WFH Bukan Obat Mujarab Mengapa Kerja dari Rumah Tak Selalu Menyembuhkan Burnout Karyawan

WFH Bukan Obat Mujarab: Mengapa Kerja dari Rumah Tak Selalu Menyembuhkan Burnout Karyawan
Meskipun banyak yang berharap Work From Home (WFH) bisa mengatasi burnout, kenyataannya WFH tidak selalu menjadi solusi efektif bagi kesehatan mental pekerja. (freepik)

DI tengah maraknya penerapan Work From Home (WFH), banyak yang berpikir  bekerja dari rumah bisa menjadi solusi terbaik untuk mengatasi burnout. Tetapi, kenyataannya tidak selalu demikian. 

Alih-alih meredakan tekanan, WFH justru sering kali membawa tantangan baru yang tak terduga. Batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang semakin kabur, tuntutan yang terus menghantui, hingga rasa keterasingan, semua ini dapat memperburuk kondisi burnout yang sudah ada. 

Lampau, mengapa WFH belum tentu menjadi jawaban untuk para karyawan yang kelelahan mental? Mari kita kupas lebih dalam.

Baca juga : Berdayakan Kesehatan Karyawan, Manulife Luncurkan Program Healthy Friday

Jane Cindy Linardi Psikolog RS Pondok Indah  Bintaro Jaya, menjelaskan WFH belum tentu menjadi solusi dalam mengatasi gangguan kesehatan mental pekerja.

“WFH belum tentu menjadi solusi yang tepat dalam mengatasi gangguan kesehatan mental pekerja. Tergantung dari jenis pekerjaannya, beberapa orang membutuhkan cara kerja yang terstruktur dan tatap muka untuk mengorganisir sesuatu,” ujarnya.

Cek Artikel:  Kisah Nabi Muhammad SAW Pemimpin Mulia dalam Sejarah Islam

Ia juga menambahkan bahwa WFH dapat mempengaruhi keseharab mental bagi sebagian orang. “WFH juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental bagi sebagian orang. Terutama orang-orang yang memiliki kepribadian ekstrover, lebih senang bekerja dengan jadwal yang terstruktur, dan orang yang membutuhkan tenggat waktu (deadline) yang pasti untuk menyelesaikan pekerjaannya.”

Baca juga : Menciptakan Tempat Kerja Sehat Mental untuk Para Karyawan

Bagi pekerja di dunia industri kreatif yang bekerja tanpa memiliki jam spesifik, perlu diingat akan batasan personal, mengetahui kapan harus mengatakan cukup dan tidak melakukan pekerjaan jika dirasa sudah berlebihan, serta mengenal sinyal tubuh, dan tanda awal dari burnout untuk tetap menjaga kesehatan mental.

Kadang kala bagi para pekerja di beberapa tempat sering mendapati hal-hal yang tidak sesuai dengan jobsdesk-nya, karena mereka merasa sungkan untuk menolak permintaan dari atasan mereka. Lampau bagaimana solusi untuk hal itu?

Cek Artikel:  Pemenuhan Hak Kesehatan dan Jaminan Hidup Layak bagi Pemulung Harus Diperjuangkan

“Kalau dirasa pekerjaan sudah melebihi batas hingga menyebabkan burnout, sebaiknya menyampaikan secara jujur dan meminta agar beban pekerjaan dibagi dengan tim,” papar Jane.

Baca juga : Catat, Ini Dia 7 Tanda-Tanda Seseorang Mengalami Gangguan Mental

Lampau bagaimana cara menerapkan work-life-balance yang benar agar tubuh dapat merasa lebih segar dan tidak mudah lelah?

Dalam rangka mencapai work-life-balance, penting bagi pekerja untuk menerapkan hal-hal berikut:

  • Rutin berolahraga, Olahraga memicu produksi hormon endorfin. Hormon ini berfungsi untuk memberikan rasa senang dan bersemangat. Selain itu, olahraga rutin juga dapat memperbaiki suasana hati (mood).
  • Memanfaatkan waktu istirahat di kantor dengan optimal (tidak sambil mengerjakan pekerjaan. Kalau butuh waktu untuk sendiri maka dapat menolak ajakan rekan kerja untuk makan bersama)
  • Meluangkan waktu di akhir pekan untuk melakukan aktivitas yang sesuai dengan hobi
  • Kalau belum berkeluarga, maka setiap pulang dari kantor dapat meluangkan waktu untuk diri sendiri
Cek Artikel:  MTQ Nasional ke-30 Dongkrak Ekonomi Kreatif Masyarakat

Burnout bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Menyadari tanda-tandanya sejak dini dan mengambil langkah untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah kunci untuk menghindari kelelahan berkepanjangan.

Apabila Anda mendapati kasus teman kerja yang curhat hidupnya tengah berat dan menyebut bahwa dirinya sempat ingin bunuh diri, segera hubungi 119 ext. 8, salah satu layanan hotline dari Kementerian Kesehatan. Selain itu, dapat pula mengakses website healing119.id atau dapat mengajak rekan kerja tersebut untuk berkonsultasi ke psikiater atau psikolog terdekat. (Z-3)

Mungkin Anda Menyukai