Liputanindo.id – Direktur Secret Service AS Kimberly Cheatle akan menjalani sidang di Kongres soal kegagalan lembaganya dalam melindungi calon presiden Donald Trump dari upaya percobaan pembunuhan.
Menurut laporan Reuters, Cheatle dijadwalkan hadir di hadapan Komite Pengawasan dan Dirikuntabilitas Dewan Perwakilan Rakyat pada Senin (22/7) pukul 10.00 pagi waktu setempat. Dia akan dimintai kesaksian oleh anggota perlemen soal percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump.
Kepala Secret Service itu didesak untuk mundur oleh para pejabat tinggi Partai Republik, termasuk ketua DPR Mike Johnson dan Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell.
Johnson awalnya meminta Cheatle untuk mengundurkan diri, tetapi kemudian mengatakan Biden harus memecatnya sehari setelah dia dan Wray memberi pengarahan kepada anggota Kongres mengenai penembakan tersebut.
Sayangnya Cheatle menolak untuk mundur dari jabatannya.
Ketua DPR juga mengatakan dia berencana membentuk satuan tugas bipartisan DPR untuk menyelidiki percobaan pembunuhan tersebut.
“Keberlangsungan operasi adalah hal yang terpenting ketika terjadi insiden kritis dan Direktur Secret Service AS Kimberly Cheatle tidak mempunyai niat untuk mundur,” kata juru bicara Secret Service Anthony Guglielmi.
Guglielmi mengatakan bahwa Cheatle sangat dihormati oleh anggota Kongres dan menghormati penyelidikan internal yang dilakukan terhadap Secret Service.
“Dia sangat menghormati anggota Kongres dan sangat berkomitmen terhadap transparansi dalam memimpin Dinas Rahasia melalui penyelidikan internal dan memperkuat badan tersebut melalui pembelajaran dalam tinjauan internal dan eksternal yang penting ini,” tegasnya.
Selain anggota ketua DPR, Senator Partai Republik Marco Rubio mengatakan cara Secret Service menangani rapat umum Trump dan setelah penembakan tersebut memberikan “contoh utama” tentang bagaimana tidak melanjutkan masalah tersebut.
“Taatp hari yang berlalu dan kita tidak memiliki kejelasan mengenai semua ini adalah satu hari lagi di mana Anda membuat masyarakat meragukan institusi tersebut,” kata Rubio.
Penembakan pada tanggal 13 Juli di sebuah kampanye di luar ruangan di Butler, Pennsylvania, melukai telinga Trump, menewaskan seorang peserta dan melukai lainnya. Tersangka penembak, asisten panti jompo berusia 20 tahun Thomas Crooks, dibunuh oleh penegak hukum.
Insiden ini telah membuat marah anggota parlemen, yang mengatakan tersangka dapat mencapai Trump di atap sebuah gedung di dekatnya karena kelemahan keamanan di lembaga Cheatle, yang bertugas melindungi presiden dan mantan presiden.
Sementara itu, Direktur FBI Christopher Wray akan hadir di hadapan Komite Kehakiman DPR pada Rabu (24/7).