GUNA mendukung pengembangan agribisnis di Indonesia dan menyediakan sumber protein alternatif bagi Program Makanan Bergizi Gratis Nasional, PT. Sukaharja Quail Indonesia, Asosiasi Puyuh Indonesia, dan Quail Innovation Center di Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor menyelenggarakan Workshop Beternak Puyuh: Kesempatan dan Tantangannya.
Acara ini berlangsung pada Sabtu, 14 September 2024 di Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor, Jl. Yasmin Raya no. 16 A, dari pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. Peserta yang hadir antara lain peternak, pengusaha, akademisi, pelaku UMKM, pengusaha Horeka (Hotel, Restoran, Katering), serta media.
Workshop ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang “Opportunity Economy” (Kesempatan Ekonomi) dalam beternak puyuh. Konsep ini menciptakan kesempatan kerja, mendorong inovasi, dan mendukung pertumbuhan yang merata. Beberapa topik utama yang dibahas antara lain:
Baca juga : Empat Bulan Kolaborasi, UMKM Makin Siap Bertanding
- Kiat Beternak Puyuh yang Menguntungkan oleh Dr. (HC) Slamet Wuryadi, Ketua Asosiasi Puyuh Indonesia dan Direktur Esensial PT. Sukaharja Quail Indonesia, yang memaparkan cara beternak puyuh secara efektif.
- Kesempatan Investasi di Sukaharja Smart Quail Farm oleh Prof. Erliza Hambali dari IPB University.
- Produk Olahan Puyuh untuk Mendukung Program Makanan Bergizi Gratis Nasional oleh Chef Saleha, M.M.Par, yang berpengalaman lebih dari 30 tahun di bidang kuliner. Chef Saleha juga menunjukkan cara kreatif mengolah telur dan daging puyuh untuk membantu mengatasi stunting dan kekurangan gizi pada anak-anak dan ibu hamil di Indonesia.
Mengapa Beternak Puyuh Menguntungkan?
- Segera Menghasilkan: Puyuh mulai bertelur setelah 45 hari dipelihara dan bisa memproduksi telur selama 18 bulan.
- Harga Konsisten: Biaya produksi telur puyuh sekitar Rp300 per butir, sementara harga jualnya sekitar Rp425 per butir.
- Permintaan Tinggi: Di 3 provinsi, permintaan mencapai 66 juta butir per bulan, namun PT. Sukaharja Quail Indonesia baru bisa memenuhi 14 juta butir.
- Lebih Sedikit Penyakit: Puyuh lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan unggas lainnya.
- Efisien dalam Pengelolaan: Satu pekerja bisa mengurus 5.000 ekor puyuh hanya dengan 4 jam kerja per hari.
- Lahan yang Dibutuhkan Kecil: Hanya butuh 20 meter persegi untuk 5.000 ekor puyuh.
- Zero Waste: Kotoran puyuh bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, biogas, pakan ikan lele, dan maggot.
Beternak dan mengolah produk puyuh memiliki keaslian dari Indonesia dengan TKDN hampir 100%. Mulai dari penyediaan grand parent stock (GPS), teknologi breeding, teknologi budidaya, teknologi pakan, teknologi kandang dan sangkar, desinfektan untuk kandang dan puyuh, supplement, vitamin, seni mengolahnya, manajemen bisnis dan pemasarannya, semuanya asli dikembangkan oleh putra-putri Indonesia di bumi Indonesia.
Telur dan daging puyuh juga merupakan sumber protein yang baik bagi anak-anak dan ibu hamil. Bagi anak yang alergi terhadap telur ayam atau ikan, puyuh bisa menjadi alternatif. Produk olahan puyuh juga bisa disajikan dengan cara menarik, seperti ekado atau takoyaki.
Quail Innovation Center (QIC) yang berlokasi di Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor akan menjadi pusat informasi dan inovasi tentang budidaya puyuh dari hulu ke hilir, terbuka untuk masyarakat lokal dan internasional. QIC akan mendukung pengembangan bisnis puyuh secara berkelanjutan, serta menjadi pusat teknologi dan inovasi terpercaya. (RO/Z-3)