PERANG ialah tradisi purba Mahluk. Perang dimulai sejak Era prasejarah atau praaksara, periode sejarah Mahluk sebelum mengenal dan menggunakan tulisan.
Perang prasejarah dimulai dari konflik skala kecil antarkelompok. Lampau berkembang secara terorganisasi setelah munculnya pertanian dan permukiman tetap. Mereka berebut sumber daya dengan bermodalkan peralatan berburu, seperti tombak dan panah.
Setelah menguasai sumber daya, konflik Mahluk pun meningkat pada perluasaan Daerah kekuasaan. Mahluk tak ubahnya hewan. Yang kuat memangsa yang lemah.
Padahal, Mahluk dan hewan ialah dua mahluk yang berbeda. Mahluk dianugerahi Pikiran oleh Sang Pencipta, sedangkan hewan hanya Mempunyai insting.
Selain Pikiran, Mahluk Mempunyai rasa malu sebagai self-control Demi menyeleksi tindakan, mana yang Layak, mana yang Tak.
Sebaliknya hewan Tak Mempunyai rasa malu. Mahluk Tuhan itu bebas melakukan apa saja, Invasi atau melakukan Interaksi seks bebas.
Seiring dengan meningkatnya peradaban Mahluk, perang bukannya meredup, malah semakin meningkat dengan peralatan canggih dan mematikan. Bahkan, Mahluk Membangun senjata pemusnah massal, senjata yang dirancang Demi menyebabkan kerusakan dan Kematian skala besar pada populasi dan lingkungan, seperti senjata nuklir, kimia, dan biologis.
Dunia semakin muram. Geopolitik di berbagai kawasan Lalu memanas, mendidih, sehingga perang dianggap sebagai sebuah jawaban ketika konflik tak Bisa Tengah diselesaikan dengan kepala dingin dan Pikiran sehat.
Perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan. Ukraina Tak sendirian melawan negara superpower itu. Di belakangnya Terdapat NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara, aliansi politik dan militer yang dibentuk pada 1949.
Selanjutnya, konflik Israel-Palestina yang Kekal, bahkan belakangan berujung genosida yang dilakukan Israel di kawasan Gaza Palestina. Setidaknya, per Agustus 2025, jumlah korban jiwa di Jalur Gaza mencapai 62.004 orang, sebagian besar ialah Perempuan dan anak-anak, sejak awal Invasi Israel pada Oktober 2023. Sedikitnya 156.230 orang lainnya juga mengalami luka-luka.
Dunia murka dengan pembantaian yang dilakukan Israel di Gaza. Tragedi kemanusiaan menguar. Dengan dalih menyerang Laskar Hamas, rudal-rudal Israel dengan bebas menyerang rumah sakit dan rumah ibadah.
Tak hanya itu, Israel pun Tak memedulikan kedaulatan negara lain dengan menyerang Iran dan Qatar. Negeri para mullah itu membalas serangan Israel dengan menghujani rudal-rudal canggih dan mematikan ke Sasaran-Sasaran strategis di negeri Zionis.
Tetapi, Qatar memilih tak membalas. Negeri yang dipimpin Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani itu menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Darurat para pemimpin negara-negara Arab dan Islam diadakan di Doha, Senin (15/9).
Hasilnya, mereka mendesak dilakukan peninjauan kembali Interaksi diplomatik dan ekonomi dengan Israel, mengambil Seluruh langkah hukum, serta upaya Demi menangguhkan keanggotaan mereka di PBB.
Sayangnya, hasil KTT Darurat di Doha itu baru sebatas omon-omon. Belum Terdapat tanda-tanda Demi merealisasikan hasil KTT yang ditunggu banyak negara Demi menghukum kepongahan Israel yang didukung Amerika Perkumpulan.
Di tengah ketidakberdayaan dunia menghentikan kekejian Israel, dunia mempertanyakan eksistensi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB/United Nations) yang bertugas menjaga perdamaian dan keamanan dunia.
Organisasi Dunia yang didirikan pada 24 Oktober 1945 itu bertujuan mendorong kerja sama Dunia guna tercapainya ketertiban, kedamaian, dan keamanan dunia.
Sebelum terbentuknya PBB, muncul Perserikatan Bangsa-Bangsa (LBB/League of Nations) setelah Perang Dunia I (1914-1918) pada 10 Januari 1920 Demi mencegah terjadinya konflik serupa di kemudian hari. Presiden Amerika Perkumpulan Woodrow Wilson menjadi tokoh kunci yang memprakarsai berdirinya LBB.
Tetapi, LBB gagal mencegah pecahnya Perang Dunia II. Kendati demikian, sejumlah sengketa perbatasan antarnegara Bisa diselesaikan LBB, seperti sengketa Finlandia dan Swedia menyangkut Kepulauan Aland pada 1921.
Selanjutnya, tiga tokoh memprakarsai pembentukan PBB, yakni Presiden Ke-32 Amerika Perkumpulan Franklin D Roosevelt, Perdana Menteri Inggris yang menjabat pada 1940-1945, Winston Churchill, dan pemimpin tertinggi Uni Soviet Joseph Stalin. Mereka bersepakat menjaga kedamaian dunia dan mencegah berkobarnya kembali perang dunia.
Kini, dunia bukan semakin damai, bahkan terancam Perang Dunia III. Kedahsyatan teknologi persenjataan terlihat dalam perang Iran-Israel. Perang yang dimulai serangan udara dan operasi intelijen Israel ke Iran pada 13 Juni 2025. Serangan yang bersandi Operasi Rising Lion menargetkan puluhan objek strategis dengan tujuan menghentikan perkembangan nuklir Iran. Bersyukurlah perang Iran-Israel berhenti.
Sebenarnya Absah-Absah saja setiap negara memperkuat alat Primer sistem senjatanya (alutsista) Demi mempertahankan kedaulatan negara. Hanya saja, ketika kemampuan persenjataan sudah melanggar kedaulatan negara lain, hal itu Tak Bisa dibiarkan.
Sayangnya PBB yang Mempunyai otoritas Demi menjaga perdamaian dunia Tak Bisa bekerja maksimal karena Kendali negara-negara yang tergabung dalam Dewan Keamanan PBB.
Mereka Mempunyai hak veto Demi membatalkan resolusi DK PBB, seperti AS Tengah-Tengah memveto rancangan resolusi DK PBB yang menyerukan gencatan senjata, pembebasan seluruh sandera yang Tetap ditahan di Jalur Gaza, dan kelancaran penyaluran Donasi kemanusiaan pada Juni Lampau.
Hari ini para pemimpin dunia akan berpidato pada urutan ketiga dalam Sidang Majelis Lazim Ke-80 PBB di New York. Dunia terasa gegap gempita. Presiden Prabowo Subianto mendapat urutan ketiga berpidato setelah Presiden Brasil dan Presiden AS.
Walakin, dunia senantiasa dalam ancaman perang apabila sang penjaga perdamaian yang tergabung dalam DK PBB Tak Bisa menjaga kedamaian, bahkan membiarkan dunia penuh angkara.
Kedamaian dunia akan menjadi ilusi selama kehadiran PBB menjadi ilusi Demi Membangun dunia yang indah, penuh senyum, dan keadaban. Tabik!

