SALAH satu Ciri khas Jupiter ialah bintik merah. Baru-baru ini astronom dari University of California, Berkeley, menemukan bintik-bintik serupa di kutub utara dan selatan Jupiter yang muncul dan menghilang secara acak.
Oval-oval berukuran sebesar Bumi ini hanya terlihat pada panjang gelombang ultraviolet (UV) dan terletak dalam lapisan kabut stratosfer di atas kutub planet tersebut. Bintik gelap ini biasanya muncul Betul di Dasar Area aurora terang di setiap kutub, yang mirip dengan aurora utara dan selatan Bumi. Karena menyerap lebih banyak UV dibandingkan area sekitarnya, bintik ini tampak gelap pada Gambaran dari Teleskop Luar Angkasa Hubble Punya NASA.
Dari gambar tahunan Jupiter yang diambil oleh Hubble antara 2015 dan 2022, bintik UV gelap di kutub selatan muncul pada 75% gambar, sedangkan di kutub utara hanya muncul di satu dari delapan gambar.
Bintik-bintik ini menunjukkan adanya proses tak Normal yang terjadi dalam medan magnet kuat Jupiter, yang memengaruhi hingga ke kutub dan jauh ke dalam atmosfer, lebih dalam dibandingkan proses magnetik yang menghasilkan aurora di Bumi.
Penemuan ini dilaporkan oleh peneliti UC Berkeley dan kolega mereka dalam jurnal Nature Astronomy pada 26 November 2024.
Penemuan Awal dan Penelitian Lanjutan
Bintik gelap UV pertama kali terdeteksi Hubble pada akhir 1990-an di kutub utara dan selatan Jupiter, dan wahana antariksa Cassini yang melewati Jupiter pada 2000. Tetapi, fenomena ini kurang mendapat perhatian.
Ketika mahasiswa UC Berkeley, Troy Tsubota, melakukan studi sistematis terhadap gambar terbaru Hubble, ia menemukan bahwa bintik ini sering muncul di kutub selatan. Dalam gambar yang diambil antara 1994 hingga 2022, ia menghitung delapan bintik UV gelap di kutub selatan (disebut southern UV-dark ovals atau SUDO) dan hanya dua di kutub utara (northern UV-dark ovals atau NUDO).
Mayoritas gambar Hubble diambil melalui proyek Outer Planet Atmospheres Legacy (OPAL) yang dipimpin Amy Simon, seorang ilmuwan planet di NASA Goddard Space Flight Center. Proyek OPAL bertujuan memahami dinamika atmosfer planet-planet besar di tata surya, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Mekanisme Terbentuknya Bintik Gelap
Bekerja sama dengan Ahli atmosfer planet, seperti Tom Stallard dari Northumbria University dan Xi Zhang dari UC Santa Cruz, tim menyelidiki penyebab munculnya kabut padat di area ini. Stallard menduga bintik gelap ini dipengaruhi pusaran yang dihasilkan gesekan garis medan magnet Jupiter di dua Letak jauh: ionosfer dan lapisan plasma panas yang dihasilkan oleh bulan vulkanik Io.
Pusaran ini berputar paling Segera di ionosfer dan melemah seiring bertambahnya kedalaman. Seperti tornado yang menyentuh permukaan berdebu, pusaran ini mengaduk atmosfer hingga menciptakan kabut padat yang membentuk bintik gelap.
Observasi menunjukkan bahwa bintik-bintik ini terbentuk dalam waktu Sekeliling satu bulan dan menghilang dalam beberapa minggu. Kabut di bintik gelap ini 50 kali lebih tebal dibandingkan konsentrasi kabut Normal, yang menunjukkan bahwa pusaran ini lebih terkait dengan dinamika atmosfer dibandingkan reaksi kimia yang dipicu partikel Daya tinggi.
Signifikansi Penemuan
Intervensi ini mencerminkan tujuan proyek OPAL: memahami bagaimana dinamika atmosfer di planet-planet besar berbeda dari Bumi. “Memahami koneksi antara lapisan atmosfer sangat Krusial Demi Segala planet, Bagus itu eksoplanet, Jupiter, maupun Bumi,” kata Michael Wong, peneliti Penting studi ini.
Penelitian ini menunjukkan adanya proses yang menghubungkan berbagai lapisan atmosfer Jupiter dengan sistemnya secara keseluruhan, mulai dari dinamo interior hingga plasma dari satelit-satelitnya. Studi ini didukung oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA). (Daily saince/Z-3)