45 Air Tanah di Jakarta Terkontaminasi Bakteri Berbahaya

45% Air Tanah di Jakarta Terkontaminasi Bakteri Berbahaya
Kaum bersama relawan membersihkan aliran sungai yang tertumpuk sampah(Ist)

AKSES terhadap air minum yang bersih dan aman merupakan hak asasi manusia yang mendasar. Tetapi faktanya, jutaan orang di seluruh dunia masih terkena dampak penyakit akibat sumber air yang tercemar.

Indonesia sendiri tengah menghadapi krisis pencemaran air yang mengkhawatirkan. Data dari Badan Pusat Tetaptik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2021, terdapat kasus pencemaran air di 10.683 desa. Bahkan, di ibu kota Jakarta, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) melaporkan bahwa 45% air tanah telah terkontaminasi bakteri berbahaya akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan dan aktivitas industri.

Di beberapa wilayah di Indonesia, rumah tangga masih menghadapi risiko mengonsumsi air tercemar yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan perut yang serius. Air yang tercemar mengandung bakteri, virus, dan parasit berbahaya hingga dapat menyebabkan gejala seperti diare, kram perut, dan muntah.

Baca juga : Jorok! Tumpukan Sampah Meluber di Tengah Jalan di Jalan Raya Bogor Depok

Penyakit akibat air ini merupakan tantangan kesehatan masyarakat yang luas, terutama di daerah pedesaan di mana pengujian dan pemurnian kualitas air sering kali tidak memadai.

Senior Marketing Manager Viessmann, Jia Yi Lim mengungkapkan penyakit pencernaan dan perut akibat air yang tercemar umumnya diawali dengan gejala seperti diare, kram perut, dan muntah. Gejala-gejala ini tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga berpotensi menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius apabila tidak segera ditangani.

Cek Artikel:  Pemkot Tangsel Jadikan Pencak Silat Muatan Lelahl SMP

“Deteksi dini terhadap tanda-tanda ini sangat penting untuk mencegah perkembangan penyakit yang lebih parah, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia,” kata Jia, melalui keterangannya, Rabu (11/9).

Baca juga : Bank Sampah harus Berbadan Hukum untuk Permudah Akses Pembiayaan

Menurut UNICEF, hampir 60 persen kematian akibat diare di seluruh dunia disebabkan oleh air minum yang tidak aman, kebersihan buruk, dan sanitasi tidak memadai. Penerapan praktik kebersihan dasar, seperti mencuci tangan dengan sabun, dapat mengurangi risiko diare hingga 40% dan secara signifikan menurunkan angka kejadian infeksi saluran pernapasan.

Menjaga kebersihan lingkungan rumah, menerapkan praktik kebersihan yang baik, memastikan akses terhadap air minum yang aman, serta pembuangan limbah manusia yang tepat merupakan langkah-langkah krusial dalam mencegah penyebaran penyakit diare di kalangan anak-anak maupun orang dewasa.

Pengobatan tepat sasaran sangat penting untuk pemulihan dari diare akibat penyakit yang ditularkan melalui air. Menjaga hidrasi dan nutrisi yang cukup adalah komponen penting dalam

Baca juga : Masyarakat Diminta Acuh Pengelolaan Limbah B3

Cek Artikel:  KDRT Sering Terlambat Dilaporkan karena Ketimpangan Rekanan Kuasa

proses pengobatan. Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang dapat meredakan gejala seperti diare dan muntah, sementara pola makan seimbang dapat mendukung proses penyembuhan

tubuh dan respons imun. Dalam kasus yang parah, intervensi medis mungkin diperlukan, sehingga penting untuk mencari saran medis profesional jika gejala terus berlanjut atau memburuk.

Pencegahan penyakit yang ditularkan melalui air memerlukan lebih dari sekadar praktik kebersihan dan sanitasi yang baik. Tentunya, hal ini dimulai dengan akses terhadap air bersih.

Baca juga : Garudafood Dukung Gerakan ‘Zero Waste Zero Emission’

Berdasarkan data dari Badan Pusat Tetaptik (BPS) tahun 2020, meskipun banyak orang Indonesia menggunakan air minum isi ulang, sebagian besar masih bergantung pada metode tradisional seperti merebus air untuk menjadikannya aman dikonsumsi.

 Meskipun metode ini dapat membantu, investasi dalam sistem pemurnian air yang andal merupakan alternatif yang lebih efektif dan dapat diandalkan untuk melindungi dari gangguan pencernaan dan perut, terutama bagi rumah tangga dengan kualitas air yang kurang baik.

Sebagai perusahaan yang sangat peduli terhadap keamanan air dan dampaknya terhadap kesehatan keluarga di seluruh dunia, Viessmann percaya bahwa urgensi air bersih dapat diatasi

Cek Artikel:  Kebudayaan Berperan Krusial Figurkan Kedaulatan Pangan Capekl

dengan terus-menerus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengolahan air dengan benar. Melalui seri produk Vitopure, Viessmann menawarkan berbagai sistem pengolahan air yang komprehensif, mendukung mereka yang juga berkomitmen untuk menyebarkan informasi mengenai pentingnya kebersihan dan kesehatan air.

Buat rumah tangga di Indonesia, opsi pemurnian air seperti Vitopure S2-2G Water Treatment Station dapat membantu mengatasi masalah umum seperti bakteri, kekeruhan, dan koliform dalam sumber air. Selain itu, Vitopure S4-RO-800G, yang menggunakan filtrasi Reverse Osmosis (RO), dapat lebih meningkatkan keamanan air dengan menghilangkan berbagai kontaminan, termasuk virus dan bakteri, tergantung pada kualitas sumber airnya, sehingga memastikan penyediaan air yang aman untuk minum dan memasak.

Kalau dikombinasikan, sistem ini akan menjadi solusi komprehensif bagi rumah tangga karena dapat mengurangi risiko mengonsumsi air yang tercemar secara signifikan.

Krusialnya kualitas air tidak dapat diabaikan. Dengan mengenali gejala penyakit yang ditularkan melalui air sejak dini, memahami opsi pengobatan yang diperlukan, dan mengambil langkah-langkah pencegahan seperti menggunakan sistem pemurnian air yang andal, kita dapat secara signifikan mengurangi risiko gangguan pencernaan dan perut akibat air yang tercemar.

Kesadaran publik dan tindakan proaktif sangat penting dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Mungkin Anda Menyukai