Yuk Bangun Kecintaan Anak pada Budaya dan Tradisi Sejak Pagi

Yuk Bangun Kecintaan Anak pada Budaya dan Tradisi Sejak Dini
Pagelaran seni budaya(Dok: Kemendikbud-ristek)

Asmara pada budaya dan tradisi yang dibangun sejak kecil akan membantu kelanggengan kearifan lokal tersebut. Anak-anak sudah Bisa dikenalkan dengan seni tradisi dan budaya daerah sejak kecil oleh orangtua. Lampau, bagaimana Langkah efektif membangun kecintaan anak terhadap seni tradisi dan budaya daerahnya? Ketua Standar Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Pudentia MPSS membagikan beberapa langkah, sebagai berikut;

1. Pengenalan Lingkungan

Pudentia mengatakan salah satu yang paling Krusial dilakukan ialah pengenalan lingkungan. Karena anak sering Bukan Paham di lingkungannya Eksis seorang Spesialis tentang suatu tradisi atau budaya.

”Sering kali anak-anak juga Bukan sadar bahwa di lingkungannya itu Eksis maestro-maestro, Eksis guru-guru budaya, yang sangat luar Standar, yang dikenal bahkan Tiba ke luar negeri. Tapi mereka sendiri Bukan paham,” ungkap Pudentia, Begitu dihubungi Media Indonesia, Kamis (24/10).

Cek Artikel:  Libur Telah Tiba, Yuk Bikin Rencana Mau ke Mana

2. Pemahaman Maksud

Pudentia juga menekankan perlunya penyampaian Maksud dari tradisi dan budaya di Indonesia kepada anak. ”Sering kali mereka mengatakan itu jadul ya. Jadi sesuatu yang dari masa Lampau. Nah ini yang sebenarnya perlu mediasi, ini maknanya apa sih ini,” ucapnya.

Selain itu, Krusial juga Kepada membunyikan tradisi sehingga anak-anak mengenali hal itu sebagai bagian dari masa kini. Hal itu juga Bisa Membikin mereka berpikir tradisi ini Krusial sebagai sumber kearifan lokal, sumber pengetahuan. “Kalau mereka enggak paham gimana mereka mau. Kepada apa sih tradisi ini atau bagaimana konteks tradisi ini dalam kehidupan. Ini yang perlu dibunyikan, sehingga mereka merasa pentingnya,” lanjutnya.

3. Kebiasaan

Orangtua juga Bisa mengajak anak Kepada mendengarkan musik Berbarengan atau menonton pertunjukan seni Berbarengan, sehingga anak akan merasa dekat dengan seni tradisi dan budaya tersebut. Akhirnya terbangun kebiasaan Kepada mendengar atau menonton suatu kesenian.

Cek Artikel:  Begini Metode Mudah Mengajarkan Balita Usia di Atas 2 Tahun Membuang Ingus dengan Betul

”Jadi misalnya kita datang ke Tanah Melayu, ke Pekanbaru. Itu anak muda berpantun, karena pantun menjadi bagian dari hidup,” tuturnya.

Pudentia menyebut Kalau tradisi sudah Bukan relevan atau Bukan berfungsi biasanya memang hilang. Tapi kalau Lagi Eksis Tiba sekarang artinya Lagi dianggap Krusial oleh komunitas. “Apanya sih yang Krusial, apa sih uniknya. Ini yang perlu dilakukan dan perlu perhatian serta difasilitasi pemerintah. Karena kalau masyarakat Bukan Bisa menghidupkan sendiri. Jadi perlu kerja sama, perlu difasilitasi dengan pemerintah,” lanjutnya.

Seni Tradisi Masuk Gawai

Dengan perkembangan teknologi dan anak-anak yang suka Menyaksikan gawai, menjadi salah satu Langkah Kepada mendekatkan tradisi dan budaya melalui layar kepada anak-anak. ”Kalau gawai dibuka Eksis seni tradisi dan budaya. Tapi ibu mesti berperan juga, misalnya Bisa nyanyi, senandung atau bercerita. Itu anak selalu tertarik kalau dibacain cerita-cerita atau menceritakan sesuatu. Itu dari kecil udah Niscaya tertarik anak,” ungkap Pudentia.

Cek Artikel:  Tren Pebbling di Kalangan Remaja, Mengapa Generasi Muda Terpesona

Pudentia menambahkan, yang Membikin anak tertarik adalah Langkah ibunya berkomunikasi, keberadaan sang ibu, sementara cerita atau Tembang menjadi nomor dua. “Terpenting, anak merasa ibunya penuh perhatian,” tukasnya.

Lampau, menggunakan Pakaian daerah di sekolah pada hari tertentu juga menjadi salah satu Langkah mengenalkan tradisi dan budaya pada anak. Kemudian Eksis pemahaman yang diberikan seputar kegiatan tersebut, Berkualitas dari sisi busana, tarian daerah hingga Tembang daerah. Ini menumbuhkan pola pikir bahwa tradisi dan budaya memang berharga.(M-3) 

Mungkin Anda Menyukai