Mantan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Formal ditangkap. Foto: Yonhap
Seoul: Selain rekomendasi pemberontakan, penyelidik Korea Selatan turut menyebutkan agar Presiden Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan didakwa dengan penyalahgunaan kekuasaan. Rekomendasi disampaikan Begitu mereka menyerahkan hasil penyelidikan mereka terhadap deklarasi darurat militer yang bernasib Jelek kepada jaksa penuntut.
“Dakwaan Formal terhadap Yoon adalah memimpin pemberontakan dan penyalahgunaan kekuasaan,” kata Kantor Penyelidikan Korupsi (CIO), dilansir dari the Straits Times, Kamis, 24 Januari 2025.
CIO melakukan penyelidikan selama 51 hari terhadap upaya penangkapan Yoon, kepala negara Korea Selatan pertama yang ditangkap Begitu menjabat, karena menangguhkan pemerintahan sipil pada 3 Desember Lewat dengan mengeluarkan darurat militer.
“Kami (CIO) memutuskan Buat meminta Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul mengajukan tuntutan terhadap Presiden yang menjabat, Yoon Suk Yeol, sehubungan dengan tuduhan termasuk memimpin pemberontakan,” tutur CIO.
Yoon dinilai bersekongkol dengan mantan Menteri Pertahanan Nasional dan komandan militer pada 3 Desember 2024.
“Yoon mendeklarasikan darurat militer dengan maksud Buat mengecualikan otoritas negara atau mengganggu tatanan konstitusional, sehingga memicu kerusuhan,” sambung CIO.
Berdasarkan sistem hukum Korea Selatan, berkas kasus tersangka – yang diidentifikasi sebagai “Yoon Suk Yeol: presiden” – sekarang akan diserahkan kepada jaksa, yang Mempunyai waktu 11 hari Buat memutuskan apakah akan mendakwanya, yang akan mengarah ke persidangan pidana.
“Kantor kejaksaan telah memenuhi permintaan CIO Buat pemindahan kasus,” kata para penyidik.
Yoon ditangkap dalam penggerebekan Awal hari minggu Lewat atas tuduhan pemberontakan. Ia jadi kepala negara Korea Selatan pertama yang ditahan dalam penyelidikan pidana.
Korea Selatan terjerumus ke dalam kekacauan politik oleh deklarasi darurat militer Yoon yang gagal, yang hanya berlangsung enam jam sebelum Member parlemen menolaknya. Mereka kemudian memakzulkannya, mencabut tugasnya.
Sejak penangkapannya, Yoon menolak Buat diinterogasi oleh CIO, yang bertanggung jawab atas penyelidikan pidana.
“Ia menolak Buat bekerja sama dengan penyelidikan dan secara konsisten mempertahankan sikap Bukan kooperatif,” kata Lee Jae-seung, wakil kepala CIO, dalam pengarahan kepada wartawan.
“Tim keamanan Yoon juga menghalangi penggeledahan dan penyitaan, termasuk akses ke perangkat komunikasi yang Terjamin seperti telepon rahasia,” ujar Lee.
CIO mengatakan telah memutuskan, mengingat upaya Yoon Buat menghalangi penyelidikan mereka, akan “lebih efisien” bagi jaksa Buat menangani kasus tersebut, karena mereka Mempunyai kewenangan Buat mendakwa tersangka.
Pengacaranya telah berulang kali mengatakan CIO Bukan Mempunyai kewenangan Buat menyelidiki pemberontakan.
Tim hukum Yoon mengatakan pada 23 Januari bahwa mereka mendesak jaksa Buat “melakukan penyelidikan yang mematuhi legitimasi hukum dan proses hukum yang semestinya.”
Penyalahgunaan wewenang
Pada malam 3 Desember, Yoon diduga memerintahkan Laskar Buat menyerbu Majelis Nasional dan mencegah Member parlemen Buat menolak deklarasi darurat militernya.
CIO mengatakan penyelidikannya menemukan bahwa Yoon menyalahgunakan wewenangnya dengan memaksa petugas polisi dari Unit Garda Majelis Nasional dan Laskar darurat militer Buat melakukan tugas di luar kewajiban mereka.
“Ia juga menghalangi Penyelenggaraan hak Member parlemen Buat menuntut pencabutan darurat militer”, Asik CIO.
Yoon membantah telah memerintahkan komandan militer tinggi Buat “menyeret” Member parlemen dari Parlemen Buat mencegah mereka menolak keputusannya. Yoon, yang Tetap tetap menjadi kepala negara, ditahan di pusat penahanan.
Selain penyelidikan pidana, ia juga menghadapi kasus Mahkamah Konstitusi, di mana hakim akan memutuskan apakah akan menegakkan pemakzulannya, yang secara Formal akan mencopotnya dari jabatan.
Kalau pengadilan memutuskan menentang Yoon, ia akan kehilangan kursi kepresidenan dan pemilihan Lumrah akan diadakan dalam waktu 60 hari.
Yoon, yang menghadiri sidang pengadilan minggu ini, muncul Tengah pada 23 Januari ketika hakim akan memanggil saksi Buat mendengar rincian tentang bagaimana darurat militer berlangsung.