liputanindo.com – Pertanyaan terbesar netizen dan sering banget ditanyakan selama 18 seri pertama MotoGP 2025 adalah : Apa saja yang jadi perbedaan dari Ducati Desmosedici GP24 dengan Ducati Desmosedici GP25 ? Pertanyaan ini terlanjur simpang siur karena penjelasan Ducati kadang parsial yang membuka banyak ruang Buat netizen Buat menyimpulkan sendiri-sendiri. Butuh penjelasan yang komprehensif dari internal Ducati mengenai hal ini karena bahkan pembalap sendiri yang sering ditanya merasa penjelasan detail teknis bukan merupakan wewenangnya, terlebih Kembali ditakutkan penjelasan menjadi bias dan kembali Kembali parsial.

Nah di seri ke-18 MotoGP Mandalika 2025, Ducati Corse mengundang tiga jurnalis ke boks markas komando perang mereka yang selalu dibangun setiap gelaran seri MotoGP dan sedikit banyak memperlihatkan secara Jernih dan detil mengenai perbedaan GP24 dan GP25 walaupun tentu saja Kagak Terdapat foto dan video yang hadir karena ini adalah top secret.

Dengan modal informasi bahwa mesin 2025 adalah mesin yang harus digunakan oleh duo Lenovo Ducati – Marc Marquez & Pecco Bagnaia – tahun ini tanpa boleh kedua-duanya atau salah satu dari mereka berpindah model mesin misalnya ke mesin GP24 (mesin 2024), awalnya kita mungkin Segala berfikir bahwa mungkin Ducati telah membedakan dudukan (mounting) mesin ke sasis dari crankcase atau membedakan kekakuan crankcase mesin Buat menyesuaikan geometri, keseimbangan, atau kekakuan mesin secara keseluruhan?

Atau mungkin mereka telah mengubah inersia mesin agar motor lebih Bagus Begitu masuk dan keluar tikungan. Dan segala sinyalemen ini awalnya mengarah ke Konklusi ‘online‘ dimana GP25 walaupun menggunakan spesifikasi ukuran detail yang sama adalah ‘benda’ yang sangat berbeda dengan GP24.
Tetapi Rupanya faktanya Kagak sesuai dengan sinyalemen sob!
Informasi yang diperoleh dari Mat Oxley sebagai salah seorang dari tiga jurnalis tersebut mengatakan bahwa bentuk crankcase, inersia mesin (ini artinya mengenai masalah arah dan model perputaran mesin/rotasi dari crankshaft) dan bahkan mounting engine GP25 Rupanya sama persis dengan GP24.

Satu-satunya perbedaan dari mesin 2024 – 2025 adalah peningkatan internal pada jeroan mesin 2025 yang secara detil dihadirkan Buat meningkatkan performa dan daya tahan mesin, yang Kagak memengaruhi dinamika dari mesin. Pandai jadi dari bahan atau perlakukan dari proses pembuatan parts. Sementara dari luar, yang paling signifikan adalah perbedaan rear ride height device 2025 dibandingkan dengan model 2024.
Perangkat ketinggian berkendara (ride height device/RHD) 2025, pada dasarnya sebuah ‘komputer hidrolik’ dengan kompleksitas yang luar Normal dimana perangkat ini dapat menyesuaikan sikap sepeda motor (dan terkadang sikap pengendara) sehingga dapat Mempunyai Dampak mendasar pada perilaku mesin.

Ducati (dan akhirnya sekarang Segala pabrikan menggunakannnya) memperkenalkan RHD dengan fungsi Buat menurunkan bagian belakang motor ke pusat massa keseluruhan yang lebih rendah. Ini akan mengurangi wheelie, sehingga memungkinkan pengendara Buat lebih dalam memuntir throttle gas Begitu berakselerasi sesaat keluar dari tikungan. RHD 2025 jauh Membikin bagian belakang GP25 lebih turun dibandingkan RHD 2024.

Ducati memang faktanya menguji GP25 dengan beberapa modifikasi, termasuk kehadiran RHD 2024 Begitu tes Misano khususnya Buat Pecco Bagnaia. Dan bahkan Pecco ditengarai sempat menguji GP24 Punya Morbidelli Buat melakukan uji Komparasi dimana Segala ini berakhir dengan kemenangan ganda Motegi yang Membikin Pecco menjadi pembalap kedua musim ini yang Pandai meraup 37 poin full dalam satu seri gelaran Grand Prix.

Variabel kemenangan Motegi kuat disebabkan karena Pecco mulai menggunakan Segala peranti GP24 termasuk kali ini adalah rear ride height device. Dan secara Biasa, pada seri GP Indonesia di Mandalika, Bagnaia menggunakan setup motor yang persis sama dengan Motegi termasuk RHD 2024. Tetapi Terdapat yang berbeda dari Mandalika dibanding Motegi.
Watak sirkuit, temperatur, kelembaban udara dan yang paling Jernih adalah diameter rotor cakram rem depan serta hadirnya ban Michelin tahan panas yang lebih kaku (juga digunakan di Buriram) dimana ini Jernih mengubah segalanya dan Membikin tim Ducati pabrikan kesulitan apalagi bagi seorang Pecco Bagnaia. Apa pun yang memberinya perasaan dan kepercayaan dirinya di Motegi sama sekali Kagak Terdapat di Mandalika . . Semuanya seperti hancur berkeping-keping.
Bukan hanya ke Bagnaia, ban ‘tahan panas’ ini ketika dikombinasikan dengan Desmosedici Membikin kekuatan hard brake bagus Ducati terasa hilang dan side-slide sulit dikendalikan, Segala pembalap Ducati merasakan perbedaan ini di Mandalika. Marc Marquez cukup sensitif mengetahui hal ini karena respon Segera dan ‘gift‘ talentanya Buat dapat mendengar bisikan dari feel ban depan menyentuh aspal yang nggak dimiliki pembalap lain Pandai langsung memberikan ide lain Buat perbaikan yang sejatinya ia akan lakukan sepanjang race. Tetapi ya kita Paham sendiri hasil race Kagak berjalan Bagus buat Marc setelah clash dengan Marco Bezzecchi yang membuatnya DNF dan akan absen di Australia dan Malaysia nanti. – @liputanindo

