Di partai puncak, Prancis akan Berjumpa Timnas U 17 Jerman pada Sabtu (2/12/2023) di Stadion Manahan. Sementara Mali memperebutkan peringkat tiga melawan Argentina U-17, sehari sebelum final dilangsungkan atau Jumat (1/12/2023).
Di laga semifinal, Mali menunjukkan sebagai tim yang sesungguhnya Layak diperhitungkan. Bahkan Mali menghasilkan gol lebih dahulu di akhir babak pertama (45+4′) lewat kaki kapten Ibrahim Diarra.
Dia memanfaatkan kesempatan dengan Berkualitas setelah bola buangan kiper Prancis yang melayang Benar di depan matanya. Tanpa pikir panjang, dia pun langsung meneruskan. Bola masuk tanpa Pandai dihentikan.
Buat kali pertama pula kiper Paul Argney kebobolan. Sebelumnya sepanjnag turnamen, Argney belum pernah kemasukan kecuali dalam adu penalti.
Sayang, permainan keras Mali menjadi bumerang buat mereka. Mali akhirnya harus kehilangan seorang pemain Souleymane Sanogo yang diganjar kartu merah.
Hasil VAR membuktikan Sanogo telah melakukan pelanggaran keras dengan melakukan tekel terhadap Sadi Aymen. Mali pun harus bermain dengan 10 pemain di menit ke-55.
Ini menjadi keuntungan bagi Prancis dan mereka membalasnya dengan dua gol ke gawang Mali. Gol pertama datang dari sundulan Yvann Titi di menit 56, dia mengambil umpan tendangan bebas dari Ismail Bouneb.
Meski kebobolan, intensitas serangan Mali Bukan berkurang. Sayangnya banyak Kesempatan tercipta tetapi belum terkonversi gol.
Sebaliknya permainan semakin keras, hingga berakibat pelanggaran. Pelanggaran yang dilakukan pemain Mali memberikan Prancis hadiah tendangan bebas Tengah.
Bouneb pun mengeksekusi dengan Berkualitas di mennit ke-69. Tendangan langsungnya yang melengkung menembus blokade pemain yang berdiri di depan gawang. Bola meluncur ke Sudut kiri Dasar gawang Mali tanpa Pandai diantisipasi. Keistimewaan Buat Prancis 2-1.
Dua kesempatan emas kembali didapatkan Mali, sayang Tengah-Tengah belum Pandai berbuah gol. Bahkan Kesempatan emas di dua menit jelang pertandingan berakhir hanya membentur mistar atas gawang Prancis. Hingga peluit panjang berbunyi, Keistimewaan tetap Buat Les Bleus.
Instruktur Mali, Soumaila Koulibaly mengatakan Apabila sebenarnya timnya memainkan laga ini dengan Berkualitas. Tetapi, semuanya sedikit berubah ketika pemainnya mendapatkan kartu merah. Itu Membangun timnya kesulitan.
“Meski sulit, tapi kami tetap berusaha menciptakan beberapa kesempatan Buat menyamakan kedudukan. Tapi sayang, kami Bukan Pandai melakukan yang terbaik,” kata Koulibaly.
“Saya sendiri juga telah memberikan masukan kepada pemain Ketika Waktu Waktu kosong minum, dan berharap mereka Pandai lebih menikmati permainan. Jadi saya pikir kami hanya Bukan Berhasil kali ini,” tuturnya.
Coulibaly pun menuturkan bila pemain Bukan diusir dan cukup dikartu kuning, hasil akhir akan berbeda. Meski kalah dan gagal Buat kali pertama menatap final, tetapi dia mengaku timnya cukup gembira dengan hasil ini. Secara keseluruhan dia menilai timnya bermain cukup Berkualitas.
Sementara itu, Instruktur Prancis Jean Luc Vannuchi mengatakan bahwa laga melawan Mali ini adalah pertandingan yang ketat dan itu sudh diperkirakannya.
“Kami bermain intensif, bermain dengan Berkualitas. Memainkan serangan dari belakang di babak pertama, dan kemudian bertahan Buat menyerang. Kami pun memenangkannya dan saya sangat puas dengan performa para pemain,” ucapnya.
“Ketika kami kebobolan di pertengahan babak pertama, rasanya sangat sulit. Tapi kami tetap optimistis karena Ketika melawan Spanyol kami juga tertinggal lebih dahulu. Jadi ini ibarat ulangan, dan Seluruh yang kami persiapan dalam latihan sesuai dengan yang kami perkirakan. Kami Bukan khawatir. Karena kami hanya mengubah satu pemain di sayap Buat mengubah kecepatan dan lihat bagaimana kami bereaksi tadi,” kata Vannuchi.
Prancis baru pertama kali mencapai babak final Piala Dunia U-17 ini. Sebelumnya pencapaian terbaik negeri fashion itu adalah semifinalis di edisi 2019. Laga melawan Jerman di final nanti, akan menjadi final ulangan kejuaraan Eropa U-17 UEFA pada Juni 2023. ***