Kepengurusan Baru Akindo Siap Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Kepengurusan Baru Akindo Siap Dukung Ketahanan Pangan Nasional
Ilustrasi–Perajin mengoreng keripik tempe untuk dijual di Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.(ANTARA/Syaiful Arif)

ASOSIASI Kedelai Indonesia (Akindo) menggelar Musyawarah Nasional Luar Standar (Munaslub) yang menghasilkan kepengurusan baru untuk periode 2024-2029. Dalam pemilihan yang berlangsung dengan suara bulat, Hidayatullah Suralaga terpilih sebagai Ketua Standar, Rayfarrell Dwia sebagai Sekretaris Jenderal, dan Rossy Wanandi sebagai Bendahara.

Munaslub Akindo yang dihadiri anggota dari berbagai pelaku usaha kedelai ini bertujuan untuk merevitalisasi dan konsolidasi organisasi. 

Hidayatullah mengajak seluruh anggota untuk berkolaborasi demi kemajuan organisasi dan masyarakat. 

Baca juga : Pandaikah Kemandirian Pangan Kedelai di Tengah Krisis Pangan Dunia?

“Melalui Munaslub ini, kami berharap Akindo dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan anggotanya dan masyarakat luas,” ujarnya.

Sementara Rayfarrell Dwia menekankan pentingnya kolaborasi dan mengajak pelaku usaha kedelai lainnya untuk bergabung dengan Akindo. 

Cek Artikel:  Pemerintahan Jokowi Diminta Tunda Restriksi BBM Bersubsidi

“Mari kita bergandengan tangan untuk memperluas jaringan dan jangkauan, sehingga kemanfataan asosiasi ini bisa dinikmati semakin banyak kalangan. Kita jadikan Akindo sebagai wadah penyampaian aspirasi kepada pemerintah, sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan lebih tepat guna dan sesuai sasaran,” ujarnya. 

Baca juga :  Kerja Sama dan Konsistensi Kata Kunci Majukan Pertanian Indonesia

Akindo juga berkomitmen untuk turut mendukung program pemerintah dalam menjaga stabilitas pasokan kedelai dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menilai berbeda dengan beras, kedelai bukan kebutuhan pokok masyarakat. Tetapi, jika bahan makanan yang satu ini menghilang di pasaran dan harganya melonjak tinggi, pemerintah bakal kebingungan dan akan mendapat tekanan dari perajin tahu dan tempe. 

Cek Artikel:  Gaduho! 8 Perusahaan Asuransi Masuk Radar OJK

“Ini pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, ketika harga kedelai mencapai Rp135 ribu sampai Rp145 ribu per kilogram. Hilangnya kedelai diikuti dengan berhentinya produksi tempe yang sudah begitu lekat dengan rakyat,” ujarnya Huda.

Huda mengingatkan pengurus baru Akindo untuk lebih berhati hati, karena tantangan yang akan dihadapi akan lebih berat. Situasi di Timur Tengah yang makin panas dan perang Rusia–Ukraina yang tak kunjung berakhir akan berpengaruh pada harga kedelai di pasar global.  (Z-1)

Mungkin Anda Menyukai