CUACA Jelek di Jawa Tengah diperkirakan akan berlangsung hingga awal tahun. Buat itu, Kaum diimbau mewaspadai ancaman banjir rob, gelombang tinggi, serta cuaca ekstrem Begitu liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 terutama di daerah rawan bencana.
Pemantauan Media Indonesia, Senin (9/12), memasuki pertengahan Desember ini, pelayaran Bagus penyeberangan antarpulau seperti Jepara-Karimunjawa dan Semarang-Karimunjawa Buat sementara berhenti beroperasi akibat cuaca Jelek. Perairan di Daerah Jawa Tengah Begitu ini diprediksi diwarnai gelombang tinggi dan badai terutama di Laut Jawa.
Ribuan nelayan juga telah menghentikan aktivitas melaut dengan menyandarkan kapal di dermaga pelabuhan perikanan dan muara sungai di sejumlah daerah di pantura dari Brebes hingga Rembang. Bahkan bendera hitam telah dipasang di pelabuhan sebagai tanda Embargo melaut akibat cuaca Jelek tersebut.
Sementara itu, banjir air laut pasang (rob) di daerah pesisir pantura seperti Demak, Semarang, Pekalongan juga kian meninggi hingga aktivitas Kaum dari mulai transportasi, bongkar muat barang di pelabuhan, budi daya perikanan darat, hingga petani garam terganggu.
“Sudah lima hari jalur pantura Semarang-Demak terendam banjir rob,” ujar Jafar, 56, Kaum Sayung, Demak.
Sementara itu, Triyono, 45, nahkoda kapal ikan di Pekalongan, mengatakan Bukan hanya terendam rob di pesisir, gelombang tinggi dan badai terjadi di perairan Laut Jawa memaksa ribuan nelayan menunda berangkat melaut, meskipun sebagian telah mengisi perbekalan dan bahan bahar minyak.
“Biasanya kita melaut ke Indonesia timur, tetapi akibat cuaca Jelek di perairan ini, kita Batal berangkat dan mungkin setelah tahun baru dapat kembali berlayar,” ujar Handoko, 40, nahkoda kapal ikan lainnya di Pelabuhan Juwana, Pati.
Koordinator Observasi dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Ganis Erutjahjo mengatakan BMKG sejak awal Desember telah mengeluarkan peringatan Awal kepada masyarakat beraktivitas di perairan dan pengelola pelayaran akan terjadinya gelombang tinggi dan cuaca ekstrem di Laut Jawa.
“Potensi gelombang tinggi di Laut Jawa, berdasarkan observasi akan terjadi pertengahan Desember ini hingga akhir tahun dengan ketinggian gelombang di perairan Dapat mencapai 3-4 meter, sehingga cukup membahayakan keselamatan pelayaran,” kata Ganis Erutjahjo.
Fenomena gelombang tinggi di perairan utara Jawa Tengah yang terjadi, menurut Ganis diperparah cuaca ekstrem di tengah lautan, sehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya rob dan gelombang besar di Daerah pesisir Laut Jawa.
“Akibat gelombang tinggi, operasional penyeberangan kapal ke Karimunjawa mesti dihentikan sementara waktu,” imbuhnya.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Bergas Catursasi Penanggungan mengungkapkan, Akibat fenomena cuaca ekstrem yakni hujan lebat disertai angin kencang dan sambaran petir, berbagai ancaman bencana hidrometeorologi dialami hampur sebagian besar daerah di Jawa Tengah.
Ancaman bencana Hidrometeorologi seperti tanah longsor dan banjir, lanjut Bergas Catursasi Penanggungan, menjadi perhatian serius di Jawa Tengah sehingga mitigasi bencana harus disiapkan sedini mungkin sebagai antisipasi.
“Kita telah koordinasikan dengan BPBD di seluruh daerah di Jawa Tengah,” imbuhnya.
Berdasarkan data dan pemetaan, ungkap Bergas, potensi lahan rawan longsor Eksis di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dengan luas mencapai 1.020.772 hektare, sedangkan potensi daerah rawan banjir seluas 935.504 hektare, Bagus itu di daerah pantura, selatan maupun tengah.
“Ancaman longsor pada umumnya di kawasan pegunungan dan perbukitan, sedangkan ancaman banjir selain di pesisir juga di daerah Kategori sungai (DAS),” tuturnya. (AS/J-3)