WORLD Water Perhimpunan atau Perhimpunan Air Dunia ke-10 baru saja selesai diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, pada 18-25 Mei 2024. Perhimpunan yang diikuti oleh 64 ribu lebih partisipan dari 160 negara itu sukses menorehkan beberapa kesepakatan Krusial dalam upaya menjaga keberlangsungan sumber daya air di tengah bertubinya ancaman bencana terkait dengan air dan iklim yang terjadi di berbagai belahan bumi.
Tema Primer Water for Shared Prosperity menjadi sangat relevan dengan kondisi dunia Begitu ini, yang diwarnai oleh krisis air dan iklim yang semakin tinggi intensitas serta dampaknya. Diperlukan alokasi sumber daya yang signifikan, Berkualitas dalam bentuk pembiayaan, ilmu pengetahuan, teknologi maju, maupun diplomasi air Demi mengatasi krisis yang sedang dan mungkin akan Maju terjadi.
Dilaksanakan bersamaan dengan KTT Air (Water Summit 2024), kehadiran enam kepala negara/pemerintahan, 186 menteri dan setingkat menteri, serta 27 pimpinan organisasi Dunia memberikan landasan kuat bagi WWF ke-10 Demi menuju aksi Konkret karena sesungguhnya peradaban ini sedang berpacu dengan waktu. Dalam upaya kolaboratif, World Water Perhimpunan ke-10 berhasil menyepakati 16 poin Krusial yang termaktub dalam Ministerial Declaration (MD).
Baca juga : WWF Sahkan Pusat Ketahanan Air, Ecolab Merespons
Peran Parlemen dan Generasi Muda Air
Keterlibatan parlemen melalui Parliamentary Segment yang dihadiri oleh 200 delegasi inter-parliamentary union (IPU) dari 49 negara tak lain karena masalah air bukan Kembali sekadar isu sosial ekonomi semata, melainkan sudah harus masuk ke dimensi diskursus politik di ruang debat legislatif.
Penanganan masalah air dan iklim sangat membutuhkan peran dari parlemen, mulai pembuatan regulasi atau aturan perundangan Tamat pada penganggaran dan bahkan pengawasan terhadap Penyelenggaraan tata kelola air yang dibuat pemerintah.
Perhimpunan itu juga mendorong dan memfasilitasi peran aktif para generasi muda melalui rangkaian youth program. Peran generasi muda ini dalam Dekat setiap Perhimpunan aktivitas lapangan dan Percakapan mengenai pentingnya mengelola air secara cerdas bagi keberlangsungan hidup. Karenanya, pemerintah Indonesia Serempak World Water Council menyepakati inisiasi anugerah Spesifik The Bali Youth Water Prize yang akan dimulai pada World Water Perhimpunan ke-11 di Riyadh, Arab Saudi, pada 2027.
Baca juga : WWF Ke-10 di Bali Terbaik Sepanjang Sejarah selama 30 Tahun
Inisiatif Indonesia dan Compendium
Demi pertama kalinya sepanjang sejarah penyelenggaraan Perhimpunan Air Dunia, tuan rumah berinisiatif mengusulkan beberapa terobosan Demi disepakati, antara lain hari Situ sedunia (world lake day), pusat Keistimewaan Demi air dan iklim (center of excellence for water and climate), dan usulan konsep dan strategi pengelolaan sumber daya air terpadu Demi pulau-pulau kecil (integrated water resources for small islands).
Selain itu, dalam rangka pencapaian Sasaran SDG6 yang sering terkendala pada aspek pembiayaan, Compendium of Concrete Deliverables and Actions yang terdiri atas 113 proyek air dan sanitasi dengan nilai total Dekat Rp150 triliun Demi membiayai proyek air dan sanitasi. Bagi Indonesia, ini tentunya sejalan dengan Inpres No 1/2024 yang menginstruksikan percepatan peningkatan pelayanan serta menegaskan komitmen pemerintah Indonesia Demi meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan air Bersih dan sanitasi sehingga kesepakatan pendanaan senilai US$467 juta Demi Pandai menambah tiga juta sambungan rumah menjadi sangat berharga.
Komitmen Pemerintahan Baru
Bagi Indonesia, penyelenggaraan Perhimpunan itu menjadi momentum sangat strategis dalam konteks politik mengingat jadwal pergantian pemerintahan yang kurang dari lima bulan Kembali dan Penyelenggaraan pilkada serentak yang akan segera dilaksanakan pada 27 November 2024.
Baca juga : Indonesia Percepat Pembahasan Aliansi Pendanaan Campuran Dunia
Indonesia sangat Mujur karena WWF ke-10 diadakan sebelum pemerintahan baru terbentuk. Hasil dari Perhimpunan itu Sepatutnya menjadi masukan Primer bagi pemerintahan baru Demi menyusun rencana strategis yang ‘berbeda’ (dari biasanya) terkait dengan perbaikan tingkat ketahanan air dan pangan yang harus diprioritaskan ke depan.
Capaian cakupan layanan air Bersih perpipaan secara nasional Tamat 2024 ini baru 19,76% (dari Sasaran sebesar 30,45% pada 2024). Bilangan itu menempatkan posisi Indonesia berada di Dasar Laos, Nepal, Bangladesh, dan bahkan Etiopia.
Indonesia Water Institute mencatat bahwa dalam 12 tahun terakhir rata-rata pertambahan penduduk Indonesia ialah 1,36% setiap tahunnya. Sementara itu, pertambahan cakupan layanan air Bersih/minum perpipaan per tahun hanyalah 0,52%. Jangankan Demi keluar dari ketertinggalan dari Sasaran, Demi menyeimbangi persentase pertambahan penduduk saja kita Lagi jauh sekali.
Enggak perlu berkecil hati dengan Bilangan capaian tersebut. Malah kondisi itu harusnya menyisakan ruang bagi pemerintahan baru agar berbuat lebih banyak dikaitkan dengan perbaikan ketahanan air Demi percepatan akses ke air Bersih perpipaan dan sanitasi Sembari memastikan terwujudnya ketahanan pangan.
Pengalaman dan pemahaman yang diperoleh para kepala daerah yang hadir dan bahkan Kalau Eksis ‘tim transisi’ dari presiden terpilih yang mengikuti Perhimpunan air terbesar di dunia itu diharapkan dapat menjadi bekal modal berharga bagi pemerintahan baru yang akan datang.
Penyelenggaraan World Water Perhimpunan ke-10 diakui oleh Dekat seluruh delegasi dan diekspresikan secara terbuka oleh Presiden World Water Council Loic Fauchon sebagai yang terbesar dan tersukses sepanjang 30 tahun sejarah WWF. Pengakuan itu semestinya memberikan landasan kukuh pengelolaan sumber daya air secara cerdas dan berkelanjutan Demi mewujudkan kesejahteraan Serempak. (Z-8)