PEMIMPIN Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengakui serangan Minggu (25/8) itu sempat ditunda karena sejumlah alasan, termasuk persiapan setelah pengerahan pasukan Israel dan Amerika Perkumpulan (AS), manfaat menimbulkan ketakutan di kalangan warga Israel, dan perdebatan di antara poros perlawanan atau sebutan bagi aliansi negara-negara dan kelompok bersenjata yang dipimpin Iran yang menentang AS dan Israel mengenai apakah para anggotanya akan menyerang Israel secara terpisah atau pada saat yang sama.
Nasrallah juga menekankan bahwa salah satu alasan utama penundaan adalah untuk memberi waktu agar perundingan gencatan senjata Gaza berhasil. “Tujuan kami adalah untuk mengakhiri agresi di Gaza, jadi kami memberinya cukup kesempatan, tetapi setelah sekian lama, jelas bahwa (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu mengajukan persyaratan baru dan Amerika bekerja sama dengannya dan ini semua hanya membuang-buang waktu, jadi tidak ada alasan untuk menunda lebih lama lagi,” kata Nasrallah, dilansir dari Al Jazeera, Senin (26/8).
Nasrallah memanfaatkan kesempatan pidatonya untuk membantah sejumlah klaim Israel. Yang paling penting adalah dia mematahkan klaim pihak Israel telah mengetahui tentang serangan itu dan serangan pendahuluan telah mencegah serangan Hizbullah menimbulkan kerusakan.
Israel sebelumnya mengklaim berhasil mengantisipasi serangan Hizbullah itu berkat informasi intelijen, terutama setelah terbunuhnya sejumlah besar komandan Hizbullah. Tetapi, Nasrallah mengatakan Israel tidak mengungkap serangan tersebut, seraya menambahkan bahwa mereka hanya melihat pergerakan di dekat perbatasan dan melancarkan serangan tetapi tidak mengenai lokasi peluncuran roket atau pesawat nirawak milik Hizbullah sebelum serangan dimulai.
Daerah yang diserang Israel justru telah dikosongkan dari lokasi peluncuran roket dan depot atau merupakan lokasi peluncuran yang baru diserang setelah serangan berakhir, kata Nasrallah. Ia juga menantang narasi Israel yang menyebutkan bahwa Israel telah menghentikan serangan dari Libanon yang terdiri dari ribuan roket, dan sebaliknya mengatakan bahwa Hizbullah secara sengaja hanya menembakkan sekitar 300 roket, diikuti oleh pesawat tak berawak atau drone.
Hizbullah meluncurkan 320 roket jauh ke dalam wilayah Israel sebagai bagian dari tahap pertama respons terhadap pembunuhan pemimpinnya, Fuad Shukur, oleh Tel Aviv. “Tahap pertama dari respons kami terhadap pembunuhan Shukur telah berhasil diselesaikan,” kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman ini muncul tak lama setelah tentara Israel menyerang Libanon selatan dengan serangan udara skala besar yang mereka sebut sebagai serangan pencegahan, dengan klaim bahwa mereka berhasil mencegah Hizbullah meluncurkan serangan.
Golongan itu menjelaskan bahwa fase awal melibatkan penargetan barak-barak dan lokasi-lokasi Israel untuk memfasilitasi lewatnya drone-drone penyerbu menuju sasaran yang dituju di dalam wilayah entitas Israel. Drone-drone ini telah berhasil mencapai tujuan sesuai rencana.
Laporan itu juga mencatat jumlah roket Katyusha yang diluncurkan sejauh ini telah melampaui 320 dan menyerang posisi musuh. Hizbullah menyatakan bahwa 11 lokasi militer Israel menjadi sasaran, termasuk pangkalan Meron, Zaatoun, Al-Absahl, Nafah, Yarden, dan Ein Zeitim, serta kamp Kela, UF, Ramot Naftali, Neve Ziv, dan Zarura, semuanya berlokasi di Israel utara. (I-2)