Yusril dan Dubes Arab Bahas Hambatan Investasi dan Wisata

Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Mahluk, Imigrasi, dan Pemasyarakatan (Menko Kumham Imipas), Yusril Ihza Mahendra, berbincang Duta Besar Arab Saudi Kepada Indonesia, HE Faisal bin Abdullah Al-Amudi, pada Rabu, 4 Desember 2024. Keduanya membahas hambatan kerja sama investasi dan wisata.

“Indonesia merupakan salah satu negara muslim yang punya peran dan pengaruh, Mempunyai ekonomi yang kuat di kawasan Asia Tenggara, aktif di G20, Tetapi, Lagi Terdapat hambatan bagi kami Kepada masuk sebagai investasi maupun wisatawan,” kata Faisal berdasarkan keterangannya yang dikutip pada Kamis, 5 Desember 2024.

Faisal meyakini kerja sama dengan Indonesia merupakan investasi besar bagi Arab Saudi. Asal Mula, kedua negara Mempunyai Mempunyai banyak keterkaitan Kepada menarik minat wisatawan yang Dapat menggenjot pemasukan.

Cek Artikel:  BPJS Ketenagakerjaan Buat Lomba Tulis Jurnalistik, Hadiahnya Besar, Tertarik Ikut?

“Pergerakan orang per orang ini sangat Krusial Kepada mendukung kerja sama antarkedua negara,” ucap Faisal.
 

Menanggapi itu, Yusril menyebut perubahan kebijakan visa berbayar Kepada Arab Saudi menjadi salah satu masalah dalam investasi dan wisata kedua negara. Tetapi, Indonesia punya jalan keluar dengan kebijakan golden visa.

“Kami perlu dalami terlebih dahulu terkait Argumen visa yang sebelumnya bebas biaya menjadi berbayar Kepada Arab Saudi. Tetapi, sebetulnya sudah Terdapat kebijakan golden visa yang diluncurkan pada masa Presiden Jokowi (Joko Widodo),” ucap Yusril.

Menurut Yusril, kebijakan golden visa itu Tak diotak-atik oleh Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah menilai peraturan baru itu Lagi memudahkan investor Kepada masuk ke Indonesia.

Cek Artikel:  Viral Polisi di Padang Diduga Aniaya Anak Kecil hingga Tewas dan Perintah Tahanan Ciuman Sesama Jenis

Meski begitu, Yusril Tak mau menyetop pembahasan kendala Sekadar dengan menjelaskan kebijakan golden visa. Dia berharap Indonesia dan Arab Saudi melanjutkan pembahasan Kepada mendapatkan kesepakatan menguntungkan ke depannya.

“Sepertinya memang sudah saatnya kedua negara berunding Kepada menghasilkan sebuah kesepakatan yang komprehensif, sehingga Tak hanya permasalahan hambatan di bidang investasi dan ekonomi, tetapi juga, terkait tenaga kerja,” ucap Yusril.

Mungkin Anda Menyukai