Debat Capres bukan Alat Gosip

DEBAT pamungkas pilpres bakal digelar Minggu, 4 Februari. Pamungkas berarti menyelesaikan ataupun mengakhiri. Pamungkas juga dapat dimaknai sebagai perusak ataupun penghancur, bila dalam konteks persenjataan.

Dan, pada Minggu besok, rakyat terkhusus pemilih bisa menyaksikan debat kelima alias pamungkas para calon presiden. Debat yang mempertemukan Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo ini akan menjadi debat resmi terakhir atau penutup menjelang pemungutan suara 14 Februari.

Taatp calon pemimpin bangsa itu akan mengutarakan serta mempertahankan pendapat mereka terkait dengan tema, yakni kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia (SDM), serta inklusi.

Dengan demikian, dalam tempo 120 menit, ketiga capres akan memperlihatkan keunggulan diri ketimbang pesaingnya dalam delapan tema yang terkait dengan keseharian rakyat.

Banyaknya persoalan yang harus dibahas dalam tempo yang singkat membuat publik akan lebih fokus pada sisi karakter ketimbang isu. Bahkan, ada anggapan kalau debat kandidat hanya sebagai hiburan karena tidak mampu menggali apa yang ada di balik benak para kandidat.

Cek Artikel:  Pertaruhan Legitimasi Pemilu

Di tema kesejahteraan sosial, bisa saja membahas persoalan kemiskinan yang melanda sekitar 9% warga. Padahal, target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, warga miskin dikurangi menjadi tinggal 6,5% hingga 7,5% dari populasi.

Lampau, di isu kesehatan ada persoalan kondisi jutaan anak Indonesia yang mengalami stunting hingga hilangnya pasal mandatory spending 5% untuk kesehatan dari Undang-Undang (UU) Nomor 17 Pahamn 2023 tentang Kesehatan.

Dalam persoalan ketenagakerjaan, Presiden Joko Widodo mengeklaim keberhasilan mengurangi tingkat pengangguran pada 2023. Akan tetapi, ada yang menilai, turunnya angka pengangguran dibarengi penciptaan lapangan kerja yang makin tidak bermutu karena yang meningkat hanya di sektor pekerja informal.

Selanjutnya, di tema pendidikan, ada persoalan perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Selain itu, persoalan kapasitas dan nasib guru, khususnya guru honorer, serta kebijakan pendidikan yang berubah-ubah serta terputus antara satu dan lainnya.

Cek Artikel:  Rontoknya Antusiasme terhadap KPK

Belum lagi, masuknya pinjaman online (pinjol) di dunia pendidikan. Di satu sisi, ia sebagai solusi mengatasi persoalan mahalnya biaya pendidikan tinggi, dan di sisi lain, solusi finansial bagi guru yang berlatar belakang ekonomi menengah ke bawah serta tidak memiliki akses pembiayaan.

Anies, Prabowo, dan Ganjar, dalam kesempatan terpisah, telah menyatakan kesiapan untuk berhadapan. Anies memastikan akan lebih banyak bicara terkait substansi tema ketimbang menampilkan gimik.

Apalagi, Anies selaku mantan rektor, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan, serta Gubernur DKI Jakarta telah mengantongi beragam rekam karya. Jadi, Anies tidak sekadar menyampaikan angan-angan, apalagi angin surga.

Ganjar juga mengaku membekali diri dengan pengalaman selaku Gubernur Jawa Tengah selama dua periode. Walhasil, Ganjar meyakini omongannya akan memiliki basis berupa bukti nyata.

Sebaliknya, Prabowo saat berkampanye di Jawa Timur pada Kamis (1/2) mengaku waswas. Prabowo ternyata masih saja mengungkit-ungkit penilaian Anies saat debat pada 7 Januari. Kala itu, Anies memberi sekor 11 dari 100, sedangkan Ganjar memberi nilai 5 dari 10.

Cek Artikel:  Kalah Melawan Korupsi

Prabowo dalam berbagai kesempatan memang selalu mengomentari isi debat yang sudah berlalu. Tak jarang, dia juga membumbui dengan ucapan yang bernada memaki. Tak mengherankan jika Prabowo sempat dianggap gagal move on.

Padahal, sejumlah akademisi meyakini debat kandidat akan mampu mengubah arah dukungan sebagian pemilih yang masih bimbang alias swing voters. Karena itu, semestinya para kandidat mati-matian untuk mempersiapkan dan mempertahankan diri secara kesatria saat berhadapan dengan lawan di debat. Bukan malah menjelek-jelekkan lawan di panggung-panggung di luar debat. Tak pantas seorang calon pemimpin bangsa setara dengan penggosip yang kerap bergunjing.

Calon pemimpin bangsa, eloknya, memanfaatkan forum debat pemungkas untuk tampil sebaik mungkin. Debat kandidat menjadi ajang bagi publik untuk menilai kapasitas calon pemimpin mereka. Apakah sang calon memang memiliki isi atau hanya kinclong di kemasan luar.

Mungkin Anda Menyukai