Daya Beli Turun Diduga Pemicu Deflasi 5 Bulan Nonstop

Jakarta: Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menduga deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut karena melemahnya daya beli masyarakat. Terdapat sejumlah indikator yang memperlihatkan menurunnya daya beli.

Misalnya, penjualan kendaraan roda dua. Ketika ini mengalami penurunan sekitar 4,1 persen pada bulan ini. Begitu juga pada penjualan semen. Pertumbuhannya hanya dua persen. Standarnya rata-rata mencapai 2,5 persen.

“Nah ini menandakan memang ada pelemahan (daya beli). Terutama kelas menengah bawah,” ujar Tauhid, dikutip Selasa, 8 Oktober 2024.

Indikator lain juga terlihat pada laju penyaluran kredit secara bulanan (month to month/m to m). Penyaluran kredit tercatat mengalami penurunan, minus 0,98 persen.

“Ini menandakan bahwa untuk konsumsi yang biasanya normal bisa mencapai 12 persen melalui kredit. Ini juga terjadi penurunan,” ujarnya.
 

Cek Artikel:  Kenaikan Tarif Cukai Rokok Dipastikan Batal

Sekalian indikator itu menunjukkan kenaikan harga yang  tidak bisa direspons oleh kemampuan daya beli, sehingga konsumen akhirnya menurunkan permintaan. Mau tidak mau produsen menurunkan harga. 

“Dan ini sudah terjadi secara beruntun,” kata Tauhid.

Tauhid melihat jika indikatornya hanya harga pangan saja tidak menjadi persoalan. Faktanya, tidak hanya harga pangan saja. Dekat semuanya mengalami penurunan.

Bagi Tauhid, hal ini seharusnya sudah menjadi alarm bagi pemerintah. Terlebih deflasi sudah terjadi sebanyak lima kali beruntun. 

“Memang akan menjadi alarm kalau waktunya berturut-turut. Sudah cukup lama begitu. Bahkan ini sampai lima bulan,” ucapnya.

Mungkin Anda Menyukai