KETUA Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengemukakan bahwa mengonsumsi makanan ultraproses secara berlebihan bisa memicu masalah kesehatan pada anak.
Makanan ultraproses yang biasanya berkadar gula, garam, dan lemak tinggi, menurut dia, bisa membuat anak kecanduan karena rasanya lebih lezat dibandingkan dengan makanan tanpa proses pengolahan ultra sehingga anak bisa mengonsumsinya lebih banyak dari kebutuhan.
“Ini justru bahaya bagi anak-anak karena potensi dia akan terjadi overnutrisi. Begitu overnutrisi, dia obesitas, sindrom metabolik. Lagi anak-anak sudah hipertensi, diabetes tipe 2, dislipidemia, dan seterusnya. Jadi, ini mesti dikonsumsi hanya atas indikasi,” kata Piprim, dikutip Jumat (19/7).
Baca juga : Orangtua Diingatkan tidak Beri Anak Makanan Olahan Ultra
Anak-anak yang terus-menerus mengonsumsi makanan ultraproses, lanjutnya, bisa mengalami obesitas dan berisiko terkena masalah kesehatan kronik yang bisa berlanjut sampai mereka dewasa.
“Nyaris 80%-90% anak yang diabetes itu tipe 2 disertai dengan obesitas. Selain itu, penyakit lain seperti hipertensi itu juga mulai banyak, kemudian juga disertai diabetes, juga anak-anak yang perlemakan liver itu juga karena overnutrisi,” ungkap Piprim.
“Dan ini disebabkan karena makanan terlalu lezat. Jadi, ini bahaya karena potensi adiktif bagi anak,” tambahnya.
Baca juga : Picky Eater pada Anak, Kenali Penyebab dan Metode Mengatasinya
Piprim mengatakan makanan ultraproses bisa dikonsumsi anak asal sesuai dengan indikasi medis dan petunjuk dokter.
Makanan olahan yang dapat dikonsumsi anak antara lain makanan olahan dengan zat gizi tambahan dan susu formula untuk anak dengan gizi kurang.
“Sebenarnya, prinsipnya, anak-anak itu harus diberi kalori cukup untuk perkembangannya. Pada anak gizi kurang atau gizi buruk, itu memang asupan kalori mesti ditambah,” ujar Piprim.
“Pada anak dengan kondisi khusus, misalnya anak alergi, dia butuh ultraprocessed food berupa susu khusus yang ditetapkan oleh dokter,” pungkasnya. (Ant/Z-1)