Genjot Investasi untuk Letih Pertumbuhan Ekonomi 8

Genjot Investasi untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 %
Suasana kota Jakarta yang penuh gedung bertingkat dan pemukiman penduduk(MI/Ramdani)

PELONGGARAN kebijakan moneter global, pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Perkumpulan, dan Bank Indonesia telah menciptakan optimisme di tengah kelesuan perekonomian global.

Kepala Ekonom BCA Group, David Sumual mengatakan, pemangkasan suku bunga bisa mendorong investasi sebagai salah satu katalis pertumbuhan ekonomi.

Baca juga : Ekonomi AS Diperkirakan tidak Stagflasi, ini Argumen Yellen

David menilai Indonesia perlu investasi dari luar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada era pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Sasaran tersebut tidak mungkin tercapai jika hanya mengandalkan investasi dalam negeri.

“Kalau berpegang dengan mengandalkan tabungan domestik, kita hanya akan bertumbuh sekitar 5 persen. Tapi kalau mau sampai 8% itu perlu investasi dari eksternal yang lebih besar lagi,” ujarnya dalam  dalam diskusi bertajuk ‘Menavigasi Strategi Bisnis Setelah Penurunan Spesies Kembang Acuan dan Hancurnya Kelas Menengah’ di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (27/9).

Cek Artikel:  IHSG Diprediksi Datar di Tengah Wait and See Data Inflasi AS

Menurut perhitungannya, kalau mau sampai pertumbuhan ekonomi 8% perlu investasi hingga US$650 miliar. Sedangkan saat ini nilai investasi berkisar US$120 miliar.

Baca juga : Kebijakan Moneter The Fed Kian Ketat, Perdagangan Aset Kripto Lesu

Pekerjaan lain yang dibutuhkan  ialah memperbaiki angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang cukup tinggi lantaran tingginya biaya investasi di dalam negeri.

“Apabila dibandingkan negara-negara tetangga itu 3-4%, kita sekitaran 5,6 %,” tandasnya.

Pada kesempatan yang sama Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah menunda kenaikan Pajak Pertambahan Safiri (PPN) dari 11% menjadi 12% pada tahun depan.  

Baca juga : BPJS Ketenagakerjaan Raih Penghargaan Tertentu Berkat Kinerja Investasi Optimal Selama 5 Pahamn

Cek Artikel:  10 Mengertin Joko Widodo, Rebut Kedaulatan Tambang

Pasalnya, jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia kian merosot. Begitu ini saja, kata Ketua Aprindo Roy Mandey, beberapa barang sudah mengalami kenaikan harga. Ia khawatir kenaikan PPN yang meski cuma 1% membuat masyarakat semakin banyak makan tabungan.

“Kenaikan PPN 1% itu bukan naik harga 1%, tapi 10x lipat dari 11%, pasti naik walaupun cuma naik 1% di angka tertulis PPN,” jelasnya. 

Eksispun Wakil Ketua Lazim DPP Real Estate Indonesia (REI) Hari Ganie mengusulkan agar pemerintahan wacana pembentukan Kementerian Perumahan difokuskan di perkotaan. Pasalnya, mayoritas masyarakat di perkotaan belum bisa memiliki rumah.

Baca juga : Sinergitas LW Doa Bangsa dan BJB Syariah dalam Pengelolaan Wakaf di Daerah

Cek Artikel:  DJP Sebut Pelaporan SPT oleh Wajib Pajak Tercatat 65,88% per 31 Maret 2024

Ia berharap pembentukan Kementerian Perumahan, Hari Ganie berharap urusan perumahan bisa lebih difokuskan terutama terkait permasalahan anggaran. Selama gabung dengan Kementerian PUPR.

Hari juga menyarankan agar pembangunan 1 juta rumah di perkotaan itu difokuskan di 10 kota metropolitan. (M-4)

 

Mungkin Anda Menyukai