BRIN Kembangkan Strategi Pencegahan Kebakaran Lahan Gambut

BRIN Kembangkan Strategi Pencegahan Kebakaran Lahan Gambut
Personil Polri dan petugas Manggala Agni berupaya memadamkan kebakaran lahan gambut di Kelurahan Kalampangan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (4/8/2024)(ANTARA/AULIYA RAHMAN)

KEBAKARAN lahan gambut merupakan masalah lingkungan serius yang berdampak luas, seperti ekosistem, kesehatan Sosok, serta iklim Dunia. Guna mengembangkan strategi pencegahan kebakaran dan mitigasi yang efektif pada lahan gambut, perlu dilakukan penelitian mendalam Buat memahami dinamika dan Tanda khas tanah gambut.

Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Ciptaan Nasional (BRIN), Albertus Sulaiman, menjelaskan bahwa pada musim kemarau, tingkat muka air tanah di lahan gambut menurun yang menyebabkan lahan gambut menjadi kering dan mudah terbakar.

“Kebakarannya Dapat berlangsung cukup Lamban dan menghasilkan asap yang berbahaya bagi kesehatan Sosok,” ujarnya.

Cek Artikel:  Tips Membangun Rumah Tema Industrial

Pada kesempatan tersebut, Sulaiman juga mengungkapkan mengenai Tanda khas Aneh tanah gambut yang berbeda dari jenis tanah lainnya. Kandungan air yang tinggi Membikin tanah gambut sangat lembab dan mudah terkompresi. “Tanah gambut Mempunyai kapasitas penyimpanan karbon yang besar, menjadikannya ekosistem Krusial dalam mitigasi perubahan iklim,” tambahnya.

Tetapi, Ia menambahkan bahwa tanah gambut rentan terhadap kerusakan. “Ketika lahannya dikeringkan Buat keperluan pertanian atau pembangunan, bahan organik yang sebelumnya terendam air mulai terdekomposisi dengan Segera Buat melepaskan karbon dioksida ke atmosfer. Hal ini berkontribusi terhadap pemanasan Dunia,” jelasnya.

“Kondisi ini mendorong perlunya solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. BRIN Menonton pentingnya kerjasama Global dan nasional Buat mengatasi masalah kompleks ini sebagai langkah strategis memanfaatkan keahlian dan sumber daya secara luas,” ungkap Sulaiman.

Cek Artikel:  Naskah Kesultanan Bima Ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional

Dalam rangka memahami interaksi antara karbon dan tingkat muka air di lahan gambut, BRIN menjalin kerja sama dengan beberapa institusi, Berkualitas dalam maupun luar negeri, seperti Center for Southeast Asian Studies (CSEAS)-Kyoto University, STAIN Bengkalis, Politeknik Bengkalis, dan Universitas Riau.

Adapun Letak riset yang dipilih adalah Riau dan Pulau Bengkalis karena Mempunyai lahan gambutnya cukup luas. Dalam riset ini, diteliti juga Rekanan interaksi antara karbon dan tinggi muka air pada lahan gambut dengan dinamika atmosfer dan iklim yang diyakini mempengaruhi sirkulasi Dunia dunia. 

Sulaiman merinci, rangkaian kerja sama dan kegiatan yang telah dilakukannya menghasilkan beberapa produk sistem aplikasi salah satu di antaranya adalah sistem monitoring cuaca kebakaran lahan dan kabut asap atau yang dinamakan SIMOCAKAP.

Cek Artikel:  UNESCO Transformasi Digital Pendidikan Indonesia Dapat Jadi Misalnya Dunia

Sulaiman berharap, dengan dukungan berbagai pihak SIMOCAKAP akan mendukung upaya pelestarian alam sekaligus upaya pembangunan. “Kita bekerja sama dengan alam. Alam harus tetap lestari, tetapi pembangunan harus tetap berjalan,” pungkas Sulaiman. (H-2)

Mungkin Anda Menyukai