masalah klasik. Dari tahun ke tahun, banjir Maju mengancam mantan ibu kota Republik Indonesia itu. Penanganan banjir menjadi program prioritas setiap pergantian gubernur. Triliunan rupiah Anggaran digelontorkan Pemerintah Provinsi Jakarta Kepada menangani banjir setiap tahun.
Tetapi, nyatanya, banjir besar Lagi juga datang. Anggaran triliunan rupiah itu belum berbanding lurus dengan terbebasnya Kaum Jakarta dari banjir secara permanen. Pada tahun ini, Pemprov Jakarta menganggarkan Rp5,6 triliun Kepada penanganan banjir. Sementara itu, Kepada 2024, Pemprov Jakarta menganggarkan Rp2,85 triliun atau 4% dari total belanja daerah yang sebesar Rp72,6 triliun.
Tetapi, apa hasilnya? Banjir kembali merendam sejumlah Daerah di Jakarta. Hujan ekstrem yang mengguyur Jakarta sepanjang Selasa (28/1) hingga Rabu (29/1) Awal hari mengakibatkan sejumlah Daerah terendam. Saluran air yang Eksis Enggak Bisa menampung air yang turun. Akibatnya, sebanyak 53 rukun tetangga (RT) terdampak dan sedikitnya 2.000 Kaum harus mengungsi.
Curah hujan kali ini sebenarnya belum terlalu tinggi. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan pada Selasa mencapai 150 milimeter (mm)/hari. Itu sebenarnya Lagi jauh dari curah hujan yang memicu banjir besar di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) pada 2020 Lampau, yang menurut catatan BNPB menewaskan lebih dari 65 orang. Curah hujan kala itu mencapai 377 mm.
Pasalnya, kemampuan infrastruktur pengendali banjir Jakarta hanya Bisa menangani hujan dengan intensitas 120 mm/hari. Sementara itu, hujan yang turun mengguyur Jakarta kerap melampaui kemampuan tersebut.
Karena itu, Enggak mengherankan Apabila banjir Maju menjadi ancaman bagi Jakarta. Persoalan banjir Jakarta juga bukan disebabkan infrastrukturnya yang Enggak Bisa menampung curah hujan yang tinggi. Banjir Jakarta ialah persoalan kompleks dan membutuhkan penanganan lintas bidang.
Jakarta menjadi penampung air bagi 13 sungai yang melaluinya. Tentu pada setiap musim hujan, sungai-sungai itu membawa air kiriman dalam jumlah besar. Belum Kembali persoalan lingkungan. Seluruh pesisir Jakarta yang Semestinya menjadi penampung air telah penuh dengan bangunan.
Bahkan, kawasan pesisir di Daerah-Daerah tetangga seperti Tangerang dan Bekasi yang Bisa menjadi penampung air juga kini terancam hilang. Kawasan tersebut telah dikuasai pengembang. Pembangunan kini tengah berlangsung.
Pengaveling-ngavelingan Daerah pesisir Tangerang dan Bekasi Kepada pembangunan kawasan perumahan di kawasan tersebut Bisa berpotensi semakin menenggelamkan Jakarta. Apalagi Apabila Daerah laut di kawasan tersebut diuruk.
Itu menjadi pekerjaan rumah besar bagi Gubernur-Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta Pramono Anung-Rano Karno yang bakal dilantik pada 7 Februari mendatang. Kekasih Gubernur-Wakil Gubernur baru Jakarta harus Bisa menyusun program banjir yang Bisa mengatasi persoalan curah hujan yang tinggi tersebut.
Dengan Anggaran penanganan banjir yang mencapai triliunan rupiah, mereka semestinya Bisa meningkatkan kapasitas infrastruktur Jakarta.
Penanganan banjir Jakarta butuh solusi yang ajek, bukan sekadar proyek. Setop banjir besar Jakarta bukan ketika pemimpin memulai memerintah di awal-awal saja.