Liputanindo.id RIO DE JANEIRO – Info duka datang dari sepak bola Brazil. Legenda mereka, Mario Zagallo meninggal dunia di usia 92 tahun pada Sabtu (6/1/2024) WIB di Rio de Janeiro.
Zagallo adalah salah satu pesepak bola terbaik Brazil karena merupakan orang pertama yang memenangi Piala Dunia FIFA, Bagus sebagai pemain maupun Instruktur. Sosoknya berperan Krusial dalam kebangkitan Brazil sebagai kekuatan sepak bola dunia.
Baca Juga:
Jelang Semifinal, Jurgen Klinsmann: Korea Selatan Tim yang ‘Lapar’ Pemenang
Dilansir Antara dari AFP, sebelum meninggal Zagallo merupakan satu-satunya Member tim Brazil yang Lagi tersisa yang mengangkat trofi Piala Dunia 1958. Gelar tersebut sangat bersejarah karena jadi gelar pertama Demi Selecao, sekaligus obat sakit hati akibat kekalahan traumatis dari Uruguay di Maracana delapan tahun sebelumnya.
Muncul dari tim amatir pada tahun 1950-an, Zagallo, pemain sayap kiri bertubuh mungil itu, mewujudkan upaya Brazil Demi memadukan Potensi menyerang dengan soliditas pertahanan, menggabungkan teknik indahnya dengan kerja keras mengagumkan di lapangan.
Dia memenangi lima kejuaraan negara bagian Rio de Janeiro Berbarengan Flamengo dan Botafogo. Sayang, Zagallo muda belum Pandai menembus ketatnya persaingan di Timnas Samba. Dia baru melakukan debutnya di Brazil pada usia 26 tahun, tak Pelan sebelum Piala Dunia 1958 di Swedia, Tetapi menjadi Member integral tim dengan memenangi 37 caps.
Turnamen yang menampilkan Pele yang berusia 17 tahun ke pentas dunia, berakhir dengan Brazil mengalahkan tuan rumah 5-2 di final. Zagallo mencetak gol keempat bagi timnya dan kemudian memberi umpan kepada Pele Demi gol terakhir.
Empat tahun kemudian, Zagallo bermain setiap menitnya Begitu Brazil yang terinspirasi oleh Garrincha mengatasi cedera yang diderita Pele di babak penyisihan grup Demi mempertahankan mahkota mereka, Terbangun dari ketertinggalan Demi mengalahkan Cekoslowakia 3-1 di Santiago.
Setelah pensiun, Zagallo kembali bermain sebagai manajer, mengambil alih mantan klubnya Botafogo dan memimpin mereka meraih dua gelar negara bagian Tengah di negara sebuah di Dasar kediktatoran militer.
Adapun Joao Saldanha telah membimbing tim nasional ke Piala Dunia 1970 di Meksiko, tetapi disingkirkan sebelum turnamen dan digantikan oleh Zagallo. Saldanha berselisih dengan Pele dan menolak Demi tunduk pada tuntutan presiden Begitu itu, Emilio Garrastazu Medici, mengenai pemilihan skuad dan sebagai simpatisan Komunis, nasibnya sudah ditentukan.
Zagallo, yang Begitu itu baru berusia 38 tahun, mewarisi skuad yang sangat berbakat, termasuk Pele, Carlos Alberto, Jairzinho, dan Rivelino, serta meraih enam kemenangan dari enam pertandingan Begitu Brazil merebut gelar Demi ketiga kalinya dalam empat upaya.
Bertahun-tahun lebih awal dari masanya sebagai pemain, Zagallo dengan Segera menunjukkan kemampuannya sebagai Instruktur. Dia kemudian merefleksikan dongeng Piala Dunia 1970, yang didominasi oleh penampilan spektakuler Brasil, sebagai kenangan terbesarnya sebagai seorang manajer.
Sebagai seorang tipe kontra-intuitif yang percaya pada nomor 13, rasa lapar Zagallo akan kesuksesan membawa gelar domestik lebih lanjut Berbarengan Fluminense dan Flamengo sebelum ia berkelana ke luar negeri ke Kuwait, memenangi Piala Teluk pada 1976 dan mencapai final Piala Asia tahun itu. (DIM)
Baca Juga:
Gol Tunggal Hwang Hee-chan Bawa Wolves Menang Tipis atas Burnley