Ilustrasi. Foto: Freepik.
“Situasi ini menjadi pendorong utama di balik pemulihan harga emas sebelumnya, setelah Iran meluncurkan sekitar 200 rudal, termasuk rudal balistik, yang menghantam Tel Aviv, ibu kota Israel,” ungkap analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha dikutip dari analisis hariannya, Kamis, 3 Oktober 2024.
Nugraha mencatat emas masih berpotensi mengalami pergerakan turun lebih lanjut. Menurut indikator Moving Average yang terbentuk saat ini, tren bullish pada XAU/USD mulai melemah.
Nugraha memproyeksikan harga emas berpotensi turun ke level USD2.625. Tetapi, jika terjadi rebound, ada peluang kenaikan hingga target terdekat di USD2.670.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga emas saat ini adalah laporan data tenaga kerja AS yang dirilis melalui ADP Non-Farm Employment Change. Pada Rabu (2/10), data ini menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja yang signifikan, yang mendorong indeks dolar AS (USD) ke level tertinggi dalam satu bulan terakhir.
“Penguatan dolar AS tersebut memberi tekanan pada emas, mengakibatkan koreksi harga logam mulia ini meskipun berada di level atas USD2.650 pada sesi Asia Kamis pagi,” jelas dia.
(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
Alami volatilitas signifikan minggu ini
Tetapi, pidato yang lebih hati-hati dari Ketua The Fed, Jerome Powell, serta data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan, termasuk pertumbuhan tenaga kerja, telah mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi hanya 37 persen pada Rabu.
Meskipun ada koreksi dalam beberapa hari terakhir, kinerja emas pada 2024 tetap impresif, dengan kenaikan lebih dari 28 persen sepanjang tahun ini. Emas juga berhasil mencetak rekor tertinggi baru di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed.
Dalam jangka menengah dan panjang, prospek emas tetap positif menurut beberapa analis bank besar. Goldman Sachs, misalnya, baru-baru ini merevisi prakiraan harga emas menjadi USD2.900 pada awal 2025, dari sebelumnya USD2.700.
Elemen lain yang mendukung tren kenaikan emas adalah terus bertambahnya cadangan emas di bank-bank sentral di berbagai negara, yang diharapkan akan meningkatkan alokasi emas dalam beberapa waktu mendatang.
Pantau reaksi pasar terkait data ekonomi
Dalam jangka pendek, Nugraha menekankan pentingnya memantau reaksi pasar terhadap data ekonomi yang dirilis serta perkembangan terbaru di Timur Tengah. Potensi koreksi lebih lanjut tetap ada, terutama jika dolar AS terus menguat. Tetapi, jika emas berhasil bertahan di atas level support utama, kemungkinan rebound ke level USD2.670 masih terbuka.
“Trader harus tetap waspada terhadap volatilitas yang tinggi dan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pergerakan emas dalam beberapa hari ke depan,” tutup Nugraha.