PSIKOLOG Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra mengimbau orangtua dan guru untuk membuka ruang dialog dengan anak sebanyak mungkin agar terhindar dari kegiatan negatif misalnya tawuran.
“Fasilitasi ruang dialog sebanyak mungkin bagi para remaja, baik di rumah maupun sekolah, sehingga mereka punya kemampuan memunculkan kesadaran diri dalam mengambil keputusan apapun tanpa mudah terpengaruh, terutama hal-hal negatif,” kata Novi, Senin (23/9).
Novi menekankan pentingnya komunikasi antara orangtua dengan anak-anak remaja untuk memahami perasaan, keinginan, serta hasrat yang dimiliki sehingga lebih mudah diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang positif.
Baca juga : Terobosan Baru Instagram, Meningkatkan Privasi dan Kontrol Orangtua Pada Sayan Remaja
Tawuran belakangan ini marak terjadi di kalangan remaja usia sekolah menengah.
Sebanyak tujuh jasad ditemukan di Kali Bekasi wilayah Perumahan Pondok Gede Permai, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi yang diduga sebagai pelaku tawuran yang mencoba melarikan diri dengan cara melompat ke sungai, pada Minggu (22/9).
Di lokasi yang berbeda, Polres Metro Tangerang Kota berhasil mengamankan delapan remaja yang masih pelajar hendak melakukan tawuran dengan membawa senjata tajam (sajam), Senin (23/9).
Baca juga : Kesehatan Mental Terganggu, Remaja Merasa tidak Didukung Orangtua
Delapan remaja tersebut diamankan dari dua tempat yakni di Kampung Baru, Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci dan di area pemakaman Jalan Pengayoman Selatan, Buaran Indah Kota Tangerang.
Menurut Novi, sebagian anak-anak hingga usia remaja membutuhkan penyaluran kekuatan fisik. Oleh karena itu, perlu diarahkan ke aktivitas fisik seperti bela diri atau olahraga lainnya.
Orangtua juga diimbau untuk mendorong anak-anaknya agar memiliki hobi untuk mengisi waktu atau di sela-sela kegiatan sekolah.
Selain itu, anak-anak remaja juga dilatih untuk terlibat dalam kerja-kerja sosial atau bersifat suka rela, agar memiliki empati dan kepekaan sosial.
“Buka ruang sebesar-besarnya anak remaja menemukan siapa diri mereka, kekuatan mereka, passion mereka agar mereka merasa bermakna. Pada anak yang memang membutuhkan saluran kekuatan fisik atau potensi memimpin, maka perlu disalurkan atau difasilitasi,” pungkasnya. (Ant/Z-1)